Sahabat

29 3 0
                                    

"Ris," panggil kak Kean saat aku ingin membuka pintu mobil. Membuatku menutup pintu kembali dan menoleh ke arahnya seraya bertanya ada apa.

"Besok kamu ada acara?"

Kulihat kalender di ponselku. Kosong, tak ada kegiatan apapun.

"Nggak ada, Kak. Kenapa?"

"Besok mau temenin saya nggak? Beli kado buat ibu saya."

"Boleh, jam berapa?"

"Nanti saya chat. Saya minta nomor kamu ya."

Dia mengulurkan ponselnya padaku. Langsung saja kuraih ponsel tersebut dan mengetik nomorku di sana. Kemudian mengembalikannya kembali dan berpamitan.

Kuhempaskan tubuhku di atas tempat tidur tanpa mencari keberadaan orang lain sebelumnya. Aku tidak ingin menyakiti orang lain. Tetapi jika apa yang kupikirkan benar, aku akan menyakitinya nanti. Ah sudahlah lupakan saja dulu.

♧♧♧

Siang menjelang, kuteruskan tidurku selepas bersujud kepada-Nya. Kulihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 siang. Kak Kean berkata akan menjemputku pukul 1 siang nanti.

Kunyalakan ponselku, sekadar melihat apakah ada informasi tentang apapun itu. Lama aku menyelam hingga lupa waktu dan baru beranjak dari tempat tidur saat adzan zuhur terdengar.

Hari libur seperti ini membuat rasa malasku meningkat. Jika bukan karena janji, takkan kulawan kenyamanan ini.

Kubersiap agar cantik seperti biasanya. Kemudian aku memugas wajahku dengan make up tipis agar terlihat lebih segar. Setelah selesai aku segera keluar dari kamar untuk menuju teras.

Ternyata, kak Kean sudah sampai dan sedang bermain dengan Daniel. Mengapa mereka terlihat akrab sekali?

"Daniel, Ante Icha berangkat dulu ya sama Omnya. Nanti main lagi, oke?"

"Ante mau ke mana? Daniel ikut."

Kusejajarkan tubuhku dengannya lalu mengusap rambutnya pelan.

"Ante ada perlu dulu, nanti baru kita pergi berdua. Sekarang Daniel main sama Mama Papa dulu ya."

Kuantarkan ia kembali ke kamarnya sekalian berpamitan kepada orang rumah.

"Yuk, Kak."

"Keponakanmu lucu, kalian terlihat dekat," kata kak Kean saat mobil sudah berjalan meninggalkan kawasan rumahku.

"Berasa anak sendiri emang. Oh iya, Kakak udah tahu mau beli apa?"

"Udah kok, makanya ngajak kamu biar bisa minta pendapat."

Tak ada yang bicara sampai kami sampai di parkiran sebuah mall.

"Mau nyari kado atau makan dulu?" tanyanya saat kami sudah memasuki mall ini.

"Cari kado dulu aja, Kak. Biar enak kalau tujuannya udah selesai."

Setelah mengiyakan apa yang kukatakan, kak Kean menarik tanganku menuju salah satu toko perhiasan. Ia memintaku membantunya untuk memilih mana yang sekiranya cocok.

"Desain yang ini cocok untuk pasangan muda seperti kalian," ucap salah satu pramuniaga yang ada di sana dengan senyum yang tak akan lepas dari wajahnya.

Tak kuhiraukan apa yang ia ucapkan itu. Kuberikan saja senyum tipisku. Lebih baik aku memperhatikan benda yang ditunjuk kak Kean.

"Yang kanan bagus, simpel tapi elegan." Kuberikan pendapat setelah melihat benda yang ia pilih. Kemudian ia memutuskan untuk membeli yang itu.

"Kamu mau makan apa? Saya yang traktir deh sebagai bentuk terima kasih."

Kuikuti saja ke mana kakinya melangkah. Karena tak enak juga jika aku yang memutuskan akan ke mana.

"Menurut kamu saya gimana?" tanya kak Kean tiba-tiba. Membuatku memusatkan perhatian padanya.

"Kakak baik, tapi agak kaku sih."

"Saya kaku?"

"Nggak terlalu kok, hahaha."

"Kalau saya mau kenal kamu lebih dekat boleh?"

"Maksud Kakak?"

"Dekat sama kamu, seperti laki-laki dan perempuan pada umumnya."

"Pacaran?"

"Something like that." Kak Kean mengucapkan hal tersebut seperti orang yang tidak yakin.

"Maaf, Kak. Tapi saya nggak mau memiliki ikatan seperti itu dengan siapapun. Karena bagi saya, hanya pernikahanlah ikatan yang sebaik-baiknya ikatan," balasku dengan suara selembut mungkin. Berusaha memberikan pengertian padanya. Karena mungkin saja aku sudah menyakiti perasaannya sebelum mulai berjuang.

"Ah ya, saya mengerti. Maaf karena sudah bikin kamu nggak nyaman dengan pertanyaan saya."

Sisa hari itu kami habiskan dengan membicarakan banyak hal. Bermain seharian di timezone. Selayaknya sahabat yang sering menghabiskan waktu bersama.

♧♧♧

Haiii, sepertinya ini part terpanjang di cerita ini. Maafkan kalau terlalu memaksa karena bingung banget ternyata ini terakhir. Makasih banyak buat kalian yang udah baca cerita ini.

Happy new year 🎆
Semoga resolusi yang belum bisa tercapai bisa tercapai di tahun berikutnya. Fighting!🙆🏻‍♀️

31 Days Writing Challenge 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang