Indekos

37 12 1
                                    

Kuhela napas ketika melihat pesan pada grup kelas. Dosen yang bersangkutan tidak dapat menghadiri kelas pada siang hari ini. Padahal kami sudah menunggu selama satu jam lebih. Jika tahu seperti itu lebih baik aku rebahan di indekos Qanita. Mau pulang juga tanggung karena sore ada kelas lagi.

"Koniiii, gue mau rebahan capek banget. Ke indekos lo aja yuk," ucapku mengajak Qanita kembali ke indekosnya.

"Yaudah, yuk."

Kami beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju indekos Qanita. Kugelengkan kepala melihat kelakuan Qanita. Buku di tangannya dijadikan sebagai penutup wajahnya.

"Awas nabrak, jalan sih sambil nunduk."

"Panas banget ya tolong, nggak kuat gue," balas Qanita.

"Dasar lemah!" seruku.

Lalu perjalanan diisi dengan obrolan-obrolan singkat mengenai apa yang kami temukan di jalan. Indekos Qanita sedang dalam keadaan sepi saat ini. Mungkin karena sekarang sedang berlangsung jam kuliah.

"Cha, bantuin gue angkat ini deh. Berat banget tapi kalau nggak dipindahin ganggu," kata Qanita seraya menunjuk sebuah kardus berisi air putih. Baru juga sampai sudah disuruh mengentas. Padahal badan udah meronta-ronta minta diajak rebahan.

Kuangkat kardus tersebut ke atas kardus yang lain di dekat meja. Kemudian berkata, "Ini aja, 'kan?"

"Iya, thank you, Cha. Udah sana deh lo tidur."

Emang teman yang pengertian. Langsung saja aku menghempaskan tubuhku di atas tenpat tidur. Mencari posisi ternyaman dan menonton drama yang berada di ponselku.

"Gue lapar deh, Cha. Lo lapar nggak?"

Belum lama aku tenggelam dalam ceritanya tetapi Qanita sudah memberi tanda bahwa ia mengajak membeli sesuatu. Terik di luar membuatku malas untuk pergi ke luar kembali.

"Lumayan, tapi malas banget mau ke luar. Panas banget."

Qanita melihat ke arah jendela yang di buka. Kemudian memainkan ponselnya kembali. Melihat hal tersebut kulanjutkan saja tontonan yang dijeda tadi.

"Pesan antar aja, Cha. Mau nggak? Gue dapat promo nih."

Qanita menunjukkan ponselnya kepadaku. Lalu kuiyakan saja ajakannya karena perutku juga perlu diberi asupan agar bisa melanjutkan drama dengan tenang.

♧♧♧

Jakarta, 5 Desember 2019

Ternyata sekarang ngumpulnya mepet lagi. Menyempatkan nulis pas dikejar deadline tugas. Semoga tulisannya agak bener deh ya. Makasih udah dibacaa ♡

31 Days Writing Challenge 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang