MCS : Mereka kapan akurnya ?

1.7K 163 41
                                    

Seperti yang Excel bilang di mushola, dia benar-benar telah menunggu kepulangan Sofia di depan pintu kelas. Sesekali dia menerima lambaian tangan teman-teman sekelas Sofia dengan sikap dingin. Mengangguk dan see you good bye.

Gadis yang ditunggunya keluar juga.

"Hai," sapa Excel seramah mungkin. Sementara itu, Erina yang berada di samping Sofa mematung tak bisa berkata apa-apa. Kakak kelas yang dia kagumi itu benar-benar menyambangi Sofia untuk mengajaknya pulang bareng.

"Kak Excel. Kakak ngapain di sini ?" Tanya Erina yang dibalas acuh oleh Excel, dia lebih memilih untuk meladeni gadis berbros pita pink. Mendapatkan sikap seperti itu, Erina lumayan merasa tersinggung. Ya, lu ma yan, karena dia sudah biasa mendapat perlakuan yang sama dan sama saat bertemu Gradeon.

"Fia, pulang bareng gue yuk," ajak Excel.

"Pulang ? Bareng kakak ? Ge er amat, emangnya kakak siapanya saya ha ? Beraninya ngajak saya pulang bareng." Sewot Sofia berlalu dari ambang pintu kelas. Kini tersisa Erina dan Excel yang penuh sorotan mata merah juga wajah kesalnya. Baru kali ini, ada cewek yang menolak mentah-mentah diajak pulang olehnya.

"Kak, kan Fia gak mau tuh, Erina mau kok dianterin pulang."

"Elo ? Gue anterin ? Ngaca sekali-kali, muka culun lo itu bakal ngotorin mobil gue," pekiknya begitu menusuk sanubari Erina, ingin dia menangis sejadi-jadinya saat itu juga. Erina memang tahu mulut pedas kakak kelasnya itu tapi kenapa dia masih saja mengagguminya.

Excel beranjak pergi mengejar Sofia tanpa merasa bersalah.

Di parkiran, kekesalan Excel makin bertambah ketika melihat Nathan mencoba memberi tumpangan untuk Sofia.

"Ck, dia lupa apa gimana sih ? Hari ini giliran gue buat deketin tuh cewek lampir. Sialan !"

Di sisi lain.

"Apa ! Mau ngajak pulang bareng ?" Kata Sofia mendahului kalimat yang akan dilontarkan Nathan.

"Ya, kalau lo mau bareng boleh, kalau enggak juga gak masalah."

"Ya udah, lalu kenapa kakak masih di sini ? Pulang sana !"

"Ck, santai dikit napa sih ? Lo tuh cewek, udah pakai hijab lagi, masih aja galak lo." Sindir Nathan masih di atas motor sport hitamnya.

"Emang, kalau saya gini, masalah buat kakak ? Enggak kan ? Ya suka-suka hatikan mau saya ini gimana, kakak kok repot amat !" Jawab Sofia begitu pedas, alhasil Nathan yang dibuat skakmat membuat Excel yang mendengarnya tertawa sendiri.

Melihat angkot yang baru saja ngetem di depan sekolah, buru-buru Sofia menuju angkot tersebut dan tak lama setelah kursi penumpang penuh, angkot itu melaju meninggalkan depan SMA Nagaswara.

Sebuah tepukan melayang ke pundak Nathan.

"Sumpah, gue semakin tertantang buat dapetin tuh cewek," gumam Nathan tanpa sadar kalau Excel ada di sampingnya.

"Than !" Nathan masih belum bangun dari lamunannya.

"Ya Tuhan," Excel mendekatkan mulutnya persis di depan lubang telinga Nathan, "Muhammad Nafis Sultan ! Woii !" Seketika Nathan terperanjat setelah nama lengkapnya disebut.

Nathan mengusap-usap telinganya yang berdengung akibat suara toa dari mulut Excel, "Biasa aja kali ! Gue juga denger, lo pikir gue budek apa ?" Kesalnya.

"Ya elah, gitu doang ngambek, baper amat lo jadi cowok." Sesaat, pandangan tajam Nathan mengarah ke temannya itu.

"Lo bilang apa tadi ? Baper ?" Nathan turun dari motornya dan menarik kerah baju Excel. Bukannya takut, Excel malah tertawa mencibir tindakan bodoh yang Nathan lakukan.

"Jaga mulut cabe lo itu kalau gak mau gue robek !

"Apa ! Lo mau ngancem gue sama anceman sampah kayak gitu ?" Excel meludah ke kiri,"Gue gak takut, pengecut !"

Nathan yang dikuasai amarah langsung menyodorkan tonjokkan ke rahang Excel hingga membuat sudut bibirnya berdarah.

"Pengecut lo !" Ucap Excel memanas-manasi lengkap dengan senyum liciknya, karena dia tahu, Nathan adalah tipe orang yang tempramental.

Sesaat, Nathan ingin kembali menambah memar di wajah Excel, namun kedatangan Lee seketika menyurutkan niatnya.

"Udah, Than. Tahan emosi lo, apa lo gak malu dilihatin siswa lain. Kalau ada guru yang tahu kalian berantem di sini, kalian bisa kena masalah," nasehat Lee sembari mencengkeram tangan Nathan.

"Tapi si mulut cabe itu kudu dikasih pelajaran, Lee !"

"Udahlah, Excel cuma mau mancing emosi lo doang. Abaiin aja kali," lanjut Lee menasehati.

Nathan memilih mundur teratur dan berlalu dengan motor sport-nya. Sebelum benar-benar pergi, Nathan berujar,"Ini belum selesai, Xel ! Tunggu pembalasan gue !"

"Whoooo...tenang aja, dengan senang hati, gue bakal nunggu lo," sahut Excel santai melihat kepergian Nathan.

Sama-sama pergi. Kini Lee sendiri di parkiran.

"Mereka kapan sih akurnya ?" Tanya Lee menggaruk-garuk tengkuk lehernya gatal.

🐰🐰🐰






Mengejar Cinta Sofia [TERBIT]✓#MCS1Where stories live. Discover now