19. saat kacau (1)

39 8 8
                                    

Rieyan menggulingkan badannya di atas kasur, rasa bosan hadir dan membuat Rieyan tidak tau akan melakukan apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rieyan menggulingkan badannya di atas kasur, rasa bosan hadir dan membuat Rieyan tidak tau akan melakukan apa. Laki-laki itu sudah mengulang pelajarannya tadi, melakukan hal lain seperti bermain game online ataupun menonton film pendek yang telah ia download di laptopnya. Rieyan bangkit dan duduk, menghela napas lalu mengusap wajahnya. Kebiasaan Rieyan ketika bosan.

Laki-laki itu berdiri, melangkah keluar kamar dengan pandangannya ke arah jam yang tergantung di atas pintu. Jam masih menunjukkan pukul delapan, Bulan dan yang lainnya pasti belum tidur. Tapi belum pasti mereka akan memberikan ijin pada Rieyan untuk menganggu mereka.

Laki-laki itu berjalan dengan langkah gontai ke arah kamar Arkan. Mengetuk pintu itu agar tidak menganggu privasi sang pemilik kamar.

"Ar, sibuk?" tanya Rieyan. Merasa tak ada tanggapan dari dalam kamar, Rieyan membalikkan badannya untuk melangkah ke arah kamar lainnya. Namun sebelum kaki dari laki-laki yang terkadang disapa Rieyan itu bergerak, pintu yang ia ketuk sebelumnya terbuka. Menampilkan sosok Arkan dengan rambutnya yang acak-acakan, dengan raut wajah yang tidak dapat dideskripsikan oleh Rieyan.

Setelah beberapa saat Rieyan terdiam, memikirkan berbagai kemungkinan yang membuat Arkan yang jarang terlihat kacau menjadi seperti ini, laki-laki itu tersadar dan memperhatikan ulang tubuh Arkan dari atas sampai bawah. Rieyan mengernyitkan dahinya, dan bertanya dengan lembut, "lo baik-baik aja?"

Arkan menatap Rieyan dengan matanya yang dapat menjelaskan bagaimana keadaan laki-laki itu sekarang. Laki-laki itu tersenyum tipis. Percuma mengelak, Rieyan mudah membaca keadaan dari Arkan. Bahkan di saat seperti ini, Arkan tidak dapat berbohong. "Kenapa, Yan? Laper lo?"

"Jangan ngelak deh, lo baik-baik aja?"

"Menurut lo? Percuma kan gue sembunyiin kalau lo udah tau dan lihat gimana keadaan gue?"

"Lo harusnya cerita," kaya Rieyan. "Jangan dipendam sendiri."

"Orang cuma dengerin, bukan mendengarkan." Balas Arkan. "Lo mau ngapain tadi? Kalau enggak jadi, biar gue tutup pintu."

"Bilang atau gue kasih tau ke yang lain?"

Sia-sia, Arkan sudah berpikir kalau Rieyan tidak akan seperti ini lagi karena mereka sempat bertengkar hebat hanya karena salah satu dari mereka tidak ingin berbicara saat kacau. Hanya karena salah paham dan tidak ingin menjelaskan lebih jauh tentang apa yang terjadi, mereka tidak berbicara selama seminggu lebih, dan membuat keadaan kos-an sempat canggung. Setiap mereka lewat di depan Arkan atau Rieyan, aura mereka berdua seakan memancarkan kegelapan. Bahkan Ardehan tidak berani menghadapi mereka.

"Lihat tangan lo," Rieyan menunjukkan tangan sebelah kiri Arkan yang disembunyikan oleh laki-laki itu. Arkan menggelengkan kepalanya. "Lo kasih lihat atau—"

"Iya!" sebelum Rieyan melanjutkan kalimatnya, Arkan dengan cepat menjulurkan tangan sebelah kirinya yang dibalut beberapa plester. Laki-laki itu menarik kaus berlengan panjangnya hingga siku sampai memperlihatkan luka sayatan yang membuat Rieyan ikut merasakan sakit dari luka yang ada di tangan Arkan.

semesta tujuh warna Where stories live. Discover now