• PART 3 •

112 65 15
                                    

Bandung, September 2019

Istirahat. Aku lebih suka berada di dalam kelas daripada ke kantin. Selain karena pasti suasananya sangat ramai, letaknya juga jauh dari kelasku. Aku harus turun tangga, belok ke koridor dua kali, melewati gunung dan lembah. Ah, sudahlah. Malas aku jelaskan. Lagipula kalian tidak akan percaya.

Di saat aku sedang mendengarkan lagu melalui headset, aku dikejutkan dengan kedatangan Caya yang tiba-tiba sudah berada di sampingku. Padahal baru beberapa menit yang lalu dia pergi ke kantin, tetapi kenapa cepat sekali kembalinya? Mungkin karena antrian yang panjang, jadi dia tidak mau menunggu lama-lama.

Aku melepaskan kedua headset dari telingaku, lalu menatapnya kesal. "Bisa nggak, sih, kalau datang, tuh, pakai salam, kek, apa, kek. Jangan diam-diam aja. Mau buat gue mati muda?" kataku pura-pura kesal.

"Iih, lo kalau ngomong jangan sembarangan. Ucapan itu adalah doa, lho. Kalau terjadi beneran gimana?"

"Gue gentayangin lo," jawabku santai.

Caya memukul lenganku, tapi tidak sakit. "Lo, tuh, ya! Daripada lo ngejomlo di sini sendiri, mending kita nonton para cowok main basket aja," ajaknya.

"Males."

"Ayolah." Caya terus menarik tanganku. Akhirnya, aku mengalah dan mengikutinya keluar kelas.

Aku dan Caya tidak ke lapangan. Kami memang menonton para cowok bermain basket, tapi dari lantai dua. Aku memangku dagu dengan satu tangan di pembatas. Dari atas sini, aku bisa melihat 'dia' dan sahabat'nya' bermain bersama. Aku juga bisa mendengar Maura meneriaki nama 'Kris' dari tribun. Ya, semoga saja 'dia' masih bisa menahannya. 'Dia' terus berlari untuk mendapatkan bola, tapi selalu gagal. Namun, tidak apa-apa. Yang terpenting 'dia' sudah berusaha. Walaupun cewek yang disukai'nya' tidak meneriaki nama'nya' juga, di dalam hati aku selalu menyemangati'nya' dengan menyebut nama'nya'. Semangat!

Karena terlalu lama menatap'nya' dari atas, aku tidak sadar bahwa mereka sudah selesai bermain. 'Dia' duduk bersama Kris di pinggir lapangan, dan detik itu juga mataku bertemu dengan mata cokelat kayu milik'nya'. Aku gelagapan. Aku langsung berbalik dan masuk kembali ke dalam kelas. Sudah dipastikan bagaimana kondisi jantungku sekarang. Okay, ingatkan aku untuk tidak mengalah lagi ketika Caya mengajakku untuk menonton para cowok bermain basket. Lagi.

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

See you next part :*
Jangan lupa untuk vote, comment, and share 💙

Metafora : Without Saying Goodbye ✔️Where stories live. Discover now