◎◎◎◎

Acara hari ini adalah outbound. Berbagai acara games yang dilakukan semakin memeriahkan suasana. Seperti makan kerupuk, sarang laba-laba, panjat bukit, melewati air menggunakan tambang, lorong komodo, dan masih banyak lagi

Kini Hana sedang menyelesaikan lomba makan kerupuknya. Dengan mulut penuh dan belepotan akhirnya Hana menjadi yang pertama. Saking senangnya ia melompat tinggi keatas.

Tapi, karena terjadi kesalahan teknis saat memijak tanah kembali, posisi pergelangan kaki Hana miring hingga membuat tulangnya terasa remuk.

Klek

"Huaaaa......."

Teriakan kencang Hana membuat banyak pasang mata mengarah padanya. Dengan mata berkaca-kaca, Hana mencoba berdiri. Namun belum sempat dia berdiri, tubuhnya kembali jatuh karena rasa sakit di kakinya yang amat sangat.

Rahel dengan tergesa segera menghampiri Hana yang terduduk mengenaskan dengan raut melas yang menghiasi wajah cantiknya.

"Ya ampun Hana! Lo nggak papa?" Tanya Rahel khawatir.

"Nggak papa your head, sakit nih. Bantuin kek." Ujar Hana garang.

Rahel mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu. Bukannya menolong ia malah tidak sengaja menginjak kaki Hana yang sakit.

"Anjir Rahellll!!! Huaaaaa!!!!"

Hana akhirnya menangis setelah tadi mati-matian menahannya. Kali ini sakitnya luar biasa.

"Ada apa ini?"

Suara berat itu membuat Hana dan Rahel menoleh. Mendapati Lukas dengan alis saling menaut.

"Huaaa....bantuin Hana jodohkuuu, saakitt banget." Ujar Hana manja.

Lukas memutar bola matanya malas, namun melihat wajah Hana yang benar-benar melas, ia 'sedikit' merasa kasihan. Dengan amat sangat terpaksa ia menggendong Hana. "Ceroboh."

Hana terkekeh sambil menangis. Lalu mulai nyungsel-nyungsel di dada bidang cowok itu. Lumayan, sekalian modus.

Antara senang dan sedih bercampur menjadi satu. Rasa bangga muncul di diri Hana saat matanya menangkap beberapa cewek yang menatapnya iri. Ide jahil muncul di otak Hana.

Tangannya melingkar di leher Lukas, menatap wajah cowok itu dari bawah. "Ganteng banget." Gumamnya.

Lukas mendengus, "Dasar modus."

"Hehehe....huaaa kaki gue tambah sakit." Cicit Hana.

"Makanya hati-hati."

◎◎◎◎◎

Makanya hati-hati

Ucapan Lukas tadi pagi masih terngiang di telinganya. Bukankah itu berarti Lukas memberi perhatian?

Hana terkikik mengingat saat kakinya di pijat oleh Lukas. Menjerit kesakitan sambil menjambak rambut Lukas. Membuat cowok itu mengumpatinya habis-habisan.

Hana menatap kakinya yang masih membiru. "Ada untungnya juga lo keseleo, kaki."

Katakanlah Hana gila. Walau sudah sampai di rumah, tetap saja pikiran Hana masih melayang kearah cowok itu.

"Akhirnya gue udah pernah ngerasain di gendong DOI."

Hana buru-buru mengambil secarik kertas berisi list halunya yang selalu ia taruh di dalam buku diary-nya. Lalu segera mencentang listnya yang baru saja terpenuhi.

Digendong DOI √

Ketukan pintu kamarnya membuat Hana terpaksa menghentikan kegiatan imajinasinya. Dengan terpaksa Hana berjalan kearah pintu kamarnya.

"Bibi?"

Wanita berumur 60-an itu berdiri di depan pintu kamar Hana dengan senyum tulusnya.

"Makan dulu, Non. Bibi masakin makanan kesukaan Non." Ujar Bi Sarmi.

Hana tersenyum lalu mengangguk. "Iya Bi, ayo Hana udah laper."

Bi Sarmi terkekeh lalu mulai berjalan bersama Hana kearah dapur.

"Mami belum pulang, Bi?" Tanya Hana saat matanya tidak menangkap siluet mamanya.

Bi Sarmi menggeleng, "Belum Non. Sepertinya Nyonya mau nginep di kantor."

Hana menghela napas panjang lalu mengangguk mengiyakan. Selalu saja seperti ini. Kantor adalah rumah kedua mami Hana setelah kepergian ayahnya. Mengurus perusahaan besar bukanlah hal yang mudah. Hana harus mengorbankan waktunya bersama maminya. Wanita itu terlalu sibuk hingga lupa mengabari Hana. Bahkan kemarin saat Hana pergi camping, sepertinya maminya itu tidak tahu.

Hana tersenyum tipis, setidaknya masih ada Bi Sarmi yang setia merawatnya dari kecil. Mata Hana berkaca-kaca saat mengingat momen bahagia keluarganya dulu. Tentu sebelum ayahnya pergi.

Bi Sarmi yang menyadari perubahan raut wajah Hana-pun segera mengerti. Menepuk pelan pundak gadis yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Mengingat dirinya hanyalah seorang janda sebatangkara yang kebetulan bekerja di rumah ini.

"Yang sabar, Non. Nyonya melakukan semua ini hanya untuk kebahagiaan Non Hana." Ujar Bi Sarmi mencoba menenangkan Hana.

Hana mengangguk lalu merentangkan tangannya lebar-lebar tanda bahwa ia meminta pelukan.

Bi Sarmi terkekeh, anak gadis majikannya ini sangat manja jika dirumah. Dengan senang hati, Bi Sarmi membawa Hana ke dalam pelukannya. Terkadang, dirinya merasa kasihan kepada Hana yang ingin sekali mendapatkan kasih sayang.

"Makasih Bi."

◎◎◎◎◎

Salam,

Ia💟

HALU(Completed)Where stories live. Discover now