Chapter 2 - Jatuh Cinta

334K 5.9K 218
                                    

Pusing di kepala Aletta belum sepenuhnya hilang. Begitu pula dengan sakit di lehernya. Untuk sejenak, Aletta hanya terdiam dan meratapi nasib. Rasa sakit dan nyeri di leher dan kepalanya malah tambah membuat hatinya makin teriris.

Bahkan Hema, cowok yang sempat dicintai Aletta dengan sepenuh hati tega berbuat sejahat itu? Mengapa hidup nampak begitu kejam pada Aletta?

Sangkin terlalu larut dalam pemikirannya, Aletta sampai tidak sadar kalau ada Damian yang daritadi berdiri terdiam, menatapi dirinya.

Damian terdiam sejenak menatapi Aletta. Heran, apa yang ada di pikiran perempuan yang ada di hadapannya ini. Aletta nampak 'hilang', tidak fokus.

"Kamu beneran nggak apa-apa?" tanya Damian lagi. Pertanyaannya masih sama, menanyakan keadaan Aletta.

Suara Damian mengalihkan perhatian Aletta. Membawanya kembali dari lamunannya. Ah, seandainya Damian tahu, bukan hanya fisik Aletta yang sedang tidak baik-baik saja. Hatinya pun sedang tidak baik-baik saja.

"Eh, nggak apa-apa kok," bohong Aletta. Aletta lanjut bicara, "Pelipis kamu baik-baik aja kan?"

Damian tersenyum, "Iya. Cuman berdarah sedikit kok. Rumah kamu di mana? Biar aku anterin pulang."

Aletta tersenyum, "Nggak usah. Aku bisa balik sendiri kok. Aku pasti udah ngerepotin kamu kan?"

Damian menggeleng, "Nggak, nggak apa-apa. Anggep aja sebagai rasa tanggungjawab karena aku hampir aja nabrak kamu." Damian mengulurkan tangannya, "Damian. Kayaknya kemarin kamu belum kasih tau aku nama kamu, iya kan?"

Aletta membalas uluran tangan Damian dan tersenyum, "Aletta. Makasih udah nolongin aku kemarin."

Cantik dan manis. Hal itu yang pertama kali terbesit dalam pikiran Damian saat melihat Aletta tersenyum.

Setelah mengurus semua biaya administrasi, akhirnya Aletta menerima ajakan Damian. Selama di mobil, Aletta tak banyak bicara. Matanya fokus pada jalanan sepi yang ada di hadapannya, tapi pikirannya nampak kosong.

"Aku boleh nanya nggak?" tanya Damian yang mulai penasaran.

Aletta tersenyum, "Boleh kok."

Alih-alih bertanya 'Kamu lagi ada masalah?', Damian malah bertanya hal lain. "Kamu kerja di mana?"

"Di kafe gelato, daerah Jakarta Selatan. Kamu tau gelato kan? Itu loh, es krim khas Italia," jawab Aletta.

"Oh, gelato. Tau kok. Yang rasanya manis kan? Manis, sama kayak kamu," goda Damian.

Pipi Aletta langsung merona, "Bisaan aja kamu .. Aku nggak manis kok."

Damian tersenyum, "Nggak. Siapa bilang kamu nggak manis? Kamu manis kok. Manis dan cantik."

Aletta tersenyum, "Makasih."

Jantung Aletta langsung berdegup kencang seketika. Padahal sudah begitu banyak orang yang bilang bahwa Aletta itu cantik dan manis. Ya, termasuk mantan kekasihnya, Hema. Tapi entah mengapa, hanya Damian yang mampu membuat jantung Aletta berdegup kencang karena dibilang cantik dan manis.

Apa jangan-jangan Aletta sudah jatuh hati pada Damian?

Damian kembali bicara, "Aku boleh mampir kan?"

"Boleh .. Kalo kamu nggak keberatan," jawab Aletta malu-malu.

"Aku sama sekali nggak akan merasa keberatan kok. Kalo pegawai kafenya secantik dan semanis kamu aku rela kok dateng tiap hari," goda Damian.

Pipi Aletta malah tambah merona merah, "Bisaan aja kamu .."

Satu jam kemudian, Damian sampai di depan rumah Aletta. "Ini rumah kamu?" tanya Damian.

Cinta Rahasia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang