"Oh ya udah Afiqah panggilkan. Mas Arse makan aja." Namun baru saja Afiqah ingin beranjak orang yang mereka bicarakan datang.

"Wah udah ada yang nyiapin makan."

"Sini duduk anak nakal." Ujar Arsena, Pangeran menurut.

"Jadi kamu puasa?" Tanya Afiqah tidak percaya. Mengingat keluarganya bilang jika Pangeran nakal.

"Bilang aja uangnya habis. Ayah kamu cuma kasih uang dikitkan hayo ngaku!" Ejek Arsena. Kadang ia bingung dengan Pangeran dia anak orang kaya tapi ngak pernah punya uang. Uang yang diberikan Ahwan pasti tidak sedikit. Jadi yang ia bingungkan kemana uang-uang itu.

"Enak aja. Uang Pangeran tuh segudang masa Anak Sultan nggak punya uang om." Balas Pangeran tidak terima.

"Terus kamu kenapa puasa?" Tanya Afiqah lagi. Dia masih bingung.

"Iya mbak aku itukan nakal-nakal Sholeh kayak mas Arsena. Jadi walaupun nakal ibadahnya juga harus kenceng. Aku Kan ikut-ikutan mas Arsena. Sayang kalau udah tua nanti nggak bisa nakal lagi." Arsena langsung tersedak mendengar itu. Sial!!! Bocah kecil ini selalu menyebut namanya disetiap kesalahannya menjadi nakalkan itu pilihan dia kenapa harus bawa namanya. Jadi jelek kan namanya di depan Afiqah. Walau uang di katakan Pangeran kepada Afiqah itu benar kalau kelakuannya hampir sama dengan Pangeran namun lebih parah lagi. Karena ia juga sering mengerjai guru di sekolah bahkan tidak pulang ke rumah. Tapi untuk urusan ibadah ia tidak pernah lupa. Disaat itu ia sadar bahwa ke-sholehan itu bukan di ukur dari seberapa banyak ibadahnya, tapi baik akhlaknya. Apalagi sejak bertemu Afiqah kecil, ia jadi berubah ia ingin jadi laki baik-baik seperti ayah Afiqah. Ia takut jika anaknya kelak akan sama sepertinya. Cukup ia dan Pangeran yang nakal. Semoga saja Pangeran cepat insyaf. Agar tidak terus-menerus membawa namanya.

"Kalian memang mirip ya. Udah kayak anak sama bapak. Kadang mbak bingung ayah kamu itu Mas Ahwan atau Mas Arse." Balas Afiqah.

"Kalau aku anaknya mas Arse. Berarti mbak ibu aku dong. Tapi mbak lebih cocok jadi Ibu dari anak-anakku." Kini gantian Afiqah yang tersedak dan Arsena yang mendelik tajam.

"Mbak minum dulu. Kalau makan hati-hati mbak." Baru saja Pangeran ingin membantu Afiqah minum tapi Arsena lebih dahulu menahannya.

"Kamu habiskan saja makananmu pangeran kodok!" Ujar Arsena kesal. Dalam hati ia mendesah tidak bisa membayangkan Pangeran yang akan terus mengganggunya. Jadi ini yang Ahwan rasakan dulu. Ia benar-benar terkena karma. Karena dulu ia yang suka menganggu Ahwan dan Sheila, dengan menempel terus pada Sheila. Sekarang gantian bocah ini. Atau jangan-jangan Ahwan memang sengaja mengirim Pangeran kesini untuk balas dendam.

***
Baru saja Arsena menyalakan mesin mobil. Ia dikejutkan oleh kehadiran Pangeran. Anak itu ikut masuk ke dalam mobilnya. Bukannya Ahwan sudah membelikan sepeda kepada Pangeran. Lagian jarak sekolah dengan rumah ibunya tidak jauh.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Arsena hal itu membuat Afiqah ikut menoleh.

"Nebeng om, kalau mau Pangeran ingatkan om nyita SIM sama STNK-nya pangeran jadi aku ngak bisa berangkat naik motor."

"Pake sepeda baru kamu ituloh."

"Mana ada cowok keren mau naik itu ke sekolah. Turunlah pasaran Pangeran muka ganteng naik sepeda." Arsena hanya menggelengkan kepala mendengar itu.

"Ya sudah nanti om kasih lagi surat-suratnya."

"Bener om."

"Iya."

"Dengan syarat,"

"Curang itu mah."

"Dengan syarat kamu naik sepeda selama seminggu. Ini mandat dari ayah kamu loh. Ia atau tidak sama sekali." Mau tidak mau Pangeran menurut. Sedang Afiqah terkikik melihatnya.

Mobil melaju menuju sekolah. Hari ini hari pertama Pangeran sekolah di tempat yang sama dengan Afiqah. Salah satu SMA Negeri favorit di Sukoharjo. Mereka mengenakan batik begitu juga Pangeran. Karena hari Kamis menggunakan batik. Ia langsung mendapat seragam baru ketika mendaftar. Tidak lebih dari sepuluh menit mereka sampai, karena memang jaraknya dekat dengan rumah nenek.

Arsena mematikan mesin mobil lalu turun membukakan pintu untuk Afiqah. Lalu Afiqah salim dengan Arsena dan mencium pipinya cepat.

"Belajar yang rajin, nanti pulang telepon mas ya buat jemput." Afiqah mengangguk. Arsena juga memberikan uang saku buat Afiqah. Ternyata Pangeran juga ikut mengantri di belakang Afiqah.

"Kamu ngapain?"

"Jalok Sangu (minta uang jajan) om."

"Kamukan pangeran uangnya banyak! Lagian kamu puasa emang orang puasa mau jajan apa."

"Yowes om sing santuy."

"Yuk mbakku kita masuk, sekalian mbak kasih liat sekolahan." Pangeran langsung merangkul Afiqah yang lebih pendek darinya untuk ke dalam. Arsena tentu saja langsung memisahkan.

"Ingat jarak 1 meter!! Jangan deket-deket bukan mahram." Afiqah terkikik dengan perkataan Arsena.

"Yo pak ustad. Sama keponakannya sendiri aja cemburuan apalagi sama orang lain mungkin udah di tembak mati kali." Gumam Pangeran yang langsung menggeser tiga langkah ke samping dari Afiqah. Kemudian mereka masuk ke sekolah sedangkan Arsena kembali ke kantor polisi untuk kerja.

***
Follow Instagram aku @wgulla_ ya love youuuuuuuuuu 😘😘😘

Part ini hanya untuk seneng2 aja. Karena Author bingung mau nulis apaaaa...

Masih kurang 25 bab lagi buat tamat bisa ngak yak wkwkwkk Apa aku persingkat aja sampai bab 60 hehehe...

Yuk love cerita ini jangan lupa share juga

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang