My Ex-Teacher ~ Eight

5K 250 13
                                    

Buat yang mau baca! Terimakasih.
Buat yang setia! Terimakasih.
Ini serius buka cuma curcol curcolan.




Gadis itu menatap serius pria tua yang duduk menghadapnya. Jean mengerang lelah saat kakeknya tidak juga buka mulut. Pria tua itu tetap setia menutup mulutnya rapat rapat.

"Kek..." panggil Jean buka mulut.

Pekerjaan nya masih banyak, dan sang kakek yang masih menjabat sebagai direktur di usia senjanya memanggil nya. Jean menarik tangan keriput Thomas dan menggenggam nya.

"Kakek ada masalah?" tanya Jean lembut.

"Jean maaf,"

Suara Thomas terdengar ragu. Pria itu menatap Jean dengan rasa bersalah yang besar. Sekarang dia menyesali keputusan nya yang gegabah. Harusnya dia tidak menyerahkan cucunya begitu saja. Dan satu minggu lagi, Jean akan berulang tahun yang ke-24. Dan itulah saat Jean harus meninggalkan mansion Jackson.

"Jean, sebenarnya kakek menjadikan kamu penghubung bisnis kakek." ucap Thomas memalingkan wajah enggan menatap wajah lembut cucunya.

"Maksudnya?"

"Kamu kakek jual!"

"Kek..." panggil Jean merengek.

Gadis itu terlihat syok. Jean menelan ludahnya yang terasa padat. Dijual tidak termasuk dalam rencana hidupnya.

Wajahnya pias dengan tangan yang saling meremas di atas paha. Jean menunduk, menatap tangannya yang menarik. Gadis itu menarik napas dalam kemudian menghembuskan nya kasar. Sikap anggun dan tegas yang selama ini dia pelajari dari guru etikanya menghilang.

Guru etikanya akan mengacak rambutnya frustrasi setelah melihatnya menghempaskan tubuhnya di punggung sofa. Apalagi mendengar helaan napasnya yang kasar.

"Begini..."

Jean menegakkan tubuhnya kembali. Gadis itu menatap Thomas yang tidak mau melihatnya. Pria tua itu memalingkan wajah darinya. Thomas merasa bersalah pada cucu satu-satunya itu. Cucu yang selama ini selalu menatapnya bangga. Jean terlalu mengidolakan kakeknya.

"Jean, maafkan kakek. Saat itu perusahaan sedang pailit." Jelas Thomas lirih.

"Jadi...Karena perusahaan pailit?" kata Jean tidak percaya. Gadis itu terkekeh sumbang.

Masih teringat saat Thomas mendadak menjemput dia dan orang tuanya sebelum kelulusan. Seharusnya dia curiga sejak awal. Seharusnya dia tahu jika Thomas tidak benar-benar menginginkan dia dan ibunya.

"Kakek menukarku demi perusahaan." ucap Jean tidak percaya.

Jean bangkit dari duduknya kemudian berjalan lunglai keluar dari ruangan kakeknya. Tangannya lemas saat menyentuh daun pintu.

"Jean, maafkan kakek. Tapi ada ribuan orang yang bergantung pada perusahaan ini."

Jean mematung sesaat sebelum dengan kasar membuka pintu besar itu. Apapun alasannya, dia masih belum bisa menerima semua ini.

******

Jean berjalan menuju lift dengan kepala menunduk. Gadis itu meremas ponsel yang ada di tangannya. Otak dan hatinya bertolak belakang menyikapi masalahnya ini. Otak menyuruhnya untuk memberontak. Tapi hatinya berkata lain. Hatinya mengasihani orang orang yang bekerja di perusahaan ini. Benar yang dikatakan kakeknya, banyak nyawa yang bergantung pada perusahaan sebesar ini.

Matanya menatap lesu sepasang sepatu pantofel hitam yang berhenti di depannya. Sepatu yang mengkilap ketika terkena cahaya lampu. Naik ke atas, Jean melihat celana khaki biru tua yang terlipat licin. Kemudian gadis itu melihat celana yang mengetat di bagian paha dalamnya.

Hot Guy With An Innocent GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang