"Ohh..." Jae mengangguk mengerti lalu memberi kode agar Ayi kembali fokus mendengarkan laporan yang lain.

Rapat pun selesai saat sore telah menjelang. Ayi ingin segera pulang dan memeluk gulingnya tapi lagi-lagi gagal setelah hujan turun dengan derasnya. Membuat ia berpikir 2x untuk pulang sekarang, apalagi ia tidak di jemput.

"Aduh Reen gue ngantuk tapi kenapa malah ujan" keluh Ayi menatap rintik besar dari balik jendela ruangan tempat mereka rapat tadi.

"Ya sama anjir, gue baru tidur tadi subuh"

"Hah? Ngapain aja lo?"

"Maraton drama hehe"

"Yeuh" tangan Ayi gatal untuk tidak menoyor kepala sahabatnya itu.

"Mau bareng ga sek?" tanya Juniar yang baru keluar dari ruangan.

"Mau tapi masih deres Jun. Emang lo bawa mantel?"

"Bawa kok"

"Berapa?"

"Satu...."

"Ya terus gue ujan-ujanan gitu?" sewot Shireen.

"Ya kagak, ntar mantelnya lo yang make"

Ayi menahan tawanya setelah melihat pipi Shireen memerah. Ia teringat kembali chatnya semalam, saat Shireen curhat bagaimana sikap Juniar yang akhir-akhir ini membuatnya salah tingkah. Awalnya Shireen sangka ia terlalu geer, tapi setelah Ayi melihatnya sendiri sepertinya tidak demikian. Juniar memang menaruh perhatian pada Shireen walau kadang tertutupi dengan tingkahnya yang menyebalkan.

"Terus lo pulangnya gimana Yi?" tanya Shireen.

"Gue ga-"

"Ayi pulang sama gue" potong Jae yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Ayi. Shireen menatap Ayi meminta penjelasan lewat matanya, tapi sama bingungnya dengan Shireen. Ayi hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Emm yaudah kalo gitu gue balik duluan ya Yi. Titip Ayi ya kak Jae" Shireen melambaikan tangannya dan berjalan mengikuti Juniar.

"Mau pulang sekarang?" tanya Jae.

"E-emm. Gue bisa balik sendiri kok kak"

"Ish nggak nyambung banget di tanya apa jawabnya apa" Jae terkekeh kecil. Seakan bisa membaca pikiran Ayi, dia melanjutkan. 

"Ayo gue anter. Gue nggak ngerasa repot kok santai aja" Ayi terlihat ragu membuat Jae gemas sendiri.

"Nggak baik tau nolak rejeki. Kapan lagi ada cogan mau nebengin?"

Perkataan Jae sukses membuat Ayi tertawa kecil. Setelahnya Ayi setuju, mereka pun berjalan keluar gedung kampus, sedikit berlari menuju parkiran mobil, dan berhasil memasuki mobil walau harus sedikit kebasahan akibat hujan deras.

Di dalam perjalanan mereka membicarakan banyak hal, mulai dari proker-proker kedepan, soal kuliah, band EnamHari ataupun hal random lain.

Bahkan hubungan Jae dengan Mariska pun mereka bahas. Bukan karena Ayi yang bertanya, tapi Jae sendiri yang menceritakan hal itu. Jadi bisa dibilang Ayi tidak melewati privasi.

"Gue jadi keinget omongan lo tadi" ucap Jae.

"Omongan yang mana kak?"

"Yang kalo Mariska marah. Emang... gue keliatan ada hubungan ya sama dia?"

Oke, untuk sesaat Ayi bingung harus menjawab apa. Karena yang ia dengar dan yang ia lihat memang seperti itu. Jae dan Mariska terlalu dekat jika hanya disebut sebagai teman.

"Yaa, kata orang-orang sih gitu kak hehe"

"Kalo menurut lo gimana?"

"Hah?"

"Menurut lo gue juga keliatan ada hubungan sama Mariska?"

"Engg itu.. ya-"

"Gue nggak ada hubungan apapun sama Mariska" potong Jae, lagi.

Heran kenapa ni orang seneng banget motong omongan, batin Ayi.

Jae menepikan mobilnya tepat didepan pagar rumah Ayi. Ayi tertegun menyadari Jae sekarang menatapnya, cukup dalam, membuat Ayi salah tingkah. Dan membuat dia hampir salah paham. Seakan Jae sedang memberi penjelasan pada pacarnya bahwa ia tidak sedang selingkuh. Oke, mungkin pikiran Ayi yang terlalu jauh. Padahal kalaupun Jae dan Mariska ada hubungan, tidak jadi masalah karena mereka terlihat serasi, setidaknya itu yang dipikirkan Ayi.

"Mm makasih ya kak udah nganterin" ucap Ayi mencoba mengalihkan pembicaraan. Jae mengangguk dan tersenyum.

"Sama-sama. Kapan-kapan kalo lo butuh tebengan chat gue aja" Ayi mengangguk samar, tentu saja ia tidak yakin akan meminta bantuan Jae lagi di lain waktu.

"Yaudah ati-ati pulangnya ya kak" Ayi melambaikan tangannya dari balik kaca setelah ia turun dari mobil. Jae membalas sekilas lalu melajukan mobilnya.

"Siapa tuh dek? Pacar baru? Emang lo udah putus sama Bima?" tanya Kresna yang tanpa Ayi sadari sudah berdiri dibelakangnya sedari tadi, membuatnya terlonjak kaget.

"Apasih bang, ngagetin aja"

Kresna mengernyit.
"Kenapa kaget gitu? Kaya orang ketahuan selingkuh"

Ayi merasa tertohok, padahal ucapan Kresna tidak benar. Tapi entah kenapa Ayi merasakan hal yang sama. Ia merasa bersalah tidak bisa menonton pertandingan Bima dan barusan ia malah pulang di antar cowok lain. Dan bisa dipastikan kalau Bima tau, cowok itu bakal ngambek seharian sama Ayi.

"Apasih orang cuma kating. Lagian sembarangan banget, aku nggak putus sama Bima"

"Oh kirain udah putus" Hampir saja Ayi menoyor abangnya itu karena kesal.

"Makanya cari pacar biar nggak sirik mulu" balas Ayi.

"Cih, nggak tau aja lo kalo gue punya pacar" ucapan Kresna barusan menarik atensi Ayi sepenuhnya.

"Eh beneran? Siapa? Gue kenal nggak?"

Kresna tersenyum penuh arti.

"Rahasia"

⚘⚘⚘

"Bim oper sini" Bima mengoper kepada temannya yang berposisi sebagai penyerang. Pertandingan berlangsung sengit antara Sasindo dengan Antropologi di babak final ini. Berulang kali Bima terjatuh akibat senggolan maupun sledingan dari tim lawan. Tapi untungnya tidak separah yang ia alami saat melawan Sasjep.

"YESSS!!! GOL!!" teman Bima berhasil menambah score menjadi 5-1 dan setelahnya terdengar peluit panjang sebagai tanda berakhirnya pertandingan sekaligus kemenangan tim futsal Sasindo. Bima, Galang dan yang lainnya menggendong si pencetak gol sebagai selebrasi.

"Akhirnya makan-makan kita" ucap Galang sembari mengipaskan beberapa lembar uang sebagai hadiah kemenangan mereka.

"Siaplah gas abis ini"

"Yaudah ayok"

Bima mengikuti yang lainnya keluar dari gedung olahraga. Tapi langkahnya terhenti saat tidak sengaja menemukan dompet di dekat motornya. Bima memungutnya dan membuka isinya. Terdapat kartu identitas dan beberapa lembar uang. Bima mengambil KTP di dalam dompet tersebut dan melihat foto si pemilik.

"Anjani Salsabil...?"

tbc.

Kala Temu ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum