03

342 49 6
                                    

Hari terakhir PMB tak lantas menjadi akhir dari kesibukan Ayi. Malahan hari ini puncaknya, karena ia akan tampil menyanyi sebagai perwakilan dari jurusannya untuk acara inagurasi. Yah, semacam pensi dan para mahasiswa baru perwakilan dari semua jurusan di fakultasnya harus tampil.

Ayi sudah berada di backstage, mati-matian menahan rasa gugupnya yang menjalar dengan liar hingga ia merasa tangannya sangat lembab akibat keringat. Tampil di atas panggung dengan ratusan mata melihat ke arahnya bukanlah perkara mudah. Awalnya ia akan bernyanyi dengan Shireen sayangnya suara Shireen habis akibat terkena flu. Jadilah Ayi harus menyanyi sendirian, yah meskipun tidak benar-benar tampil sendiri karena ada Fauzi yang akan mengiringi dengan petikan gitar juga tabuhan cajon dari Juniar. Tapi tetap saja ia merasa gugup.

"Selanjutnya penampilan dari Sastra Jepang" seruan MC dari panggung memanggil mereka untuk tampil. Ayi mengatur nafasnya, mencoba membuang semua rasa gugup. Menatap bergantian pada Fauzi dan Juniar sebagai isyarat bahwa ia siap untuk menyanyi. Fauzi yang mengerti mulai memetik gitarnya sebagai intro, di ikuti tabuhan cajon dari Juniar lalu Ayi memulai nyanyiannya.

 Fauzi yang mengerti mulai memetik gitarnya sebagai intro, di ikuti tabuhan cajon dari Juniar lalu Ayi memulai nyanyiannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Riuh tepukan tangan menjadi pengiring Ayi, Fauzi dan Juniar menuruni panggung. Ayi lega, setidaknya ia tidak membuat kesalahan. Malahan beberapa senior memujinya ketika ia sudah kembali ke backstage. Tak lupa Fauzi, Juniar, dan teman-temannya yang lain juga memujinya saat mereka kembali bergabung dengan mahasiswa jurusannya untuk melihat penampilan selanjutnya.

Penampilan selanjutnya sekaligus terakhir adalah pementasan drama dari jurusan Sastra Indonesia, Bima juga turut tampil. Drama bertemakan komedi itu sukses membuat gelak tawa seisi gedung serba guna tersebut. Tak terkecuali Ayi. Apalagi saat melihat Bima menjalani peran sebagai orang yang selalu terkena sial. Ayi senang melihat bagaimana cowok itu memainkan lakon, dengan berbagai ekspresi yang ditunjukkannya, ia bisa melihat sisi baru Bima.

⚘⚘⚘

Line!

Bima
Ternyata suara lo bagus juga

Bima
Boleh lah sekali-kali kita duet :))

You
Gamau ah, suara lo jelek

Bima
Sialan wkwk

Ayi tanpa sadar tertawa kecil. Sedangkan Kresna disampingnya mengernyit bingung.

"Lo kenapa ketawa sendiri? Udah abis obatnya ya? Mau mampir ke Rumah Sakit dulu?"

"Diem lo bang"

"Ye bantet, gue turunin juga lo"

Ayi tidak menggubris Kresna yang menyetir disebelahnya dan asik membalas pesan dari Bima. Setelah kemarin mereka satu kelompok saat PMB, Bima semakin sering mengirim pesan. Ternyata kesan pertama tentang Bima yang menyebalkan memang benar, cowok itu selalu mengganggu Ayi. Entah melalui chat ataupun ketika bertemu langsung. Tapi anehnya, Ayi tidak bisa marah. Dan semakin mereka sering berbalas pesan, ke-awkward-an yang dirasakan oleh Ayi semakin menghilang.

Sesekali Kresna memperhatikan adiknya yang masih mengulum senyum menatap ponselnya. Hal yang jarang Ayi lakukan karena biasanya adik satu-satunya itu lebih senang membaca manga daripada bergantung dengan ponselnya. Apalagi tersenyum dengan pipi bersemu merah.

"Mau makan dulu nggak?" tanya Kresna mencoba menarik perhatian Ayi.

"Boleh, gue juga udah laper bang"

"Oke, tempat biasa aja ya"

Kresna melajukan mobilnya ke restoran langganan keluarga mereka. Sesampainya disana mereka duduk di tempat biasa sembari menunggu pesanan mereka. Ayi masih sibuk dengan ponselnya, tidak sadar bahwa Kresna memperhatikannya sejak tadi.

"Tumben lo nggak nyomot komik disana"

"Nggak, lagi males bang"

Lagi, suatu keanehan yang Kresna temui. Biasanya setelah memesan menu Ayi akan bergegas mengambil beberapa komik yang memang disediakan oleh pihak restoran, lalu tenggelam ke dunia imajinasinya. Tapi kini berbeda, Ayi tenggelam dalam dunia yang Kresna tidak bisa jangkau. Ada rasa yang mengganjal di benak Kresna.

"Dek, lo udah punya pacar?" Ayi menjauhkan ponselnya lalu menatap Kresna dengan raut bingung. Kenapa abangnya tiba-tiba bertanya seperti itu? Apalagi melihat raut wajah Kresna yang terlihat serius.

"Enggak bang"

"Jangan bohong" Ayi semakin bingung. Buat apa dia bohong?

"Gue nggak bohong, lagian lo kenapa sih tiba-tiba nanyain kek gitu?"

"Ya aneh aja, lo sibuk terus sama hape, senyum-senyum sendiri, terus nggak baca komik padahal lo pasti semangat banget kesini karena banyak komiknya. Tapi lo malah asik main hape"

Iyakah? Bahkan Ayi tidak sadar. Tapi apakah hal itu lantas membuatnya bisa dikira memiliki pacar? Padahal dia hanya membalas chat Bima.

"Dek, gue nggak pernah larang lo punya pacar. Tapi kalo nanti lo punya, gue harus jadi orang pertama yang tau, oke?"

Ayi mengangguk, tidak ingin bertanya lebih jauh walaupun banyak pertanyaan bersarang di kepalanya. Sedangkan Kresna mengusap rambut Ayi pelan, rasa mengganjal yang hinggap tadi adalah sebuah rasa khawatir. Rasa khawatir sebagai kakak yang ingin menjaga adiknya. Menjaga dari apapun yang bisa menyakiti adik satu-satunya itu.

tbc

Kala Temu ✔Where stories live. Discover now