12

245 31 4
                                    

Sejak penolakannya hari itu, Kalisa tidak lagi menyapa Bima. Bahkan Bima seakan tak kasat mata. Saat mereka tidak sengaja bertemu, Kalisa akan membuang muka. Saat Bima memanggil namanya, gadis itu akan berpura-pura tidak mendengar. Bima tidak suka, katakan saja ia egois, dia hanya tidak ingin kehilangan seorang teman.

"Lis, Lisa!" Kalisa semakin menjauh. Bahkan gadis itu menepis tangan Bima kasar ketika Bima berhasil meraih tangannya.

"Apaan sih Bim" ucapnya lalu segera berbalik tetapi masih berdiam diri di tempatnya.

"Gue minta maaf Lis" lirih Bima masih menatap punggung gadis di hadapannya.

"Ga ada yang perlu gue maafin Bim, lo ga salah"

"Terus kenapa lo ngehindar dari gue?"

"Gue yang salah.." Kalisa memberanikan dirinya menatap Bima, dengan pandangan mengabur.

"Gue yang salah suka sama orang yang udah punya perasaan sama orang lain. Dan gue ngehindarin lo buat ngehapus perasaan itu, jadi tolong..." Kalisa mengusap air matanya yang tidak bisa ia tahan lagi.

"Jauhin gue. Nanti kalo gue udah ga ada perasaan lagi, kita bisa jadi teman kaya dulu" Kalisa benar-benar pergi dan Bima menyadari dia harus rela kehilangan seorang teman.

"Bim?" Bima menoleh dan mendapati Ayi disana. Secara spontan senyum Bima terkembang.

"Eh Ayi, mau pulang sekarang?" Ayi mengangguk.

"Iyalah, masa mau nginep?" Bima terkekeh kecil mendengar jawaban gadis itu.

"Hehe maksudnya mau mampir makan dulu nggak?"

"Mmm boleh sih"

"Yaudah yuk"

Entah mendapat keberanian darimana, Bima menggandeng tangan Ayi. Dan Bima bersyukur demi apapun karena gadis itu tidak menolaknya. Sejak beberapa hari yang lalu, Bima meminta Ayi selalu pulang bersamanya. Gadis itu setuju. Setelah sebelumnya meminta ijin abangnya tentu saja.

"Mau makan apa?" mata Ayi menelusuri menu di tangannya.

"Ini aja deh" tunjuknya, Bima mengangguk mengerti dan pergi untuk memesan. Setelah Bima kembali sambil menunggu pesanan mereka datang, Ayi ragu-ragu bertanya.

"Bim gue mau nanya"

"Hm? Nanya apa?"

"Lo... ada masalah sama Kalisa?"

Bima terdiam sebentar.
"Enggak ada kok, kenapa?"

"Nggak, cuma tadi gue liat lo sama Kalisa lagi ngobrol gitu terus Kalisa nangis"

Jadi Ayi melihat semuanya?
Bima menggaruk tengkuknya.

"Gue nolak Lisa" Bima melihat mata Ayi yang melebar karena terkejut.

"Eh? Kenapa?"

Bima mengernyit bingung.
"Kenapa apanya?"

"Ya, kenapa lo nolak Kalisa? Dia kan cantik, ramah, perhatian juga sa-"

"Tapi dia bukan lo" potong Bima cepat.

"Hah?"
kini giliran Ayi yang terlihat bingung. Bima menghembuskan nafasnya pelan. Apa ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya?

"Dia bukan lo Yi, gue sukanya sama lo"

⚘⚘⚘

"Dia bukan lo Yi, gue sukanya sama lo"

Dada Ayi berdebar keras ketika teringat kembali pengakuan Bima tadi siang. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi matanya enggan untuk terpejam.

Kala Temu ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant