06

310 50 7
                                    

Sesekali Ayi berhenti membenarkan letak bukunya yang banyak dan berat. Ya salahnya sendiri sih percaya dengan kata-kata Kresna kalo kuliah nggak usah bawa tas besar, dan kini Ayi sendiri yang kewalahan membawanya.

"Berat ya Yi? Sini gue bantu" sebelum Ayi menjawab, Denis sudah lebih dulu mengambil beberapa buku paket yang Ayi bawa.

"Ehh, makasih ya Nis, padahal gue bisa bawa sendiri" Denis tersenyum sambil menyejajarkan langkahnya dengan Ayi.

"Lo balik sendiri Yi? Tumben nggak sama Shireen?" tanya Denis saat mereka hampir sampai di pintu depan.

"Enggak kok, bareng abang gue. Tadi Shireen buru-buru ada acara katanya"

"Ohh" Denis menganggukkan-anggukkan kepalanya.

"Eh gue duluan ya Nis, abang gue udah di depan. Btw makasih ya, maaf ngerepotin lo" Ayi mengambil buku-bukunya yang di bawa Denis kembali.

"Nggak ngerepotin kok, santai aja. Ati-ati ya pulangnya" Denis tersenyum sambil melambaikan tangannya. Matanya tak lepas memandang Ayi sampai gadis itu mendekati sebuah mobil di dekat pos satpam.

Dari jauh Bima menajamkan pengelihatannya. Dia menatap Ayi yang menjauhi pintu gedung utama kampus sambil melambaikan tangannya pada seorang cowok yang berdiri disana. Bima tidak suka pemandangan itu, apalagi melihat sorot mata cowok itu saat menatap Ayi.

"Ngeliatin apa lo?" interupsi Galang yang tiba-tiba sudah muncul disampingnya.

"Lo kenal dia nggak Lang?" Bima menunjuk ke arah cowok itu yang masih dengan setia berdiri disana.

"Oh Denis. Kenal. Komting SasJep terus ikut UKM futsal juga sama gue. Kenapa?" Bima tidak menjawab, matanya masih terpusat pada cowok bernama Denis yang kini kembali memasuki kampus setelah mobil yang Ayi tumpangi pergi.

"Gapapa, yuk cabut"

⚘⚘⚘


Bohong jika Bima merasa tidak apa-apa. Ada rasa mengganjal setiap ia bertemu dengan Ayi dan tak lama kemudian ada Denis yang menyusulnya. Seperti saat ini, Bima yang sering nongkrong di depan kampus, melihat Ayi sendirian keluar dari perpustakaan. Hampir saja Bima ingin memanggilnya tapi urung saat melihat Denis yang berlari dan berjalan berdampingan dengan Ayi. Tanpa sadar Bima mendengus keras dan menarik perhatian Galang di sampingnya.

"Nape lagi lo?" karena tidak ada jawaban Galang mengikuti arah pandang Bima. Galang tertawa kecil dan menepuk-nepuk pundak Bima.

"Makanya bos, kalo emang suka ya ngomong lah. Keduluan baru tau rasa lo" Bima kembali mendengus.

Ya di pikir gampang ngomong suka? Iya kalo dia balik suka, kalo kagak?

"Takut di tolak ya lo?" perkataan Galang barusan langsung menarik atensi Bima. Tentu saja ia terkejut, Galang bisa menebak tepat sasaran.

"Elah, kaya lo baru kali ini aja mau nembak cewek. Dulu lo bilang, pepet dulu, urusan di terima apa kagak pikir belakangan. Sekarang apa bedanya?"

Tentu saja beda karena ini Ayi. Orang yang menyelamatkan Bima sekaligus bisa di bilang cinta pertamanya. Hati Bima belum siap untuk menerima penolakan.

Meski sejauh ini, Ayi selalu merespon chat Bima yang kadang random. Tapi jangankan menyatakan perasaan, ngobrol berdua aja belum pernah selain sapaan saat tak sengaja bertemu di kampus.

"Hadeh, yaudah. Seenggaknya lo ajak dia jalan dulu"

"Jalan? Kemana?"

"Aduh lo kenapa jadi bego gini sih. Ya ke bioskop kek, apa ke taman, asal jangan lo bawa ke hotel aja sih" Bima refleks menoyor kepala Galang. Emang kadang mulut Galang sering nggak di kondisikan.

"Mulut lo ye"

"Hehe ya pokoknya lo ajak jalan deh. Sana buru di chat. Ntar keduluan Denis lagi. Fyi nih ya, bentar lagi Denis bakal di pilih jadi ketua ukm futsal, siap-siap kalah saing deh lo"



Sesampainya di rumah, Bima yang biasanya langsung molor kini masih sibuk memandang ponselnya. Memandang foto profil Ayi lebih tepatnya. Bima bingung, bagaimana caranya ia mengajak Ayi jalan. Selain itu Bima juga kepikiran kata-kata Galang tadi.

"ketua ukm futsal? komting? hhh berat juga saingan gue" Bima menggumam sendiri sambil mengetik lalu menghapus pesannya kepada Ayi. Jika dibandingkan dirinya yang sering gabut, cuma ikut ukm fotografi, tentu dibandingkan dengan Denis yang terlihat aktif sangat jauh.

Yi, gue gabut nih, ajak ke Jepang dong [delete]

Yi, kan ada film Conan mau tayang nih, bisa ngomong ke Conan nggak buat mecahin kasus? Hati gue tiba-tiba ilang di curi orang. [delete]

Bima mengacak rambutnya frustasi. Sesusah itu mengajak Ayi pergi, padahal dulu saat ia mendekati mantannya atau gebetannya langsung telepon ngajak jalan.

You
Yi, besok sibuk ga? jalan yuk [send]


"Ehh goblok, ngapa gue send??!!!" Bima melemparkan hapenya ke sisi ranjang, berdiri dan menendang-nendang ranjang menyadari kebodohannya.

"Ehh goblok, ngapa gue send??!!!" Bima melemparkan hapenya ke sisi ranjang, berdiri dan menendang-nendang ranjang menyadari kebodohannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bima menggigit jarinya, gugup. Kira-kira apa yang akan Ayi pikirkan saat membaca pesannya. Apakah gadis itu akan ilfeel lalu menjauh? Ia menggelengkan kepalanya, menolak semua asumsinya sendiri. Sudah sekitar 10 menit tapi tidak ada notifikasi apapun. Bima meraih kembali ponselnya.

"Belum di baca, apa gue unsend aja ya?" baru saja Bima akan menekan tombol unsend, tapi ada balasan dari Ayi. Bima refleks memejamkan matanya,  memegang dada kirinya dan merasakan debaran jantungnya semakin keras. Bima menghembuskan nafasnya, perlahan membuka matanya dan membaca balasan Ayi.

Ayi
Boleh, besok nggak sibuk kok. Mau jalan kemana?

"YESSSS!!!!"

tbc

Kala Temu ✔Where stories live. Discover now