01 | come thru

33K 3.4K 586
                                    

𝐿𝒶𝓁𝓊, 𝓈𝒾𝒶𝓅𝒶 𝓎𝒶𝓃𝑔 𝒶𝒹𝒶 𝒹𝒾 𝓅𝒾𝒽𝒶𝓀 𝓂𝒶𝓁𝒶𝒾𝓀𝒶𝓉 𝒾𝓉𝓊?

𝐿𝒶𝓁𝓊, 𝓈𝒾𝒶𝓅𝒶 𝓎𝒶𝓃𝑔 𝒶𝒹𝒶 𝒹𝒾 𝓅𝒾𝒽𝒶𝓀 𝓂𝒶𝓁𝒶𝒾𝓀𝒶𝓉 𝒾𝓉𝓊?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(sebagai pemanis di awal)

JAEMIN masih ingat ekspresi sang ibu ketika dirinya lulus audisi MS Entertainment, agensi paling besar di Korea Selatan yang menaungi banyak artis terkenal. Bagaimana wajah cantik yang tengah pucat itu menampakkan kembali ronanya yang indah dan bagaimana tubuh ramping dengan penyakit di dalamnya itu hendak bangkit untuk memeluk anak satu-satunya, kemudian jatuh kembali ke atas tempat tidur.

"Eomma jangan bangun dari tempat tidur dulu. Biar Nana yang memeluk eomma." Dan ia memberikan pelukan paling hangat untuk ibunya.

"Kau tidak perlu khawatir dengan ibumu ini, Nak." Taeyong mengelus surai anaknya, "Eomma bisa mengurus diri sendiri dan jika eomma sampai pingsan lagi seperti tadi, Yoona ahjumma akan dengan senang hati membantu karena ia memiliki hati yang baik. Lagipula, kau pergi untuk mencari uang yang akan berguna bagi kelanjutan hidup kita. Eomma sungguh tidak apa-apa."

Jaemin percaya pada ibunya. Penderita tumor otak bukan berarti sepanjang hari harus berbaring di atas tempat tidur. Saat itu, ibunya hanya terlalu lemas setelah mengeluarkan banyak darah dari hidungnya.

"Nana cari kerja supaya eomma bisa dirawat di rumah sakit yang lebih baik."

Kemudian setelah itu hanyalah pelukan hangat di antara mereka.

🕊️

Jaemin juga masih ingat ekspresi kawan-kawannya ketika ia ditetapkan sebagai center dari Boulevard, grupnya. Ia merasa bahwa parasnya tidak sesempurna Jeno, tubuhnya tidak setinggi Jisung, kemampuan menyanyinya tidak bisa menyaingi Haechan, ia tidak lucu seperti Chenle, dan struktur wajahnya tidak sehalus Renjun. Tidak, Jaemin bukan merendah, ia hanya membaca semua itu dari ekspresi kawan-kawannya.

Dan lelaki manis yang baru menginjak usia enam belas tahun itu tidak tahu harus berbuat apa selain menurut pada agensi.

Ini adalah permulaan bagaimana Na Jaemin menjadi boneka yang digerakkan dari belakang oleh orang lain, bukan oleh keinginannya sendiri.

🕊️

"Tampan."

"Siapa yang bilang tidak?"

Jaemin yang sedang mengerjakan tugas akhir sekolahnya menoleh ke arah Renjun dan Haechan yang duduk di sofa belakangnya.

"Jeno memang yang paling tampan di antara kita." Renjun tersenyum sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

"Pasti. Tidak mungkin kau menjadi yang paling tampan dengan wajah halus seperti itu." Haechan tertawa.

"Kau juga tidak mungkin dengan pipi gembilmu itu. Chenle terlalu imut, begitu pula dengan Jisung walaupun terkadang anak itu bergaya seperti preman. Pokoknya Jeno yang paling tampan."

Lelaki manis bermarga Na yang sedang duduk di atas karpet itu tidak mengerti mengapa namanya tidak disebut dan dirinya tidak diajak berbicara sama sekali.

"Aku suka Jeno karena gayanya yang santai dan suka bermalas-malasan, tetapi semua tugasnya dapat selesai dengan cepat." Renjun lagi-lagi tersenyum setiap menyebut nama itu.

"Bukankah itu lebih bagus daripada orang yang terlalu ambisius dalam belajar dan bekerja? Memangnya apa yang sedang diperjuangkannya? Harga diri?"

Jaemin tahu bahwa Haechan sedang menyindirnya. Ia memandang kepergian kedua lelaki yang tidak kalah manis dari dirinya itu dari ruang tamu sambil membatin,

Ibuku yang sedang sakit di rumah. Itu yang kuperjuangkan.

🕊️

Nayanika, alasan mengapa Na Jaemin bisa menjadi bagian dari MS Entertainment. Sepertinya mata dan wajah itu menciptakan ketertarikan untuk semua orang, termasuk tim casting agensi terbesar di Korea Selatan yang saat itu sedang berjalan-jalan keluar untuk sekadar mencari angin dan menghilangkan penat karena belum menemukan calon trainee lagi.

Dan itulah yang menjadi bahan perbincangan pertama antara dirinya dengan Lee Jeno setelah beberapa bulan mereka debut menjadi artis.

"Enak ya street casted."

"Ya?" Jaemin menatap Lee Jeno sambil merapikan rambutnya yang menutupi wajah karena ia baru saja menunduk untuk melepas sepatu.

"Enak ya street casted." Jeno mengulangi perkataannya sambil mendudukkan diri di sebelah Jaemin, "Pasti karena manis."

Jaemin tersenyum kecil, "Aku tidak manis."

"Pembohong."

"Aku serius!" Jaemin terkekeh.

"Ya, ya. Itu menurutmu." Jeno menyalakan televisi yang ada di hadapan mereka, "Aku tidak pernah melihatmu bermain bersama Haechan dan yang lain."

"Oh ya, mungkin hanya perasaanmu saja." jawab Jaemin ragu. Hal itu membuat Jeno tersenyum miring.

"Mungkin dia iri melihat wajah tirusmu sedangkan wajahnya gembil."

Jaemin tahu bahwa Jeno hanya bercanda karena lelaki itu bersahabat dengan Haechan dan suka saling mengejek.

"Tapi Haechan manis dengan pipi gembilnya." kata Jaemin tulus.

"Ya, memang. Siapa yang bilang tidak?"

"Tidak ada kurasa."

"Eh, Jaemin."

"Ya?" Jaemin menanggapi panggilan Jeno.

"Kau sedang dekat dengan Yuta hyung?" tanya Jeno dengan mata yang masih mengarah pada televisi.

Lelaki manis itu mengerutkan dahinya, "Siapa yang mengatakan itu?"

"Jawab saja."

"Tidak. Aku hanya berbincang dengannya kadang-kadang."

"Oh? Benarkah?"

Jaemin mengangguk.

"Yes!" Jeno tersenyum kecil.

Firasat buruk mendatangi Jaemin jika Renjun sampai mengetahui hal itu.

🕊️

Saya tidak ingin menyebut nama agensi atau grup apa pun di cerita ini✌️

Siapa yang sayang Dreamies? Saya.

Siapa yang menjadikan anak-anak Dream rata-rata jahat di sini? Saya.

Siapa yang tidak bisa menentukan peran antagonis lain yang cocok dan mendukung jalannya cerita ini? Saya.

Maaf.

Semua anak Dream saya sayang.

🦄

nayanika | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang