02 | teardrops on his cheeks

20.9K 3K 572
                                    

BOULEVARD debut dengan lagu berjudul Gummy dan Jaemin masih ingat ketika ia tidak bisa membuat gelembung dari permen karet padahal itu adalah konsep pemotretan mereka. Jaemin takut dimarahi, apalagi ketika Haechan menggeram karena saking jengkelnya. Chenle dan Jisung pun sudah mengeluh ketika sang fotografer mempertimbangkan untuk mengubah konsep pemotretan.

Mereka diberi waktu break dan Jaemin hampir menangis saat itu karena merasa bahwa dirinya terlalu menyusahkan. Ia duduk sendirian dan Jeno menghampirinya setelah mengatakan pada Jisung dan Haechan-dua kawan terdekatnya, bahwa ia merasa iba pada Jaemin.

Jeno yang merasa canggung hanya mampu mengusap tengkuknya karena tidak tahu harus mengatakan apa. Jaemin tersenyum padanya dan Jeno baru mulai berbicara, "Lucu juga ya. Sudah besar tetapi masih belum bisa meniup permen karet."

Jaemin memajukan bibirnya, "Kau mengejekku."

"Maaf." Jeno tersenyum kecil, "Aku kemari untuk membantumu."

"Bagaimana caranya?" tanya Jaemin.

"Aku akan meniupkannya untukmu."

"Hei!" Jaemin tertawa.

"Eh, maksudku bukan seperti itu." Jeno kembali mengusap tengkuknya canggung, "Berikan aku satu permen karet dan aku akan mengajarkannya padamu."

Jaemin tertawa kecil dan memberikan dua permen karet pada Jeno, "Anggap saja yang satu lagi adalah ungkapan terima kasihku. Terima kasih banyak, Jeno."

"Hei. Aku hanya membantumu sedikit. Kau tidak perlu berterimakasih sampai seperti itu." Jeno tertawa dan mengambil kedua permen karet itu.

Mungkin bagi Jeno bantuannya tidak seberapa, tetapi bagi Jaemin itu segalanya.

🕊️

Pertama kali Jaemin menangis karena teman-temannya adalah saat mereka pergi tanpa mengajaknya. Sebenarnya Jisung juga tidak ikut pergi. Hanya saja bedanya Jisung diajak, tetapi anak itu menolak dan memilih tidur di dorm karena tidak ingin mengisi hari liburnya dengan hal-hal yang melelahkan sedangkan Jaemin tidak diajak sama sekali.

Tetapi, Jaemin menangis bukan karena itu.

Ia bertugas untuk memasak makanan setiap harinya dan itulah yang dilakukan Jaemin malam itu. Begitu Haechan, Renjun, dan Chenle pulang, mereka langsung melihat makanan yang sudah tersaji di meja makan.

"Yangnyeom tongdak?" tanya Renjun.

"Lagi?" Chenle mendesah malas.

"Kita belum membeli bahan makanan lagi. Yang tersisa hanya ini." jawab Jaemin, "Jika kalian keluar lagi besok, tolong belikan bahan makanan."

"Haechan, restoran pesan antar mana yang enak?" Renjun berjalan ke ruang tengah bersama Chenle untuk menghampiri Haechan dan meninggalkan Jaemin di ruang makan.

Si manis Na itu menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis. Ia sedang sakit, tetapi ia tetap memasak dan yang didapatinya sekarang hanyalah kesedihan.

"Bukankah ia sudah memasak?" Jaemin dapat mendengar suara Jisung di ruang tengah. Sepertinya anak itu baru bangun tidur.

"Kami ingin memesan jjamppong."

"Oh. Ya sudah. Aku ikut saja." jawab Jisung tanpa tahu bagaimana perasaan Jaemin.

Air matanya sudah menetes ketika ia memutuskan untuk menghubungi Jeno yang sedang menjadi MC. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan Jeno pasti sedang menempuh perjalanan pulang.

jaemin
jeno, sudah makan? '・ᴗ・'
[Deleted]

Tidak, ia sudah bertekad untuk tidak mengambil Jeno dari Renjun. Ia tidak boleh berpura-pura tidak tahu bahwa Renjun menyukai Jeno.

Untung saja, Jeno pulang dalam keadaan lapar sehingga masakan Jaemin tidak terbuang sia-sia.

"Tetapi, ini banyak sekali, Jaemin-ah." kata Jeno sambil mengunyah.

"Telan dulu makananmu." Jaemin tertawa kecil. Ia duduk di sisi meja seberang Jeno, menemani lelaki itu makan tetapi tetap menjaga jarak, "Kau tidak perlu menghabiskan semuanya."

"Menghabiskan semuanya juga tak apa." Jeno meneguk air putih sebelum melanjutkan makannya, "Hanya saja nanti aku gemuk. Sudah jelek, tambah jelek."

"Merendah untuk meroket!"

Jeno tertawa, "Jika wajahku sepertimu, aku tidak akan mengatakan diriku jelek."

Dan Jaemin berpura-pura tidak mendengar itu.

🕊️

Jaemin sekamar dengan Jisung. Itulah alasan mengapa ia meminta bantuan pada anak itu ketika kepalanya terasa berputar hingga ia harus mendudukkan diri di atas tempat tidur saat hendak pergi ke penata rias untuk mempersiapkan diri sebelum tampil di atas panggung.

"Jisung, tolong minta obat pada manajer hyung."

"Apa?"

"Tolong..." lirih Jaemin.

"Enak saja kau menyuruhku tanpa imbalan."

Jaemin hanya bisa pasrah mendengar perkataan itu keluar dari mulut Jisung, "Apa imbalannya?"

Lelaki bermarga Park itu mendekatkan wajahnya pada Jaemin yang segera memalingkan wajahnya. Dengan gerakan cepat, Jisung mencengkeram rahang Jaemin agar menatap ke arahnya dan mencium bibir lembut itu dengan kasar. Itulah pelecehan pertama yang didapatkan Jaemin.

"Cantik." bisik Jisung setelahnya yang membuat Jaemin merasa ingin menjadi buruk rupa saja.

Jaemin menangis. Ia hanya meminta tolong sedikit, tetapi Jisung malah bersikap kurang ajar padanya.

🕊️

Saya tidak suka jika Jaemin sampai menangis di real life.

🦄

nayanika | nominWhere stories live. Discover now