Chapter 1

102K 5.3K 300
                                    

Gaes, ini belum edit yaw. Jadi mohon maap kalo ada typo dan salah tulis. (Ini juga bukan versi yang udah rapi kayak buku :")

Siang ini sebagian karyawan menikmati makan siang di kantin bawah yang harganya ekonomis, dan pas dihati. Izzy tidak termasuk salah satunya yang menikmati masakan super lezat Mbak Surti. Dia pernah mencicipi sekali, dan tidak lagi makan di sana karena harganya tidak lebih murah dari bawa bekal sendiri.

Izzy menyantap makan siang bersama teman-teman barunya di meja masing-masing. Dikarenakan terhalang bilik, kedua temannya menarik kursi agar dapat mengobrol dengannya dan menjadikan paha sebagai alas tupperware kesayangan emak-emak.

"Eh, udah denger gosip belum?" Tami membuka obrolan.

"Gosip apaan? Tentang Pak Zery ya?" sahut Lidya.

"Iya. Katanya nih, semalem Pak Zery nananinu di kantor. Gila nggak tuh? Berani banget kan?"

"Ah, tapi Pak Zery ganteng. Orang ganteng mah bebas. Mau nananinu kek, mau jungkir balik kek, salto kek. Siapa sih yang nggak mau dicumbu bujangan paling dikejar di perusahaan ini? Montazery Hadijaya gitu loh!" kata Lidya berkomentar.

Izzy yang menyimak langsung keselek nasi yang sedang dia kunyah. Suara batuknya membuat Tami spontan menyodorkan botol minum Izzy yang ada di atas meja.

"Makan tuh pelan-pelan, Zy. Jangan cepet-cepet kayak dikejar-kejar utang," ujar Lidya.

Izzy membasahi tenggorokkannya lebih dulu sebelum nyengir kuda. "Sori deh, soalnya gue laper."

Kenyataannya Izzy melihat Montazery nonton video porno, bukan melakukan. Aduh, pikirannya masih saja memikirkan kata-kata Montazery. Mendengar lelaki itu mendesah katanya? Zery pikir dia perempuan apaan?! Tapi boleh juga sih, secara suaranya pasti seksi-seksi gemesin. Eh, tidak, tidak. Dia tidak boleh terbujuk rayuan setan.

"Izzy Pucella?" Izzy yang tengah bergerumul dengan pikirannya sendiri langsung menoleh. Begitu juga dengan kedua temannya.

"Iya, Bu Vena?"

"Pak Montazery manggil kamu ke ruangannya."

Tami dan Lidya menyenggol bahu masing-masing, mempertanyakan kebingungan melalui mata yang saling menatap. Sedangkan Izzy, dia hanya bisa pasrah.

"Tunggu ya, gue ke ruangan Pak Zery bentar." Izzy bangun dari duduknya dengan perasaan gugup.

Dengan langkah lunglai, lesu, lemas kayak iklan obat, Izzy akhirnya sampai di depan ruangan yang dia datangi semalam. Dia yakin akan menghadapi bencana besar setelah kejadian semalam. Sambil meneguk air ludahnya sendiri, dia mengetuk pintu. Setelah dipersilahkan, barulah Izzy masuk.

Izzy menunduk takut. "Ya, Tuhan... lindungi aku dari setan terkutuk. Itu setannya lagi duduk," gumam Izzy sepelan mungkin agar Zery tidak mendengar.

"Kenapa kamu komat-kamit?"

Izzy tersentak kaget. Kepalanya menggeleng cepat saat melihat Zery duduk santai di kursi panasnya.

"Saya rasa semalem ada urusan yang belum selesai," kata Zery sambil menatap Izzy.

"Semalem? Ada apa, Pak?"

"Apa perlu saya perjelas?"

"Saya nggak ngerti, Pak. Kayaknya ada kesalahpahaman di sini." Izzy pura-pura bolot supaya Zery tidak membahas masalah semalam.

"Semalam ada perempuan bernama Izzy nguping di depan ruangan saya. Dia bilang denger saya mendesah dan kabur gitu aja."

"Izzy Azalea, Pak? Rapper terkenal itu?"

My Boss's Secret (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now