Part 14

83.6K 5.1K 192
                                    

"Seminggu sekali. Jadwal check up kamu" ucap dokter Rina.

Tanpa diberitahupun. Archa tahu kalau dirinya semakin parah. Karena separah parahnya dulu. Hanya harus check up 2 minggu sekali.

Archa mengangguk.
"Iya, Archa mau ngurus administrasi dulu. Hari ini langsung pulang" sahut Archa.

"Pulang!? Nggak nggak! Kamu harus rawat inap!" seru Dokter Rina.

"Iya" sahut Archa. Lalu ia keluar. Tentu saja ia tak akan menurut.

Setelah tidur beberapa jam. Dan meminum vitamin dari dokter ia sudah merasa agak baik. Walaupun pandangan matanya masih beberapa kali memburam.

Saat membayar pun ia juga harus berdebat. Apakah mereka nggak tahu betapa pusingnya ini!? Kenapa masih aja ngajak debat sih!

Btw, author saat ini juga lagi pusing. Makanya nulis adegan pusing :v

Penuh perjuangan dalam perjalanan dari lantai dasar ke lantai 3 tempat apartementnya. Dengan pusing yang semakin menjadi jadi.

Saat sampai apartement jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Ia segera membuka pintu tanpa mengetuknya. Pasti Arga belum pulang, pikirnya.

Baru saja ia membuka pintu itu, tubuhnya langsung luruh ke lantai.

"Archa!" teriak Arga. Ia sangat syok ketika melihat Archa.

Segera diraihnya tubuh Archa. Dan rasa panas langsung mendera kulitnya ketika bersentuhan dengan tubuh Archa.

"Cha! Bangun!" Arga berteriak panik. Tangannya menepuk nepuk pipi Archa.

Dia merasa bingung. Linglung. Apa yang harus dilakukannya. Panik membuatnya menjadi Bego.

Arga langsung menggendong Archa dan membawanya ke kamar.

"D_d_dingiinn" gumam Archa pelan.

Arga bingung ia segera mengambil selimut, menutupi tubuh Archa hingga hanya terlihat kepala saja. Ia pun mematikan ac di kamar mereka.

Tangan kanannya yang menyentuh pipi Archa bergetar hebat.

Hatinya terasa sakit melihat Archa seperti ini. Namun, ia juga membenci perempuan didepannya ini. Jadi, kenapa hatinya seperti ini?

Arga segera keluar kamar, ia menyiapkan kompresan untuk Archa.

Dan ketika masuk ruangan, ia mematung melihat kondisi Archa.

"Sakiit... hiks... pusingg... hiks hiks.... tolonggg...." Archa meringkuk seperti janin.

"Hiks.. hiks... Argaa... hikss... sial... kenapa selalu gini sih!? Kenapa gue harus sakit sakitan. Padahal udah pasti gabakal ada yang nolongin. Hiksss" Bahkan disela tangisannya ia masih bisa mengumpat.

"Hikss... hikss.. tolonggg..."

Arga dengan langkah bergetar mendekat kearah Archa.

Ia terkejut ada beberapa tetes darah di selimut Archa.

Segera Arga langsung menarik selimut Archa dengan tergesa.

Dilihatnya, pergelangan Archa penuh dengan darah.

"ARCHA!!!" Pekik Arga. Ia langsung berlari kearah dapur mengambil kotak P3k.

Saat kembali dilihatnya Archa sedang menyembunyikan tangannya.

Matanya yang berkaca kaca menatap sendu kearah Arga.

"Maaf.... hiks..." Archa kembali menangis. Tubuhnya bergetar seiring dengan tangisannya. Ia terus berkata maaf pada Arga.

Arga segera memeluknya erat. Ditenggelamkannya kepala Archa di dadanya. Tangannya meraih tangan Archa. Disitu ia sudah tak bisa menahan tetesan air matanya lagi.

Ia melihat pergelangan tangan Archa yang tadinya terluka kini tertutup handband karet yang mengikatnya sangat erat.

Ia segera membuka handband itu, dan mengobati tangan Archa. Airmatanya terus menetes ketika melihat banyak bekas sayatan disana.

Archa berusaha menjauhkan badannya dari Arga. Namun lagi dan lagi Arga menahan kepalanya agar tetap di dada Arga. Tangannya terus bergerak mengobati tangan Archa. Tangannya terus saja bergetar ketika mengobati.

Setelah selesai ia membawa Archa untuk berbaring di kasur. Di ambilnya selimut dan menggantinya dengan selimut baru.

Ia menaruh handuk basah ke dahi Archa. Setelah itu ia ikut berbaring memeluk Archa dibalik selimut. Archa pun balas melingkarkan tangannya di pinggang Arga. Menenggelamkan kepalanya di dada Arga.

Archa masih saja menangis. Tangan Arga tak henti mengelus rambut Archa. Berharap, tindakannya sedikit membuat Archa tenang. Kepalanya menunduk terus mencium puncak kepala Archa.

Diaa.... telah gagal.

emang ku ga bakat nulis adegan sedih. Apalagi adegan romantis. Jadi kenapa aku nulis?

Hemm maap ya aku gabisa kayak dulu lagi yang masih sering balas sekua komen kalian walaupun cuma next. wkwk.

maklum tambah tua tambah sibuk

Make It Right (Telah Terbit)Where stories live. Discover now