Dunia Baekhyun

4 0 0
                                    


==================== (1 bulan kemudian) ====================

Wanita muda itu membuka pintu depan dan mendapati seorang pria tengah duduk bersilang kaki sambil membolak-balik halaman majalah Korean People. Rasanya sudah terlampau besar kerinduan yang dipendamnya selama ini pada pria itu. "Baek Hyun-ah..." ia berlari untuk kemudian menarik Hwang Baek Hyun dalam pelukannya yang erat.

Baek Hyun memekik. "Noona, aku tidak bisa bernapas."

Im Hyun melepas pelukannya dan duduk disamping Baek Hyun sambil tetap mengulaskan senyum manisnya. Rambutnya yang hitam lurus terlihat bertambah panjang sejak terakhir kali Baek Hyun bertemu. Wajahnya pun kini sedikit tirus meskipun itu tidak akan mempengaruhi kecantikannya. Kira-kira 1 tahun yang lalu sebelum ia harus mengadakan tour konser dibeberapa negara yang cukup menguras waktunya. Itulah terakhir kalinya ia bertatap muka dengan Im Hyun.

"Katakan padaku kapan kau datang?" ia mengatur napas dan melanjutkan. "Apa kau sudah bertemu dengan orang itu?" Im Hyun sedikit memutar tubuhnya menghadap Baek Hyun dan menekuk lengannya untuk disandarkan diatas punggung sofa. Ia ingin sekali mendengar banyak cerita dari Baek Hyun. Meskipun selama ini mereka sering berbagi kisah lewat telepon, bagi Im Hyun rasanya kurang lengkap tanpa bertatap muka dan melihat ekspresi pria itu.

Baek Hyun menggeleng sambil menundukkan kepala. "Sepertinya aku datang terlambat." Ucapnya lirih dan penuh penyesalan seolah ia tengah melakukan sebuah dosa terbesar yang pernah dilakukan umat manusia. Hingga saat ini ia tetap menyesali kenapa ia tidak mengunjungi orang itu terlebih dahulu dan lebih memutuskan untuk menyelesaikan konser-konsernya di Jepang.

Im Hyun menepuk bahu Baek Hyun beberapa kali untuk menyampaikan kalimat tak apa-apa yang tidak terucap dibibirnya. "Lalu apa kau sudah punya pacar? Kudengar wanita diluar negeri sangat cantik." Tanyanya untuk mengalihkan kesedihan yang terlihat diwajah Baek Hyun.

"Pacar? Noona, aku kesana untuk konser bukan untuk mencari pacar." Elak Baek Hyun

"Bukankah sekali mendayung, 2-3 pulau terlewati?" Im Hyun dengan cepat menambahi. "Jangan katakan pendapatmu tentang peribahasa itu." Ucapnya membalas pertanyaannya sendiri sambil mengacungkan telunjuknya. Ia tahu jika ia mulai mengatakan peribahasa itu, jawaban yang keluar dari Baek Hyun adalah aku tidak akan melakukan itu karena aku tidak mau lelah, mendayung 2-3 pulau pasti butuh waktu bertahun-tahun. Ya, seperti itulah jawaban yang akan keluar darinya. Baek Hyun lebih berprinsip untuk menyelesaikan 1 pekerjaan terlebih dahulu daripada melakukan banyak dan tidak membuahkan hasil yang maksimal.

Baek Hyun terkekeh. "Meskipun aku adalah idola tapi aku tidak ingin menjadikan fans sebagai pacarku. Mereka hanya melihatku sebagai bintang yang bersinar. Bukan langit yang gelap."

Im Hyun mendecakkan lidahnya. "Itu hanya alasanmu kan? Aku yakin alasan sebenarnya adalah karena kau tidak lebih terkenal dari Jong Hyun dan Joon Kyu - teman sesama boyband-mu."

"Yakkk... noona!"

Im Hyun tersenyum simpul memandangi adiknya itu. Seorang idol star populer saat ini yang memiliki mata bulat, lesung pipi dan wajah yang manis. Harusnya dalam usianya yang mencapai 27 tahun, ia sudah memiliki kekasih. Tapi nyatanya sekalipun Im Hyun tak pernah mendengar Baek Hyun menceritakan kekasih ataupun gadis yang disukainya. Terkadang ia berpikir mungkin ketidakberuntungan Baek Hyun dalam cinta – 3 tahun lalu – yang membuatnya tak ingin menjalin hubungan dengan seorang wanita. Meskipun ia berharap bukan itu alasannya.

Baek Hyun memutar kepalanya menyusuri ruangan disekelilingnya. "Sejak datang tadi, aku belum melihat eomma. Apa ia punya mainan baru?" Awalnya Baek Hyun hanya asal bicara seperti biasanya, namun kali ini tak ada tanggapan dari kakaknya. Posisi badan kakaknya pun kembali lurus kedepan sambil menghindari tatapan mata dengan Baek Hyun.

Baek Hyun mengangguk-anggukkan kepalanya ringan. "Sepertinya tebakanku benar ya? Pria mana lagi?" tanyanya dengan suara yang berubah dingin

"Pemilik Star Departement Store dan Starlight Hotel di Gangnam." Balas Im Hyun pendek.

"Lagi-lagi karena harta." Baek Hyun menghela napas. "Semua yang dimilikinya selalu kurang."

Im Hyun menggeleng kuat. "Tidak seperti yang kau pikirkan. Pria itu adalah cinta pertama eomma dan kurasa kali ini ia benar-benar serius."

"Sejak dulu ia selalu berkata serius. 3 kali pernikahan. 1 kali ditinggal mati dan 2 kali bercerai. Apakah itu sebuah keseriusan?" Baek Hyun menatap Im Hyun dengan matanya yang menyala penuh protes. "Aku ingat saat appa meninggal 16 tahun lalu. Ia tidak terpukul. Bukankah harusnya ia menangis, menjerit dan sangat kehilangan saat pria yang dicintainya meninggalkannya?"

"Eomma menahan airmatanya didepan kita. Ia tidak ingin kita sedih." Balas Im Hyun lemah

"Malam setelah appa meninggal, aku kekamarnya untuk tidur disana. Eomma tidak menangis dan ia malah tidur nyenyak. Aku yakin ia tidak mencintai appa."

Im Hyun terdiam dan tak berani membalas tatapan maupun pernyataan adik satu-satunya, yang hanya berselisih 2 tahun dengannya. Ia menyadari hal itu sama seperti Baek Hyun. Namun ia ingin terus mempercayai ibunya. Tentang kenapa ibunya menikah berkali-kali, tentang kenapa ibunya menyukai pria kaya disaat mereka sudah cukup dengan warisan dari ayahnya, dan tentang kenyataan jika ibunya menikahi ayahnya hanya demi kelancaran bisnis kakeknya. Untuk bab yang terakhir, Im Hyun akan menyimpannya rapat-rapat dari Baek Hyun. Ia tidak ingin hubungan Baek Hyun dan ibunya semakin buruk. Ia tidak ingin mendengar Baek Hyun dan ibunya beradu mulut lagi. Terlebih ia masih berharap bisa tinggal serumah dengan Baek Hyun dan ibunya. Setidaknya sebelum pernikahannya dua minggu lagi.

Sejak pernikahan ibunya yang kedua, Baek Hyun mulai jarang keluar kamar. Dan saat menginjak usia 15 tahun, Baek Hyun mulai memutuskan untuk mengikuti audisi artis dan tinggal di dorm agensinya.

Baekhyun menatap lingkar mata kakaknya yang semakin cekung. Ia tahu gadis itu tidak baik-baik saja seperti pembicaraan mereka selama setahun ini ditelepon. "Apa pernikahan noona juga rancangannya? Kenapa kau menyetujuinya?" tanya Baek Hyun yang tiba-tiba teringat pernyataan kakaknya sebulan lalu jika ia akan menikah tapi bukan dengan kekasihnya. Saat itu, Baek Hyun mencoba menghargai pilihan kakaknya untuk menikahi pria yang baru dikenalnya. Bagi Baek Hyun yang terpenting adalah kakaknya bahagia.

Pertanyaan Baek Hyun menyayat hati Im Hyun seketika. Ingin sekali ia menyanggahnya namun ia tidak bisa berbohong. Baek Hyun juga tahu betul hubungan asmaranya dengan Tae Jo selama 7 tahun terakhir ini. Dan jika kini ia akan menikahi pria lain, siapapun jelas akan bertanya dan menebak adanya rancangan dalam pernikahan ini.

Mata Im Hyun menatap lurus dinding putih dan bersih yang berada cukup jauh dari tempatnya duduk. "Ini yang terbaik. Dan aku percaya pada pilihan ibu."

"Dan kau akan menjadi seperti eomma. Aku yakin jika alasannya menikahi appa, mungkin sama dengan alasanmu yang lebih memilih meninggalkan Tae Jo Hyung dan menikahi pria pilihan ibu."

Im Hyun secara refleks berdiri dan tubuhnya menegang. Matanya membalas tatapan Baek Hyun dengan penuh amarah. Seketika pula suaranya meninggi dan bergetar. "Aku tidak akan seperti dia. Aku akan belajar mencintai suamiku. Aku akan buktikan itu padamu."

Baek Hyun menghela napas dan ikut beranjak dari duduknya. Kedatangannya kemari hanyalah untuk memastikan kabar pernikahan kakaknya dengan pria yang tidak dicintai kakaknya dan ternyata itu benar. Lalu kenapa ia harus berlama-lama disini? Ia masih punya jadwal lain yang cukup padat. "Aku berharap seperti itu. Baiklah, aku pergi dulu."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Another MemoriesWhere stories live. Discover now