Would you marry me?

2 0 0
                                    


♥-♥-♥-♥

"Mr. Clane. Pertama-tama ijinkan aku mengucapkan selamat atas penampilanmu bersama New York Philharmonic Orchestra di Disney Hall. Benar-benar permainan biola yang menakjubkan."

Mark memangku dagunya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memutari bibir cangkir kopi yang masih mengepulkan asap. Tak ada jawaban atau respon yang dilontarkannya. Mata Mark sibuk menatap Natalie.

"Terdengar kabar jika Beethoven's Eight bersama New York Philharmonic Orchestra kemarin, bahkan harus diulang lagi diakhir pertunjukan karena permintaan dari banyak orang termasuk pejabat terkemuka disini. Benarkah itu?" Natalie berhenti sesaat dan mengulaskan senyum kearah Mark. Menunggu jawaban dari pria itu. Namun sekali lagi, pria itu tidak bergeming dari posisinya.

Mark tak akan pernah bosan menatap gadis itu. Tidak secantik dan seseksi Angelina Jolie, namun cukup cantik hingga membuat Mark tak bisa menggagumi gadis lain. Tidak sesupel dan seceria Clara Boone, namun selalu ada kisah menarik dan kesenangan saat ia bersamanya. Tidak mengejar-ngejar dan menempel terus padanya seperti yang pernah dilakukan Kate Delcour, namun justru membuatnya tak ingin kehilangan waktu seharipun tanpanya. Mungkin sampai kapanpun, Mark tidak akan tahu alasan kenapa perasaannya begitu kuat pada gadis itu.

Natalie berdehem ringan, mengiyakan pertanyaannya sendiri. Setidaknya ia menghadiri pertunjukan itu untuk bisa melihat langsung kebenarannya. "Bisakah anda menceritakan bagaimana bisa anda diajak bergabung dalam pertunjukan yang diadakan orchestra yang sangat terkenal di Amerika itu?"

Untuk kesekian kalinya, pria itu tak bergeming dan terus bermain-main dengan pikirannya sendiri. Natalie meraih recorder dan menekan tombol off lalu menjatuhkannya keatas meja.

"Astaga Mark. Kita sedang wawancara. Bisakah kau serius sedikit?"

"Aku serius." Jawab Mark ringan.

"Serius? Memangku kepalamu dan bermain dengan cangkir kopi? Sejak kapan itu termasuk hal yang serius?"

"Sejak kau ada dihadapanku. Demi apapun itu, kau terlihat begitu cantik."

Natalie tersenyum. "Jika tahu seperti ini, aku tidak akan menuruti perkataan Clara yang menyuruhku memakai make up."

"Benar sekali. Aku tidak mau ada pria lain yang terpesona padamu, Yeoungie."

Natalie kembali tersenyum. Hanya ibunya dan Mark, yang menyebutnya dengan nama itu di LA. " Bisakah kita melanjutkannya?"

"Aku akan bergabung dengan Cleveland Orchestra sampai pertengahan tahun depan. Dan jika semuanya berjalan baik, aku akan bergabung dengan Berlin Philharmonic Orchestra."

Tubuh Natalie seakan membeku.

"Tunggu. Oke jika itu Cleveland, tapi Berlin, bukankah itu sangat jauh? Apa kau menginginkan hubungan jarak jauh?" Nada suara Natalie meninggi. "Tidak, aku tidak bisa. Kau ingat saat kau pulang ke London? 3 minggu, Mark." Natalie menegaskan. "...dan itu sangat menyakitkan."

Mark tersenyum. "Bisakah kau tenang sedikit? Bukankah kita sedang interview?"

"Tenang? Bukankah kau harusnya melamarku seperti yang dikatakan Clara? Lalu apa ini?"

Mark menarik napas panjang. "Gadis itu benar-benar tidak bisa menjaga rahasia. Aku semakin tidak yakin jika ia adalah saudaraku." Mark menghempaskan badannya ke punggung kursi dan melipat tangannya. "Sudah ketahuan, mau bagaimana lagi?"

Mark mengeluarkan bunga mawar yang disembunyikannya di bawah kursi. "Aku mendapatkan kesempatan bagus. Maukah kau menemaniku mengambil kesempatan itu?" Mark berdiri lalu membungkuk di samping Natalie. "Natalie Yeoung... maukah kau menikahlah denganku?"

Another MemoriesWhere stories live. Discover now