●●Teman●●

21.8K 1.1K 11
                                    

Gemi berjalan menuju kelasnya, sesakali ia di godai oleh para siswa yang berada di koridor pagi itu. Sampai saat nya, Mata Gemi bertatap kepada Bumi dan Pacarnya, yang juga melintas di depan Gemi.

Gemi hanya memutar bola matanya malas. Perempuan dengan rambut yang di ikat satu itu, melewati meraka berdua dengan cueknya. Tangan Gemi di cekal oleh Bumi.

"Lepas!" Seru Gemi membuat Bumi mangeratkan cekalannya. Tangan Gemi sampai memerah.

"Lo tuh kalau lewat di depan gue harus sopan!!" Seru Bumi sembari terkekeh. Gemi memutar bola matanya malas.

"Sopan? Lo siapa? Guru, Kepala sekolah? Atau tukang kebun sekolah??" Ujar Gemi menaikan satu alisnya ke atas.

Bumi melepaskan cekalannya pada tangan Gemi. "Gue, penguasa di sekolah ini. Semua murid takut sama gue!" Ujar Bumi dengan suara rendahnya.

Gemi tertawa, perempuan itu melipat tangannya di Dada. "Oh ya??" Ujar Gemi pura pura kaget. Perempuan itu mencondongkan wajahnya pada wajah Bumi. "Tapi sayang, gue nggk takut sama lo!" Ujar Gemi sembari terkekeh di depan wajah Bumi.

Membuat Bumi mengepalkan tangannya. Bumi sudah tidak bisa mengontrol emosi nya Lelaki itu hendak melayangkan tinju kepada Gemi. Gemi yang membaca pergerakan Bumi pun menangkisnya.

"Ini yang namanya pemimpin? Kalian mau? Di pimpin banci kayak dia? Dam kalian juga takut sama banci kayak Dia??" Ujar Gemi kepada semua murid yang berada di Koridor.

"Selamanya! Gue nggk akan pernah takut sama lo?? Ban-ci!!" Ujar Gemi mendorong tangan Bumi.

Gemi terdorong ke belakang, ketika Perempuan berambut pirang itu mendorong tubuhnya. "Bitch!" Seru Perempaun itu.

Seorang lelaki membantu Gemi berdiri. "Kamu tidak Pa pa??" Tanya Benua sembari membantu Gemi berdiri, Namun Gemi menepisnya Gemi melirik tidak suka kepada Benua.

"Gue bisa sendiri!" Ketus Gemi.

"Udah lah Ben, ngapain lo tolongin perempuan nggk tahu diri kayak dia!" Seru perempuan berambut Pirang itu.

"Sarah! Berulang kali saya sudah bilang jangan seperti itu! Kamu bisa menyelakai Gemi!" Ujar Benua kepada perempuan berambut pirang itu. Sementara perempuan berambut pirang itu memutar bola matanya kesal.

"Gue nggk perlu pembelaan lo!" Seru Gemi lalu pergi dari hadapan Benua dan yang lainnya.

Gemi pun berjalan, tapi tujuan nya bukan kelas. Ia terus menyusuri menaiki anak tangga, dan sampai lah dia di rooftop sekolah. Di rooftop itu ada sebuah Sofa. Gemi menatap langit biru di depannya.

Perempuan itu menerawang kejadian 1 tahun yang lalu, Dimana menjadi awal kebencian Gemi kepada Bumi. Gemi bukanlah perempuan kuat, seperti hal nya cover di dirinya. Sisi kerapuhan Gemi terlihat jika perempuan itu mengingat kejadian itu.

Di mana Bumi mempermalukan Gemi. Gemi tersenyum sinis, ia bersumpah tidak akan memaafkan Bumi sampai kapan pun. "Gue benci sama lo!!" Gumam Gemi memejam kan matanya.

*****

Tidak terasa, Gemi sudah lama berbaring di sofa rooftop. Perempuan itu bangun, melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 10:15 menit, itu artinya sudah istrirahat. Gemi bangkit ua berjalan menuju kelasnya.

Sampai di kelas, sepi hanya ada Benua yang sedang membaca buku. Benua melirik kearah Gemi yang akan duduk di mejanya. Lelaki itu menyimoan buku nya lalu, berjalan mendekati Gemi.

"Kamu dari mana??" Tanya Benua duduk di depan Gemi.

Gemi melirik sekilas kepada Benua. "Bukan urusan lo!" Ketus Gemi.

"Maafkan kesalahan Bumi, kalau kamu membenci Bumi. Tolonh jangan benci saya!" Ujar Benua.

Gemi menatap Benua, "Kenapa lo begitu perduli sama gue??" Ujar Gemi masih dengan menatap Benua.

Benua tersenyum, tangannya terulur untuk membenarkan letak rambut Gemi. "Karna saya ingin menjadi teman kamu!" Ujar Benua masih dengan senyuaman yang tarpasang.

Gemi terdiam, ia terpesona dangan senyuaman manis Benua. "Gue mggj perlu teman!" Ujar Gemi mengalihkan pandangannya.

Lagi Benua tersenyum. "Manusia adalah mahluk sosial, dan kamu pasti membutuhkan teman!" Ujar Benua.

"Saya mau kok jadi teman kamu!" Ujar Benua menawarkan diri.

"Apa lo ngelakuin semua ini karna Bumi yang nyuruh lo??" Tanya Gemi sembari  tersenyum sinis. "Kalau pun itu alasan lo? Gue nggk tertarik!" Ujar Gemi lalu berdiri. Saat Gemi akan pergi Benua manarik tangan Gemi. Membuat Gemi jatuh dalam pelukan Benua.

"Bumi tidak pernah menyuruh saya untuk melakukan hal itu. Saya tulus ingin menjadi teman kamu!" Ujar Benua sembari tersenyum manis kearah Gemi.

"Saya akan menjadi teman yang baik untuk kamu." Lanjut Benua, Gemi tersadar ia mendorong bahu Benua kasar.

"Nggk usah pegang pegang gue!" Ketus Gemi, Benua hanya tersenyum.

"Jadi, boleh kan? Saya menjadi teman kamu??" Tanya Benua.

"Terserah!" Jawab Gemi lalu pergi dari hadapan Benua.

GEMINTANG BEFORE BENUANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ