25. Save Me

9.4K 542 73
                                    

Dengan sedikit berlari, aku menyusuri lantai dingin terminal keberangkatan bandara Abd Saleh yang hari ini nampak ramai lalu lalang penumpang, baik warga sipil maupun militer.

Aku kembali sampai di Malang setelah menempuh 1 jam perjalanan. Terima kasih bapak presiden yang telah meresmikan tol Surabaya-Malang. Tanpa perantara jalan tol, perjalanan ku pasti memakan waktu cukup lama.

"Cakra!" Sapa beberapa tentara  memberi ku hormat gerakan cepat.

Mungkin mereka tahu dari seragam PDL lusuh yang masih ku kenakan, lengkap dengan embel-embel kostrad berikut tanda kepangakatan di kerah baju.

Tadi aku terlalu terburu-buru, sampai tidak memikirkan diriku yang belum  berbenah. Semuanya terjadi secara spontan.

"Cakra!" Balasku seadanya sambil berlalu.

Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tersisa. Kalau sampai terlambat, semuanya akan berakhir dan aku tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki segalanya.

"Abang , gak salah nerima informasi kan? Mbak
Rara beneran berangkat dari sini?"
Tanya Julio di belakang ku.

"Saya tidak mungkin salah, Jul. Rara nulisnya seperti itu. Dia berangkat pakai hercules, kemungkinan bareng sama anggota yang berangkat satgas." Jawabku sambil mengedarkan pandang ke sekililing ruang tunggu keberangkatan, namun nihil. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Zahra di sini.

Di mana kamu dek?

"Kita cari di tempat lain, Bang. Mungkin Mbak Rara tidak di sini!"

Aku mengangguk "Ayo!"

Kami berdua kembali melangkah, mengabaikan atensi orang yang sepenuhnya terfokus pada kami.

Bagaimana tidak? Wajah kami saja sudah cukup untuk menarik perhatian banyak orang, apalagi ini  ditambah dengan bentuk ku yang mirip tentara habis pulang dari medan pertempuran, dan Julio yang lebih mirip anak jalanan dengan kaos oblong tanpa lengan dan celana selutut. Makin heranlah mereka  dengan kami.

Ya, Itu semua terjadi karena salah ku yang tidak sabaran menunggu Julio berbenah.

Untung jiwa kami sudah terlatih, menjadi orang yang selalu percaya diri. Stay cool soldier!


"Ck, Seharusnya Zahra sudah sampai sini. Sebenarnya dia itu ke mana?" Gumam ku pelan sambil melihat jam yang melingkar di tangan.

Aku memutuskan menunggu Zahra di boarding room bersama Julio yang sibuk berbincang dengan Letting nya yang akan berangkat satgas.

"Di tunggu, Bang. Mungkin masih di jalan." Balas Julio menenangkan.

"Zahra bilang pesawatnya terbang jam 4, Jul. Dan ini hampir pukul 4, tapi belum ada tanda-tanda  keberadaan Zahra di sini."
Aku mulai gusar.

" Izin, Danton. Kalau pakai hercules keberangkatan diundur menjadi jam 5." Lettingnya Julio ikut menimpali.
Ya, Julio sudah menceritakan tujuan kami datang ke sini untuk apa.

Aku menghela nafas pelan. Tetap saja hatiku tidak bisa lega, sebelum melihat kehadiran gadis ku itu. Mau keberangkatannya diundur atau tidak, seharusnya Zahra sudah ada di sini.

"Saya cari minum dulu. Kamu tunggu di sini, Jul!"

"Siap, Bang!"

Aku butuh air, paling tidak untuk menjernihkan otak ku yang keruh dengan kemungkinan-kemungkinan jika aku tidak dapat bertemu dengan Zahra.


Di tengah rasa gundah yang melanda, ada sedikit hembusan angin segar yang menerpa. Aku melihat siluet perempuan mirip sekali dengan gadis ku. Zahra, kamu kah itu, dek?

DEJANIRA (Terbit Ebook di Play Store) Where stories live. Discover now