10. Keluarga Cemara

11.4K 570 2
                                    

“ Kakak...Asslamu’alaikum, Spada, apa ada orang yuhu..?” Selorohku saat aku memasuki rumah dinas kak Bayu, kebetulan pintunya sedang terbuka.

Setelah moment lamaran dadakan mas Yudha seminggu lalu, baru pagi ini aku berani datang ke asrama, sebelumnya aku tidak berani menampakkan batang hidungku di depan pasutri julid macam kak Bayu dan mbak Runa.

Bagaimana tidak, mereka itu terus mengodaku dengan mengirimkan pesan-pesan yang sungguh tidak ada faedahnya sama sekali. Sungguh menyebalkan...gak ada habisnya mereka membully adek cantiknya ini.

“Anty.....” Teriakan seorang gadis kecil dari dalam kamar dengan rambut acak-acakan dan masih menggunakan dalaman saja. Gadis kecil tadi mengahampiriku di dekat kursi ruang tamu.

“Hallo cantik, baru mandi ya? Uh, halum banget sih.” Kataku merunduk menciumi Maher yang beraroma minyak telon.

“Maher sini, bajunya belum dipake.” Kata kak Bayu keluar dari kamar yang sama, menyusul Maher yang sekarang sudah ada dalam gendongaku.

Dilihat dari muka-mukanya sepertinya kak Bayu tidak ada tanda-tanda mau membullyku. Mungkin ini kesempatanku untuk mengoloknya hahaha..katakan aku adek durhaka. Bodo amat

“ Ha ha ha, Duh Papa able sekalee...Mana nih kesan garang Kapten Bayu yang melengenda itu. Kayaknya Cuma Maher yang bisa membuat kakak make bando pink gini, uluh imutnya.” Kataku  mencubit  pipi kanan kaka Bayu.

“ Kehadiran seorang anak bisa merubah dunia seorang Ayah dek. Bahkan tentara sekalipun. Lihat saja, besok Yudha juga akan seperti ini kalau udah punya anak. Wangi maskulinnya akan berubah dengan parfum bayi, kesan garang dan gagahnya akan hilang selama dia bersama putrinya.” Kata kak Bayu.

Membuatku menerawang ke masa depan, akankah aku sampai ke masa itu, melihat mas Yudha tertawa bersama putra putri kami. Semoga saja memang kami berjodoh dan bukan maut yang menjemput kami duluan.

“ Lah, kok mas Yudha? Apaan deh kak Bayu.” Kataku mengakhiri hayalanku.

“Cie, kalau bahas Yudha jadi merah gitu pipinya. Tau deh yang baru dilamar, tuh tuh cincinya sampe bersinar gitu, silau men.” Nah kan kembali juga ke wujud aslinya, sepertinya kak Bayu memang ditakdirkan untuk menguji kesabaran seorang Rara. Terbukti saat ini kak Bayu menggodaku dengan menarik tanganku yang tersemat cincin sederhana pemberian mas Yudha.

“Eh apa-apaan , pulang nih Rara kalau diejekin mulu.” Ancamku membuat kak Bayu tertawa sambil megusap kepalaku yang hari ini tertutupi hijab warna moca senada dengan gamis katun yang aku kenakan.

“Lah, kok pulang kan baru datang. Pasti kesini mau minta sarapan ya. Udah gak di akuin anak sama Bunda Ayu? Ha ha ha.” ejek kak Bayu puas membuatku jengkel.
Tapi ini yang selalu membutku rindu jika jauhan dengan kak Bayu. Kakak adik memang seperti ini. Berantem di dekat rindu di jarak.

“ Ya udah pulang beneran nih, padahal tadi aku pengen jadi baby siter gratis.” Kataku pura-pura merajuk dan menurunkan Maher dari gendonganku.

“Ambekan, nih kalau gitu kamu dandanin Maher sekalian latihan jadi Mama yang baik dan benar.” Kata kak Bayu menyerahkan baju Maher. Dikira pengunaan bahasa kali ya, baik dan benar.

“Nanti belikin Rara es krim ya.” jawabku sambil mengkedip-kedipkan mata.

“ Jijik deh Ra, katanya gratis kok minta imbalan.” kak Bayu mencibirku sambil berlalu ke arah dapur.

Mungkin dia akan membantu mbak Runa yang kelihatannya sedang sibuk memasak sehingga tidak menyadari kedatanganku.

“Ayo cantik, Anty akan merubahmu jadi princes Mahira yang akan memikat semua tentara di sini.” Aku  menggandeng Maher menuju kamarnya.

DEJANIRA (Terbit Ebook di Play Store) Where stories live. Discover now