Deep Talk

5.3K 735 20
                                    

"Dulu, mama selalu ngajarin aku buat jadi perempuan yang kuat. Karena mama lemah, cuma bisa bergantung sama papa, sakit-sakitan. Dia selalu menyesali kenapa nggak bisa sembuh untuk ngerawat aku sama Myungsoo. Saat-saat bareng mama aku habisin dengan doktrin-doktrin seperti itu. Tapi mama nggak sadar, kalo mama tu sebenarnya kuat banget. Dia bisa bertahan selama itu, demi bisa liat aku sama Myungsoo tumbuh besar dengan baik. Kata mereka wealth bisa bikin hidup manusia jadi lebih baik, tapi tanpa health aku rasa nggak ada apa-apanya. Buktinya uang papa nggak bisa nyembuhin mama. Jadi apa gunanya? Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di benak aku setelah mama meninggal."

Jisoo merasa sangat emosional saat mengucapkan dua kata itu, membuatnya sempat berhenti bercerita sejenak. Ia tidak jadi pergi karena Sehun menahannya. Kini, ia sedang berbagi cerita dengan Sehun dalam posisi berbaring bersebelahan di atas lantai yang beralaskan karpet.

"Sejak SMA, aku mulai belajar untuk nggak bergantung sama uang papa. Kecuali uang sekolah, aku memang belum bisa bayar sendiri. Dari situ aku mulai cari-cari kerjaan part time. Paling sering jadi karyawan di swalayan atau rumah makan cepat saji. Pernah sekali, Myungsoo sama Jennie makan di restoran cepat saji tempat aku kerja. Myungsoo marah banget liat aku di situ. Pas sampe rumah, aku dimarahin abis-abisan sama papa. Katanya bikin malu keluarga karena ngelakuin pekerjaan rendahan. Well, karena dulu masih labil, aku juga marah dikatain kayak gitu. Bukannya nurut, aku malah makin rebel. Aku ketemu temen-temen yang ngerokok, jadinya ikut ngerokok juga. Ketauan lagi sama papa, dimarahin lagi sampe dipecut pake ikat pinggang. Tapi tetap nggak kapok juga. Dan aku nggak ingat berapa banyak lagi kenakalan remaja yang pernah aku buat dulu, saking seringnya."

"But you made it to Harvard," sela Sehun.

"Yep, 'cause I wanted to run away."

"Karena benci?" tanya Sehun.

Jisoo menggeleng. "Karena nggak ada orang yang merangkul aku. Aku mau pergi ke Harvard aja nggak ada yang nahan. Myungsoo sama Jennie udah terlanjur iri, sedangkan papa kayak ngerasa lega nama keluarga kembali bersih karena aku pergi. Awalnya niat aku pergi karena pengen liat, setelah aku jauh bakalan ada yang rindu apa nggak. Dan pas pulang ternyata..." Ia tertawa miris. Tak berselera melanjutkan perkataannya.

"Cuma Tante Tiffany sama Bona yang lumayan sering nanya-nanya kabar aku selama di Amerika. Tapi mereka bahkan bukan keluarga kandung aku."

"Papa kamu nggak pernah ngirimin uang bulanan?" tanya Sehun.

"Boro-boro uang bulanan. Nanyain kabar aku aja ogah-ogahan. Yang aku tau sih, Bona yang rajin nyampein kabar aku ke papa. Tapi ya, nggak ada respon yang terlalu gimana juga. Biasa aja. Lagian kan dua anak penurutnya tetap ada di dekat dia. Jelas dia nggak akan ngerasa kehilangan aku sama sekali," jelas Jisoo.

"But still, you are his daughter," komentar Sehun.

"I know. Aku bahkan nggak ngerti kenapa aku pulang lagi ke sini. Aku sampe resign dari kerjaan untuk berekspektasi tinggi atas sesuatu yang ternyata kenyataannya jauh dari bayangan aku."

"Mungkin supaya kamu bisa ketemu sama aku."

Jisoo terdiam. Ia ingin menatap Sehun dan mencari keseriusan di dalam mata lelaki itu, namun dia terlalu malu untuk melakukannya. Pipinya terasa memanas, warnanya mungkin sudah merah sekarang.

"Kalo kamu nggak kerasan lagi tinggal di rumah itu, kamu bisa tinggal di sini. Pindahin aja semua barang kamu ke sini, nggak masalah, kok. Trus cari kerjaan yang buat kamu nyaman. Pasti nggak susah kalo diliat dari mana kamu lulus dan pengalaman kerja kamu," jelas Sehun.

Jisoo tersenyum, benar-benar sudah tersipu malu sekarang. Sepertinya menyenangkan sekali bertemu dengan seseorang yang bisa ia andalkan seperti ini.

"Kalo Kak Myungsoo udah tau, pasti Jennie juga bakalan tau. Gitu juga Om Dongwan. Jadi ntar aku tinggal negasin keseriusan aku sama kamu. Kamu bisa tetap tinggal di sini tanpa harus sering-sering berurusan lagi sama mereka," lanjut Sehun.

Jisoo begitu ingin memeluk Sehun tapi dia juga merasa sangat malu. Akhirnya ia tetap berada di posisinya seraya memainkan rambutnya yang tergerai di lantai.

"Kita kenal baru sebulan, loh. Kamu emang udah yakin sama aku?" tanya Jisoo, berpura-pura jual mahal.

Sehun tidak langsung menjawab, ia justru menceritakan tentang kisah kakaknya.

"Aku punya satu kakak laki-laki. Dia nggak pernah sama sekali ngenalin pacarnya ke keluarga. Satu hari, dia bawa seorang perempuan ke rumah dan bilang kalo dia mau nikahin perempuan itu. Jelas kita satu keluarga pada kaget. Nggak pernah pacaran kok tiba-tiba mau nikah? Pas gue tanya, katanya baru kenal belum ada dua bulan. Makin kaget lah kami semua. Waktu itu aku kayak mau ngetawain kakak aku. Maksudnya, kok bisa sih, seseorang jatuh hati segampang itu? Apalagi sampe mutusin buat nikah. Kalo kita liat apa yang dialami sama orang lain, kita pasti ngerasa aneh, lucu, heran. Tapi pas kita sendiri yg mengalami, baru kita benar-benar tau rasanya gimana. Jujur aja, dari pertama ngeliat kamu di pestanya Kak Myungsoo, aku udah suka liat kamu. Walaupun aku nggak percaya sama falling in love at the first sight. Karena aku butuh beberapa kali ketemu sama kamu baru benar-benar yakin aku punya perasaan tertentu ke kamu. Aku nggak bilang, karena takut kamu ngerasa nggak nyaman. Tapi waktu aku meluk kamu pas nangis malam itu, aku ngeyakinin diri sendiri kalo aku harus cepat ngambil keputusan sebelum kamu keburu pergi. Aku nggak sengaja pernah nguping pembicaraan kamu di telepon sama temen kamu pas kamu bilang ada niatan mau balik ke Amerika as soon as possible. Di situ aku mau langsung cegah kamu, tapi nggak bisa. Karena aku nggak punya hak apapun. Akhirnya aku yakin kamu udah buka hati pas kamu cerita tentang masa lalu kamu. Sebenarnya aku cuma nerka-nerka aja, sih. Tapi sekarang, aku ngerasa bersyukur karena kamu juga ngerasain hal yang sama."

Pada akhirnya, Jisoo memberanikan diri untuk menatap Sehun. Dan kini mereka saling memandang satu sama lain. Perlahan rasa malu yang Jisoo rasakan memudar, digantikan dengan kehangatan yang dialirkan oleh tatapan Sehun ke dalam hatinya. Ia belum pernah jatuh hati seperti ini. Rasanya seperti cukup mudah, namun juga sedikit meragukan. Ragu jika ia tidak cukup baik dan pantas untuk Sehun.

"Please, stay here! At least for me."

TBC

Ada yang nyariin nggak?😅 Maaf ya manteman🙏 I'm not feeling good these days. Sepertinya cuaca lagi nggak mendukung banget. Dan kerjaan saya sedang ngalahin skandalnya Lucinta Luna, nggak abis-abis😭 I'm really trying to update as soon as I can. Thank you for waiting this update❤️❤️❤️

Personal Preference | HunSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang