1. Ta'aruf Impian?

889 16 0
                                    

Sudah menjadi rahasia umum bahwa taaruf bak pertemuan dengan seorang pangeran berkuda putih bagi para gadis. Merupakan fitrah perempuan sebagai makhluk yang lembut penuh kasih sayang untuk bertanya-tanya siapa pangeran tak berwajah yang akan menjadi sahabat dalam hidupnya. Termasuk bagi Amal, perempuan mungil yang baru saja menginjak umurnya yang ke 23 tahun. Ia masih merasa tersanjung walaupun sudah seminggu yang lalu tawaran untuk ta'aruf ia terima. Ia sadar alasan utama perasaannya karena ini merupakan tawaran pertama yang ia terima. Bagi seorang perempuan yang tidak pernah menjalani hubungan dengan lawan jenis karena interaksinya yang terbatas dengan kaum adam, ini adalah ranah asing yang membuat hatinya berdebar tak menentu.

Sejak bersekolah di lembaga khusus putri di masa SMA yang kemudian dilanjutkan dengan jenjang kuliah di salah satu universitas kawasan Teluk, interaksinya dengan lawan jenis sangat minim. Pergaulannya dengan laki-laki asing hanya sebatas tingkat SMP, disaat kebanyakan anak laki-laki justru baru bertransisi dari fase anak-anak . Ditambah lagi, sifatnya yang pemalu membuatnya kurang nyaman berinteraksi intensif dengan lawan jenis.

'Taaruf'.

Istilah yang sedang ngetrend di kalangan para pemuda, khususnya mereka yang berstatus 'single' karena alasan menaati syariat. Walaupun dalam prakteknya, tergantung kepada masing-masing individu. Ta'aruf dalam artian sebenarnya, merupakan proses mengenal lebih dekat orang yang ingin diajak membangun hidup bersama. Proses yang jauh lebih kompleks daripada hubungan pacaran yang dasarnya suka sama suka tanpa visi jangka panjang.

Amal sendiri menganggap taaruf jauh lebih mengerikan daripada hubungan pacaran yang biasa dilalui oleh orang-orang disekitarnya pada abad ke-20. Walaupun taaruf sama sekali tak ada kontak fisik, dan tidak bebas dari chaperone atau pengawal yang mengawasi jalannya taaruf dari A sampai Z. Itulah kenapa tangannya terasa panas dingin seraya ia meremas tasnya. Beribu ketakutan khas seorang gadis tak henti memenuhi otaknya. Ia memutar kembali hari saat atasannya tempat ia mengajar sekaligus sosok yang ia kagumi, menawarkannya untuk bertaaruf.

"Maaf ibu, bisa diulang kembali? Sepertinya saya salah dengar," tukasnya secara spontan. Amal menatap wanita tersebut dengan mata terbelalak, yakin ia salah dengar. Ia tak menyangka Ibu Shayma, kepala sekolah tempat ia mengajar justru menjadi orang yang menawarkannya hal tersebut. Ibu Shayma sendiri tidak terlihat seperti orang yang biasanya memilih jalan ta'aruf mengingat latar belakangnya yang lulus Ph.D pendidikan di negara Eropa dan tidak pernah menginjak institusi pendidikan bernuansa relijius sepengetahuan Amal.

Dengan senyum geli yang ditahan untuk memasang ekspresi serius, Ibu Shayma kembali mengulang pertanyaannya, "Ada yang tertarik untuk ber-ta'rruf denganmu Amal. Kamu sudah siap kan?"

Satu menit Ibu Shayma menunggu jawaban sebelum Amal akhirnya membuka mulut. "Eng... Ibu menawarkan bahwa ada orang yang ingin diperkenalkan dengan seorang gadis secara umum atau Ibu secara spesifik menawarkan kepada saya?"

"Sudah saya katakan bahwa kamu yang akan saya kenalkan. Dia juga sudah mempelajari biodata yang kamu serahkan ke saya beberapa waktu yang lalu." Jelas Ibunya.

"Ibu kok saya sama sekali tidak tahu-menahu tentang ini? Maksudnya, kapan bagaimana jika saya keberatan?" tanya Amal hati-hati. Ia mengingat beberapa waktu lalu Ibunya menyuruhnya mengisi form secara spesifik, dengan dalih ingin mengetahui informasi lebih banyak tentang dirinya. Walaupun heran, ia mengira itu hanya sekedar permintaan seorang atasan kepada bawahannya. Ia seharusnya merasa lebih curiga, apalagi tidak jarang sang Ibu mengungkit perkara rumah tangga atau menanyakannya hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan. Saat ditanyakan hal-hal seperti itu, ia menjawab dengan sejujurnya bahkan dengan mantap mengingat saat kuliah ia juga mengambil mata kuliah hukum pernikahan dan keluarga dalam Islam. Ia menganggap dirinya sebagai orang yang sudah siap menjalani fase tersebut. Namun tiba-tiba ia merasa semuanya begitu cepat dan dirinya masih terlalu muda untuk menikah.

Ta'aruf Yang GagalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang