"Kita kencan mas Arse. Bukan bulan madu."

"Sekalian juga gak papa dek. Lagian kita di Jogja sampainya nanti malam. Ngak keburu nanti kalau pulang jadi kita bisa sekalian nginep di hotel atau villa." Lanjut Arsena sekalian merencanakan hal yang sudah lama ia inginkan. Lagipula gadisnya itu sudah mau lulus dan dia ingin sekali segera punya anak. Dia juga sudah mengenakan seragam aneh ini, jadi tak apakan kalau dia meminta sedikit imbalan.

"Terserah." Karena sudah kesal dengan ucapan Arsena hanya itu yang bisa Afiqah katakan. Sedang Arsena terpekik senang, baru kali ini kata terserah dari seorang wanita membuatnya bahagia biasanya ia akan frustasi.

****

"Yah ngak kebagian tempat duduk." Desah Afiqah ketika mereka masuk ke dalam kereta Prameks.

"Gara-gara mas sih!!" Arsena hanya menghela napas sabar ketika di salahkan. Matanya memandang sekitar, lalu Arsena menarik tangan Afiqah berjalan ke satu sudut kereta.

"Mas mau apa? Pelan-pelan eh mas..."
Afiqah tersentak kaget mengikuti langkah Arsena terseok-seok hingga pria itu mendudukannya di kursi.

"Jangan marah-marah dulu. Adakan yang kosong." Ucap Arsena ketika mereka duduk berdua di sudut belakang kereta.

"Maaf hehe..."

"Saya jadi penasaran dek. Kenapa kamu meminta saya pake seragam SMA. Lihat orang-orang pasti mengira kalau kita anak SMA yang nakal bukannya pulang ke rumah malah jalan-jalan seperti ini."

"Mas tau yakin?"

"Mas Arse tidak pernah seyakin ini." Afiqah terkikik kemudian memiringkan badannya menghadap Arsena.

"Mas Arse Ingat tidak? Kapan pertama kali kita ketemu?" Arsena nampak berpikir kemudian ia jadi teringat waktu itu dimana ia habis tawuran lalu di kejar polisi tiba-tiba ada anak kecil memintanya gendong.

"Waktu saya kelas tiga SMA. Terus apa hubungannya dek?" Pria itu tidak mengerti arah jalan pikiran gadisnya itu.

"Sebentar dong mas, makannya kalau aku lagi ngomong jangan main di potong dengerin sampai selesai." Sahut Afiqah kesal ia tidak berhenti mengomeli pria di hadapannya. Sedang Arsena hanya menghela napas sabar. Ternyata gadis itu begitu ribet dan semua menjadi salah di matanya.

"Mas minta maaf..."

"Mas Arse Ingat kapan kita kembali bertemu?"

"Ingatlah, waktu kamu ke kantor polisi sama temen kamu itu." Jawab Arsena dengan cepat.

"Terus?" Tanya Afiqah mencoba menggali jawaban Arsena namun nampaknya pria itu tidak mengerti.

"Terus nabrak dek...."

"Ih.. mas Arse gitukan masa ngak tau."

"Jadi intinya gimana dek. Mas sudah pusing ngak ngerti." Arsena menghempas badannya di kursi sambil menengok ke arah jendela melihat pemandangan dan langit-langit biru.

"Jadi gini, Pertama kali Afiqah lihat mas Arse waktu Mas SMA begitupun sebaliknya. Mas lihat Afiqah saat Afi juga SMA."

"Terus?" Arsena nampak berpikir keras.

"Itu artinya kita dipertemukan di saat SMA padahal umur kita berbeda sangat jauh. Dan mas yang semakin tua." Kata terakhir Afiqah begitu menyakitkan bagi Arsena jika sudah menyinggung umur.

"Jadi intinya kamu mau bilang kalau mas itu udah tua sekali bukan dengan seragam SMA ini."

"Mas Arse!!!" Seru Afiqah kesal karena Arsena tidak mengerti maksudnya.

"Jadi apa dek? Jangan bertele-tele bahasamu tidak mengerti sama orang tua ini."

"Intinya Afiqah mau merasakan cinta anak SMA pada umumnya. Afi mau mengenang pertemuan pertama kita dimana mas masih pake seragam SMA. Afi mau kencan tanpa memandang berapa umur mas sekarang. Sekalipun mas bukan anak SMA lagi. Hehehehe. Anggap saja sekarang kita mengulang pertemuan pertama kita kembali. Disaat mas masih pake seragam dan aku juga.."

"Oh jadi kamu kangen lihat mas pake seragam SMA. Bilang dong.." ujar Arsena sekenanya. Ia jadi paham maksud gadis itu. Intinya Afiqah ingin mereka mengulang pertemuan pertama mereka. Dimana waktu itu ia masih SMA.

"Sudah jangan banyak berkhayal lagi. Terima saja mas itu sudah tua. Lebih baik kamu istirahat tidur dulu nanti saya bangunkan. Kamu pasti sudah lelah mengerjakan ujian yang banyak itu. Perjalanan juga masih lama." Arsena kemudian menaruh kepala Afiqah di bahunya untuk bersandar.

Mau tidak mau Afiqah menurut walau ia agak kesal karena Arsena seolah tidak antusias dengan ucapannya.

"Jangan berpikir macam-macam! Saya hanya tidak ingin kamu kelelahan." Arsena kemudian mengecup kening Afiqah sambil bersenandung kecil.

Aku tercipta olehnya untuk
Selalu cintai kamu
Beri aku kesempatan
Tuk bahagiakan dirimu

Kamu tercipta olehnya untuk
Selalu aku cintai
Genggam erat tangan ini
Jangan sampai kau lepaskan

Sampai aku tutup usia
Kan kujaga hatimu
Sampai aku tua
Walau keriput di pipimu terlihat
Takkan goyahkan cintaku yang begitu kuat

Kamu tercipta olehnya untuk
Selalu aku cintai
Genggam erat tangan ini
Jangan sampai kau lepaskan
Sampai aku tutup usia
Kan kujaga hatimu
Sampai aku tua
Walau keriput di pipimu terlihat
Takkan goyahkan cintaku yang begitu kuat

Sampai aku tutup usia
Kan kujaga hatimu
Sampai aku tua
Walau keriput di pipimu terlihat
Takkan goyahkan cintaku yang begitu kuat
(Sampai aku tutup usia)
Kan kujaga hatimu
Sampai aku tua
Walau keriput di pipimu terlihat
Takkan goyahkan cintaku yang begitu kuat

(Sampai tutup usia- Angga Candra)

*****

Gimana part ini, menurut kamu?

Apakah ada yang kurang?

SPAM KOMEN NEXT DISINI YA!!!

1000 KOMENTAR BARU LANJUT

BYE...

Love you ♥️

Salam

Istri sahnya Lee min ho

Follow Instagram @wgulla_

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaWhere stories live. Discover now