Jeno menyingkir, dan ia menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"terkahir kamu taroh dimana?"

"gatau, pokoknya, kamu cuci kan waktu itu"

Mendengar jawaban Jeno, Jisa menoleh ke belakang. Menatap suaminya dengan tatapan datar. "kebiasaan ujung ujungnya aku"

"gimana.. dong"

Jisa sibuk mencari, dan akhirnya ia mendapatkan masker Jeno.

"nih apa? Makanya cari tuh yang bener. Orang kamu tarohnya di tumpukan baju baju item, kan warnanya sama. Pisahin kalau taroh yang beginian biar ga bingung"

Jeno menunduk sambil mengambil masker kainnya dari tangan Jisa.

"iya iya maaf"

"lain kali jangan diulang lagi. Ini udah keberapa kali coba?"

"iya maaf mommy" Jeno merunduk dan memeluk Jisa.

Jisa mendecih. Tapi kemudian ia tersenyum dan mengelus kepala Jeno. "jangan diulang lagi pokoknya" Jisa mencakup kedua pipi Jeno, dan diciumnya.

"sana, udah ditunggu tuh sama temen temen"

"yaudah aku goes dulu. Nanti mau nitip apa? Biar aku beliin"

Jisa menggeleng. "gaada, cuma mau kamu cepet cepet pulang. Itu aja"

Jeno tertawa pelan. Ia lalu mencubit pipi Jisa yang berisi itu. "siap ratu. Raja mau berangkat dulu" Jeno membungkuk untuk mencium dan mengelus perut Jisa.

"tuan putri, gaboleh nakal ya sama ratu, jangan nendang nendang"

Jisa benar benar tak bisa menahan senyumnya. Tangannya juga tak berhenti mengelus kepala Jeno saat Jeno mengelus perutnya.

"dah, aku berangkat"

Sebelum pergi, Jeno mengecup bibir Jisa sedikit lama.

.

"nak, kamu mau mama bikinin air hangat? Rendeman gih"

Jisa menoleh pada ibunya, kemudian menggeleng. "gausah ma, aku mandi biasa aja"

Sudah seminggu lamanya, kedua orang tua Jisa juga ikut tinggal di rumah keluarga Jeno. Tentu untuk menjaga Jisa yang sudah didepan mata akan melahirkan anak pertama.

Apalagi, Jisa yang umurnya masih sangat muda. Harus butuh perhatian yang lebih.

Mamanya mengusap rambut Jisa dengan lembut. "kamu makin cantik aja ya"

Jisa tersenyum manis, "iya dong, anak aku juga pasti bakal cantik kaya mamanya"

Mama Jisa terkekeh. "yaudah mama mau kebawah ya. Hm, Jeno belum pulang? Telfon coba, udah jam segini. Lagian goes sampe jam segini tuh kemana coba?"

"gapapa ma, biarin aja. Jeno juga pasti pengen main bareng temen temennya"

"yaudah deh. Kalo ada apa apa panggil" mama Jisa lalu kebawah meninggalkan Jisa yang sendirian di kamarnya.

Saat berbalik, Jisa sedikit merintih karena bayi didalam perutnya menendang.

Menyentuh perutnya, Jisa kemudian duduk lalu mengambil ponsel untuk menghubungi Jeno. Sudah hampir jam sembilan, wajar sih, tadi sang mama menyuruh Jisa untuk menelfon Jeno.

Telfon pertama tak diangkat, lalu yang kedua—

"halo? Kenapa Sa? Aku masih didepan mini mart, bentar lagi pulang kok"

"iya, tadi mama nanyain aja soal— ahh! Sh diem dong, gausah nendang!"

Sedangkan Jeno, mengernyitkan dahinya saat mendengar Jisa yang seperti berbicara dengan seseorang.

[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️Where stories live. Discover now