💚08

17K 1.8K 76
                                    

Pukul 8.05, dimana kelas Jisa melakukan jadwalnya yaitu olahraga dalam lapangan indoor.

Satu kelas ini sudah berkumpul dan berbaris untuk memulai kegiatannya, tapi sebelum itu Pak Daniel tengah menyatakan sesuatu.

"kelas 12-2 juga akan bergabung dengan kalian, itu karena Bapak besok gabisa mengajar, jadi Bapak suruh mereka ikut kelas hari ini."

Beberapa siswa ada yang senang mendengar itu karena ada teman mereka di kelas tersebut, dan ada juga yang tidak suka.

Jisa yang mendengar itu, tentu saja senang. Tapi ia sulit memperlihatkannya dengan ekspresi apa. Jadi mimik wajahnya hanya terlihat seperti terkejut, panik, senang. Semua menjadi satu.

Itu, kelas Jeno.

Beberapa detik kemudian datanglah semua anak anak kelas 12-2 dan ikut berbaris. Jisa yang berbaris dipojok harus berjinjit untuk melihat dimana Jeno berada.

Dapat. Jisa dapat melihat kepala Jeno yang berbaris di depan.

"oke, semua sudah berkumpulkan? Hari ini mencari nilai lari. Nilai yang Bapak mau minimal 80. Dibawah itu akan remedial, artinya kalian mengulang lagi. Paham?"

Semua anak anak lalu bersahutan mendengar gurunya tersebut. "saya kasi waktu 10 menit untuk pemanasan. Silahkan."

Para siswapun bubar dalam barisannya dan melakukan pemanasan dengan teman teman mereka. Semuanya melakukan dengan serius dan sesekali bercanda saat Pak Daniel tidak memperhatikan.

Jeno tidak fokus, ia mencari keadaan Jisa. Yang ia pikirkan adalah, sekarang akan mencari nilai lari, dan Jisa.. sedang mengandung anaknya.

"Jen, woi, fokus! Lo lain lain mulu." Haechan menjentikkan jarinya didepan wajah Jeno.

"baik baik lo pemanasan, ntar keram baru tau rasa lo." kata Haechan dengan nada yang tak bersahabat.

Jeno tidak menjawab, ia diam ketika melihat Jisa yang pemanasan dengan Hyunjin dan teman temannya yang lain.

"anjir muka lo pucat banget Sa serius gue!" Felix berujar dengan sangat khawatir. Jisa kemudian menggeleng. "engga astaga, gue gapake gincu aja tadi."

"gak Sa, mending lo ijin aja. Sana ke uks, nyusul aja lo mendingan." kali ini Jisung yang menyahuti. Namanya Jisa, sudah pasti kepala batu.

Hyunjin melihat itu hanya menghela nafas. "gue udah ngasi tau tadi, ya tetep aja gamau."

"Pak Daniel juga bakal ngerti elah, lo takut amat." Jisa menoleh pada Felix, "bukan itu, gue cuma males berurusan sama Pak Daniel, dikejar kejar mulu tar karena belum ada nilai. Lo kan tau Pak Daniel gimana."

"yaudah si kalau lo pingsan juga bakal diantar ke uks." semua menoleh pada Seungmin yang telah mengatakan kalimat tersebut.

"mulut lo ya, lo doain Jisa pingsan?!" tanya Felix.

"ya habis batu banget disuruh istirahat di uks doang gamau."

Diantara mereka berempat, Seungmin memang paling terdengar kasar, tapi itu lebih terdengar seperti perhatiannya sendiri.

Jaemin mendekat pada Jeno. "mukanya Jisa pucat banget, jangan biarin dia ikutan lari. Lo tau sendiri."

Hendaknya ingin menghampiri Jisa, tapi Pak Daniel sudah menyalakan peluitnya dan mengkode untuk menyuruh seluruh siswa berbaris.

"mulai dari kelas 12-2, absen satu sampai lima maju kedepan."

Lima orang maju kedepan termasuk Haechan, lalu berdiri dalam garis start. Mereka berlari ketika Pak Daniel selesai memberikan aba - aba.

"suruh Jisa ke uks sebelum kelasnya mulai." Jaemin terus mendorong Jeno agar Jeno mau membawa Jisa keluar dari lapangan.

"Jen lo, kenapa jadi kaya orang bego begini sih? Mana Jeno yang pintar? Kaya orang bloon aja gue lihatnya." Jaemin sendiri mulai naik darah melihat sahabatnya ini.

"sumpah, lo berdua ributin apa sih? Dari tadi keknya gue lihat." celetuk Renjun yang berdiri disebelah mereka.

"bukan apa apa." sahut Jaemin.

"absen selanjutnya!"

Tiba saatnya Jeno, Jaemin, dan juga Renjun bersama dua lainnya maju untuk mengambil nilai lari.

Karena semua siswa duduk, tentu pandangan Jeno dan Jisa bertemu.

Jeno dengan cepat menggerakkan mulutnya untuk memberitau pada Jisa, "jangan lari." tanpa bersuara.

Jisa langsung paham. Selama ini Jisa pikir Jeno sudah tidak lagi memperhatikannya. Sudut bibir Jisa terangkat, ia tersenyum simpul.

Dan tiba saatnya kelas 12-4 yang mulai mencari nilai. Hyunjin sedikit was was melihat Jisa yang sudah berkeringat dingin dari tadi.

"Sa ayo gue anter ke uks, gausah ngelawan." Hyunjin menarik tangan Jisa, tapi Jisa menahannya.

"Jin lo berlebihan tau ga, gue gapapa serius."

"ck, apa yang lo takutin dari Pak Daniel? Dia pasti ngerti muridnya lagi sakit kaya gini."

"absen 7 siapa? Bapak bilang jangan lain lain!"

Woojin menarik narik baju Hyunjin, "lo maju goblok, absen tujuh!"

Hyunjin langsung berdiri, kemudian berlari.

Setelah melewati beberapa absen, tiba lah Jisa yang maju dan membuat Jeno benar benar khawatir.

"gila banget tu orang dibilang gausah olahraga." celetuk Seungmin.

Hyunjin tidak bisa diam. Tiba tiba ia berdiri dan membuat semua siswa disana menatapnya.

"Pak, Jisa sakit, dia ga bisa mengikuti olahraga hari ini. Kasi dia ijin Pak."

Pak Daniel menatap Hyunjin, lalu beralih pada Jisa yang tangannya sudah gemetar. Lalu guru itu menghela nafas. "kamu kalau tau sakit kenapa maksa ikut kelas saya? Sudah sana, nanti saya kasi materi saja ke kamu. Ketua kelas siapa?"

"saya, Pak." Hyunjin juga mengangkat tangannya mendengar Pak Daniel menanyakan siapa ketua kelasnya.

"antar dia ke uks."

Hyunjin dengan cepat menghampiri Jisa dan merangkul bahunya kemudian berjalan. "gue bilang apa, Pak Daniel pasti ngerti."

Jisa tak menggubris kalimat Hyunjin, melainkan melihat Jeno yang terlihat menahan emosi.

"terlambat" celetuk Jaemin.





















--

Hyunjin itu baiq 😖😖😖

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hyunjin itu baiq 😖😖😖

[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️Where stories live. Discover now