💚11

16.3K 1.8K 73
                                    

Dengan suasana yang canggung, Jisa terpaksa ikut tinggal di rumah besar milik Jeno. Tentunya, karena orang tua Jisa sendiri yang sudah sangat kecewa terhadap anak perempuan satu - satunya itu.

Sampai di rumah, Jeno langsung turun dari mobil yang diikuti oleh Jisa.

Papa Jeno terlihat lebih care kepada Jisa. Bukan maksudnya Mama Jeno tidak peduli, tapi hanya saja, masih belum terlalu dekat. Saat pacaran pun, Jisa juga hanya diam, terlalu polos.

Jeno memandang Jisa yang matanya bengkak karena menangis tadi, dan pipi Jeno sendiri juga masih lebam.

"obatin pipi kamu sendiri." kata Mama Jeno dengan ketus yang langsung melangkah masuk kedalam rumah.

Papa Jeno tersenyum ketika pandangannya bertemu dengan Jisa.

"masuk." Papa Jeno mengusap bahu Jisa. Lalu berjalan lebih dulu dari pada kedua anaknya.

Kedua, anaknya.

Jeno mengusap kepala belakang Jisa. "cepat atau lambat, mereka pasti akan nerima semuanya. Gamungkin mereka biarin kita kaya gini. Percaya sama aku."

Jisa hanya diam, bukannya tidak mau menggubris kalimat dari Jeno, tapi Jisa salah fokus dengan pipi Jeno yang benar benar membiru, hingga pelipis matanya. Tamparan dari Papanya tadi bukan main - main.

Jeno mengaitkan tangannya pada Jisa, dan mereka masuk kedalam.

Baru ingin menaiki anak tangga, Doyoung muncul dari kamar orang tuanya dengan penuh emosi, kemudian menarik kerah pakaian Jeno hingga punggung Jeno menabrak tembok.

Jisa tersentak dan terkejut.

"siapa yang suruh lo kaya gini hah? Buat apa lo ngelakuin kaya gini?! Bangsat!" Doyoung menghantam adiknya sendiri dengan kalut.

"gue gapernah ajarin lo kaya gini. Kehasut sama siapa lo ha? Sekarang lo mau ngapain? Lo galiat mama nangis kecewa sama lo?!! Jeno anjing!!"

Bug.

"Doyoung!! Apa apaan kamu! Kamu mau bunuh adik kamu?!"

Sang Papa menarik Doyoung yang sudah menindih adiknya sendiri karena emosi. Jisa pun ketakutan, ia menangis lagi. Jeno sudah merasa lemas. Ia hanya diam berbaring menahan sakit.

"dia pantas dipukul! Eh lo kalau menghargai cewe lo harusnya ga di apa apain goblok!"

Setelah Doyoung menunjuk Jeno ia pergi keluar membanting pintu.

"bangun, Jeno." Papanya membantu Jeno yang sudah tidak kuat.

"kamu diam aja. Kita cuma butuh waktu. Papa juga marah, kecewa. Tapi kalau dengan papa yang marah - marah atau mukul kamu, semua ga akan kembali kaya sebelumnya kan?"

"sana masuk."

Jisa mendekati Jeno yang terlihat lemas.

"J-jen, kamu—"

"hhh gapapa. Aku gapapa." Jeno masih mencoba tersenyum walau pipinya terasa sangat perih.

Jeno berjalan pelan untuk lebih dekat dengan Jisa. Perutnya terasa sakit karena hantaman dari Doyoung. Jeno meringis, kemudian ia jatuh kepelukan Jisa. Kepalanya bertumpu pada bahu sempit milik Jisa, walau Jeno harus benar benar menunduk.

Air mata Jisa kembali jatuh.

"Jeno jangan sakit." suara Jisa gemetar.

Jeno yang mendengar, ia kemudian menggeleng. "engga sakit, Jisa."


























✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖

Dasar kenakalan remaja😢

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dasar kenakalan remaja😢

[1]MISTAKE; happier | Lee Jeno✔️Where stories live. Discover now