“Masuk!!”
“Enggak!!”
“Gue bilang masuk!!”
Mata Devan menggelap, di tatapnya manik Viona dengan tajam. Seolah olah mengisyaratkan masuk, atau gue bunuh? Viona bergidik ngeri melihat tatapan tajam Devan.
Viona tak habis pikir, bisa bisanya laki-laki ini bersikap sedemikian rupa padanya. Belum juga kenal sepenuhnya, eh sudah berlagak seperti ini.
Devan mendorong tubuh Viona hingga terduduk di kursi samping kemudi. Kemudian Devan menutup pintu itu lalu berlari kecil mengitari mobil dan duduk di samping Viona.
“Jangan coba coba kabur!!” titah Devan dengan suara dinginya.
Viona menelan salivanya susah payah. Devan begitu mendominsi dan tak memberikanya celah sedikitpun.
••••••••••
Devan mengemudikan mobil milik sahabatnya dengan kecepatan sedang. Dilihatnya sekilas gadis di sampingnya itu.
“Gue tau gue ganteng. Nggak usah segitunya juga Kalik ngliatinya.”
Viona buru buru malingkan wajahnya ke arah jendela. Pipinya memerah bukan main. Dirinya tertangkap basah tengah memandangi wajah Devan dengan ekor matanya.
Mendadak mobil yang dikendarai Devan berhenti tepat di lampu merah.
“Berhenti natap cowok itu.” Reflek Viona menoleh ke arah Devan. Dilihatnya wajah laki laki di sampingnya itu dengan raut wajah bingung.
“Lo hanya boleh mandang gue.” Lagi-lagi lagi Viona di buat bingung.
Viona menolehkan kepalanya ke arah laki laki yang dilihatnya tengah nongkrong di kafe tepat sebelah jalanya. Laki laki itu cukup tampan walau tak setampan laki laki di sampingnya ini.
“Inget ya! Gue nggak pernah nerima lo sebagai pacar gue.” Viona kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela dan memandangi jalanan.
Tanpa sadar Viona telah membangkitkan emosi Devan. Devan merasa tak di hargai sebagai seorang laki laki. Tanganya terangkat dan menjepit dagu Viona hingga tatapan mereka bertemu.
“Tatap mata gue!” titah Devan tak menerima penolakan.
Viona menelan salivanya susah payah. Dirinya akan selalu lemah bila di hadapkan mata tajam laki laki di hadapanya ini.
“Apa yang sudah jadi milik gue nggak ada seorang pun yang yang boleh ngambil, apalagi yang dimilki memintanya sekalipun,” ujar Devan dengan suara dinginya.
“Bodo' amat!” Viona Kembali menengadahkan kepalanya ke arah jalanan. Mungkin jalanan lebih menarik di mata Viona dari pada laki laki tampan di sampingnya.
Cup!
Mata Viona melebar. Sebuah benda dengan tekstur kenyal dan basah menempel di sebelah pipi kanannya.
Yeah, lagi-lagi Devan menciumnya tanpa izin.
PLAK!!
Tangan mungil Viona menadarat sempurna di pipi tirus Devan. Hingga ruam merah tercipta di pipi tan itu.
“Gue nggak suka lo kurang ajar kayak gini ya!! Cukup kejadian kemarin jadi pelajaran buat gue buat nggak deket deket sama lo lagi.”
“Satu lagi, gue nggak pernah nerima lo jadi pacar gue, nggak akan pernah!”
Setelah mengatakan unek-unek di hatinya, Viona membuka pintu mobil kemudian berlari ke arah jalanan yang lumayan macet.
Hatinya benar-benar jengkel dengan laki-laki itu. Bisa-bisanya menciumnya sembarangan. Dirinya benar-benar seperti perempuan murahan yang merelakan anggota tubuhnya di sentuh seorang laki-laki. Ayah dan ibunya tak pernah mengajarkanya seperti itu.
Buk!!
Kakinya tersandung tali sepatunya sendiri. Lututnya menghantam aspal yang keras. Hingga darah segar keluar dari lutut mungilnya. Lututnya benar benar sakit dan Perih.
“Makanya gausah lari. Sakit kan?”
Viona menegang. Ia tahu suara ini. Ini adalah suara laki-laki menyebalkan yang ingin dihindarinya.
T
iba-tiba Devan merendahkan punggungnya di hadapanya Seketika kernyitan muncul di dahi Viona.
“Naik.”
“Gue kan berat Van.”
“Naik!!”
Tangan mungil Viona merangkak ke arah leher Devan. Dan berusaha menggapai leher laki-laki itu.
Tubuhnya pun mendarat di punggung kokoh Devan.
Viona mencium aroma mint yang menguar dari kerah baju milik Devan. Tanpa sadar, kepalanya ia daratakan di punggung Cowok itu. Perlahan, Viona memejamkan matanya tanpa sadar menikmati aroma yang menguar di tubuh Devan.
Perlahan matanya terpejam menikmati wangi mint itu dengan tangan yang setia mengalung di leher Devan.
“Jangan suka sama gue!” gumam Devan dengan suara lirih. Namun Viona masih bisa mendengar suara Devan. Seketika Viona menatap Devan dari samping.
Apa maksud ucapan dari laki laki yang mengendongnya ini?
“Devan!”
“Hm!”
“Lo tadi ngomong apaan sih?”
“Bukan apa apa?”
“Devan!”
“Hm.”
“Ish, tau ah, ngomong sama lo bikin gue naik darah tau nggak!”
“Enggak tau!”
“Devan!!!”
••••••
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.
Repusblish Rabu, 04 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO [TERBIT]
Fiksi Remaja[JANGAN DIBACA KALAU GA MAU NYESEL. CERITA TIDAK LENGKAP.] Devano adalah cowok playboy kalangan atas yang mampu menaklukan kaum hawa hanya dengan sekali senyum. Namun, namun pertemuanya dengan gadis mungil nan kekanakan yang bernama Viona Clarisa, m...
12. DEVANO [REPOST]
Mulai dari awal
![DEVANO [TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/189276554-64-k187276.jpg)