6. DEVANO [REPOST]

409K 16.4K 338
                                    

Selamat membaca,
🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈
➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️
Aku suka warna biru, kalian suka warna apa?

•••••••🥀🥀•••••••

Viona melangkah menyusuri lorong sekolah yang terlihat sepi lantaran jam efektif pelajaran, baru saja Bu Naya selesai mengajar di kelasnya, dan sekarang katanya Bu Naya akan melanjutkan mengajar di kelas Xl IPA Satu. Dan Viona yang duduk di bangku paling depan mau tak mau ditunjuk oleh beliau untuk membantunya membawa buku anak-anak Xl IPA Satu yang berada di lantai atas.

Perjalan panjang dari X IPS 1 sampai Xl IPA 1 cukup melelahkan menurutnya. Bagaimana tidak. IPS Satu berada di lantai satu sedangkan IPA satu berada di lantai Tiga.

Viona menyunggingkan senyum termanisnya saat berpapasan dengan bapak dan ibu guru yang di lewatinya.
Viona sudah cukup akrab dengan para guru disini. Walapun dengan nilai yang tak terlalu tinggi, dirinya bisa dengan lihai berinteraksi dengan staf maupun guru di sini.

Tinggal sedikit lagi Viona hampir sampai di kelas tujuannya. Kelas itu terletak paling ujung dari peradaban.
Riuk piuh terdengar hingga telinga Viona, ia mendekat, semakin keras pula suara suara itu.

Meja semprawut, kursi berserakan. Salah satu yang terlintas di otak Viona adalah Jamkos. Tidak mungkin jika keadaan kelas akan seperti ini jika ada guru di dalamnya.

"Halo, cantik," Cowok bertubuh gempal tersenyum jahil kearah Viona. Sekawanan mereka kompak memberi suitan-suitan jahil dan tertawa keras setelahnya. Membuat Viona risih sendiri.

"Maaf, ketua kelasnya mana ya Kak?" tanya Viona dengan menatap sekawanan cowok yang duduk di kursi samping pintu. Namun masih berada di dalam kelas.

"Ketuanya lagi Bobok, sini sama Abang, nanti ditemenin nyari ketua kelasnya," kata salah satu dari mereka kontan membuat Viona semakin risih.

"Dek, kelas sepuluh ya? Gemes banget sih!"

"Dek, nomor wa nya berapa? Minta dong,"

"Cantik, namanya siapa."

Resiko cewek cantik gini amat yak!

Viona risih dengan anak-anak Cowok yang terang-terangan menggodanya habis-habisan. Akhirnya, ia memberanikan diri masuk kedalam. Langkanya sangat cepat, bahkan hampir seperti berlari. Ia sangat malu di sini, apalagi saat melihat segerombolan Cowok-cowok tadi.

Bahkan ada Cewek yang terang-- terangan menatapnya tak suka, lalu berbisik dengan teman di sebelahnya.

Jantung Viona mendadak terkejut. Ia dikejutkan dengan cekalan cowok kurang ajar yang lancang memegang tanganya dan menariknya hingga terduduk di kursi.

"Duduk sini, temenin gue," katanya.

Reflek Viona menghempaskan tangan lancang Cowok itu lalu melangkah mundur secara perlahan. Ingin berlari ke luar pintu kelas namun pintu tiba-tiba ditutup oleh salah satu sekawanan tadi.

"Maap, Neng, cuma nutup sebentar, ada guru lewat tadi," kata salah satu dari mereka.

"Nanti Gurunya masuk lagi, nggak jadi Jamkos deh,"

"Iya Neng,"

Namun suara Cowok-cowok tadi mendadak terhenti entah karena apa Viona juga tak tahu.

"Berani sentuh sekali lagi, lo urusanya sama gue!" Viona terkejut karena tiba-tiba Devan berteriak dengan suara berat melewatinya begitu saja kemudian memukul rahang Cowok yang tadi memegang tanganya.

"Allahuakbar!!"

"Devan, stop Dev, dia temen kita!" ujar Reza memperingati Devan.

"Gak! Udah cukup ya, kelas kita ini di pandang jelek karena omongan anak-anak lain," Devan menyela dengan tegas.

"Hajar Van, sikat!" teriak Gilang memanas-manasi keadaan.

"Heh! Dipisahin dasar Bangsul! Lo semua!!" Ricky menarik kerah baju Devan hingga perkelahian Devan dengan temanya sendiri.

"Yeee, biarin aja si! Buat hiburan dikit, gak mati Lang, santai aja napa sih!" kata Gilang sewot.

Sedari tadi Devan diam memerhatikan tingkah Viona yang masuk ke dalam kelasnya. Ia bersembunyi di samping meja dengan duduk lesehan di lantai. Meskipun mendengar Viona menyebut ketua kelas yang tak lain adalah dirinya sendiri, Devan tetap diam memperhatikan.

Lama memerhatikan interaksi Viona dengan teman-teman Cowoknya, Mendadak darahnya mendidih melihat salah satu temanya bernama Doni berani menarik tangan Viona dengan paksa.

Inilah salah satu asal-usul kelasnya menjadi bahan omongan, anak laki-lakinya dinilai tak sopan.

Ia bangkit dari duduknya dan melayangkan bogem mentah kepada temanya itu. Sebut saja Doni. Doni memang murid gesrek dengan segala tingkah lakunya. Membuat kelas jelek dengan kelakuan dan tingkahnya.

"Devan, lo gila?" Sentakan seorang gadis yang berdiri di bangku belakang. Gadis itu beralih menatap Viona dengan tatapan tidak menyenangkan.

Wajah Viona sudah pucat pasi melihat adegan baku hantam di depan matanya secara langsung. Apalagi Devan, Cowok itu tengah kerasukan apa bagaimana, tiba-tiba saja datang dan memukul Cowok tadi yang memegang tanganya.

"Nyari gue?" Devan menatap Viona dengan tatapan kesal sekesal-kesalnya.

Viona tetap diam meskipun Devan bertanya seperti itu, Viona justru ketakutan.

"Neng, Abang kasih tau yak, jangan lagi-lagi masuk kesini Deh, di sini banyak buaya soalnya," kata Gilang kepada Viona.

"Bener!" sahut Reza.

"Takutnya ada mejadian yang tidak diinginkan," ujar Ricky ikut menyahut.

"Taroh tuh di meja," Devan menunjuk meja guru di depan sana.

"Sana-sana balik lo ke-kelas," Devan mengusir Viona seraya menarik tangan gadis itu keluar dari kelasnya, kemudian Devan menutup pintu. Sebelum itu, Devan kembali menatap punggung Viona yang berjalan menjauh, terlihat tatapan penuh amarah dan kebencian di dalam bola mata Devan.

•••••🥀🥀•••••

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini,


Repost, Rabu, 21 Oktober 2020

DEVANO [TERBIT]Where stories live. Discover now