Kencan Pertama

30 2 0
                                    

Tentang angan, setiap orang selalu mempunyainya. Entah angan itu berupa hanya fantasi dari kegilaan imajinasi yang tak terpenjara atau angan yang benar-benar ingin kita impikan. Terkadang kita menjadikan angan-angan itu menjadi sebuah rancangan masa depan. Ya, angan-angan yang dipupuk dengan harapan dan doa-doa di semai dengan usaha yang menjadikannya sebuah patokan untuk diri kita menuju esok yang menjanjikan.

Begitu pula denganku, aku juga memiliki angan-angan. Salah satu angan-anganku dari beberapa yang ada adalah dirimu, ya dirimu ADIBA –Perempuan pemilik senyum termanis sejagat raya. Mungkin itulah kenapa bentuk pelangi selalu murung, dia cemburu akan manisnya senyummu– Menemanimu hanya untuk sekedar membuatmu tersenyum. Cukup sederhana memang. Tapi pada akhirnya kau tak akan pernah lupa jika ada seseorang yang pernah berkorban hanya untuk membuatmu tersenyum bahagia.

Dan hari ini, salah satu anganku itu terwujud. Terwujud dengan sempurna, sangat sempurna bahkan. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari dimana kita berikrar menjadi saling melengkapi walau hanya sebatas menjalin kasih (pacaran) tapi tak apa, setidaknya rasa lelahku selama ini mencintaimu dalam diam terobati. Setelah sekian lama aku memendam perasaan yang begitu hebat hingga akhirnya beberapa hari yang lalu aku mengungkapkannya dengan lantang di depanmu bahwa aku mencintaimu.

Dan sejurus kemudian apa yang aku dengar membuatku mati terpanah. Kau dengan suara halusmu berucap kau menerimaku. Semua yang ada dalam dadaku yang penuh dengan sesaknya segala macam perasaan-perasaan bercampur aduk dan seketika meledak keangkasa menghamburkan segala macam rasa yang ada yang kemudian hanya meninggalkan satu kata, BAHAGIA. Entah bagaimana ekspresiku waktu itu, yang jelas, kau hanya tersenyum bahagia.

Sinar mentari mulai pagi ini akan berbeda dengan hari sebelum-sebelumnya. Sinarnya begitu hangat menentramkan. Seperti sorotan matamu itu, menenangkan.

Dering ponsel pagi itu adalah dering ponsel yang paling aku tunggu-tunggu. Siapa lagi kalau bukan darimu, Adiba. memang sengaja dari semalam tak ku hiraukan pesan-pesan darimu, bukan bermaksud jahat, aku hanya ingin memberimu sebuah kejutan.

"Diba, bangun, aku udah di depan rumah" pesan yang kukirim 5 menit yang lalu akhirnya terbaca.

Aku yang tengah berdiri didepan rumahnya dengan setenang mungkin memasang wajah menyakinkan untuk menyambutnya. Dan sejurus kemudian kau berlari keluar rumah dengan masih memakai baju tidur.

"ihh, kamu itu ya dari kemaren aku chat, telpon gak dibales, kemana saja ?" ucapmu

Aku hanya tersenyum melihat rengekanmu bak bayi yang baru terbangun meminta susu. Aku sangat suka ketika melihat wajahmu seperti ini, sangat cantik. Benar kata orang, jika ingin mengetahui perempuan itu cantik atau tidak, lihat ketika ia baru bangun tidur. Dan sekarang aku percaya perkataan orang-orang itu benar.

Kubiarkan kau menyelesaikan segala perkataan yang keluar dari mulutmu. Aku masih saja tersenyum melihatmu dengan kemanjaan yang selalu kurindu.

"aku kangen kamu" ucapku sambil mengusap-usap rambutnya.

"Udah diem kan sekarang, ayo beres-beres dulu habis gitu aku mau ajak kamu keluar".

Kau hanya terdiam seperti perasaan antara binggung dan senang. Dirimu masih termenung memikirkan tentang kata-kataku. Tanpa berpikir panjang, kutarik tanganmu menuju rumahmu.

"segera mandi, cepet gak pakek lama ya gendut" ejekku

"aku gak gendut hmm" rengekmu.

Sungguh manjamu itu yang membuatku semakin gemas. Gemas untuk selalu menarik pipi kenyal seperti bakpao itu.

"eh ada nak rian, sudah bertemu dengan adiba ?" suara ibu diba mengagetkanku dari kegabutan.

"eh tante, iya tante udah, diba lagi mandi" jelasku sambil menjabat tangannya.

Aksara K.A.T.A Sebuah Perjalanan Tentang Arti Memiliki (Akan Terbit)Where stories live. Discover now