Selangkah

24 1 0
                                    

Cinta, sebuah kata yang rumit. Banyak sekali konsep yang ada, Bahkan mungkin ada miliaran atau triliunan konsep untuk mengartikannya. Dia hanya satu kata tetapi mengurai menjadi sebuah triliunan rasa-rasa yang entah tidak bisa dijelaskan asalnya.

Seperti halnya diriku, yang memilih mencintaimu dalam diam. Yang sudah jelas-jelas kujatuhkan diriku kepadamu, walau aku tahu kau tak segera mungkin untuk menerimanya. Sakit memang tapi ada suatu hal yang memaksaku untuk tetap terus menunggumu. Entah itu apa.

Beberapa hari setelah mengasingkan darimu membuatku semakin tak biasa, tak biasa untuk tidak bisa bersamamu. Ketakutan yang selama ini kukhawatirkanpun terjadi. Aku terjerat dalam ruang penjara hati yang kau buat dengan balutan kenyamanan. Kenyamanan bersamamu seolah-olah melekat di bawah alam sadarku. Sehingga aku pun yang dengan tegas untuk memilih menjaga jarak denganmu tanpa kusadari berharap kau temui.

"kau sungguh naif, sengaja pergi untuk dicari" batinku seolah berteriak kepadaku.

Memang harus kuakui aku sangat merindukanmu dalam keasingan ini. sudah beberapa kali ku mencoba untuk segera menghubungimu, bahkan aku masih ingat ketika aku mencoba mengirim pesan kepadamu, disana jelas tertulis "aku merindukanmu", namun dengan segera kuhapus dan melupakannya. Egoku yang tinggi kembali berperang dengan hatiku yang menjerit.

Aku sangat meyakini, cinta itu tidaklah rumit. Jika kau cinta cukup katakan kau mencintainya dan dia akan membalasmu entah itu sesuai atau tidak itu tidaklah masalah. Begitupun dengan rindu, jika kau rindu cukup katakan. Tetapi entah konsep yang selama ini kuyakini seolah-olah tak sama. Cinta yang kurasa begitu rumit bak benang kusut yang susah untuk di urai. Aku mengakui jika aku memang mencintaimu, bahkan sangat merindukanmu tetapi ada perasaan dalam diriku yang tak tahu darimana datangnya seolah-olah menuntunku untuk mengurungkan mengungkapkannya.

Terjerat dalam ketidakpastian adalah suatu hal yang sangat menyedihkan. Menyedihkan ketika kita sadar kita juga tak mampu untuk mengungkapkannya. Terlebih tentang CINTA.

Sungguh keadaan ini sangat menyiksa, kepalaku terasa berat dipenuhi oleh fikiran-fikiran yang sangat tidak jelas arahnya. Di satu sisi aku sangat ingin mengungkapkannya padamu dengan jelas, bahwa aku sangat mencintaimu. Tetapi di sisi lain ada logika yang menghalangi untuk mengungkapkannya, terlebih atas permainan yang kau buat. Kau menjadikanku pemeran kedua.

Semenjak terakahir kali bertemu denganmu, aku memang menjaga jarak. Bukan untuk menjauhimu, tetapi lebih kepada menentukan arah langkah. Arah langkah yang akan menentukan apakah aku harus tetap dengan kediaman ini atau mengungkapkannya. Pilihan yang sangat sulit untukku.

Pagi itu ketika matahari mulai menampakkan dirinya, aku memutuskan sesuatu. Aku butuh sesuatu hal yang sangat menenangkan dimana aku bisa mengambil keputusan dengan tenang tanpa terpengaruh apapun. Hal yang selama ini kulakukan jauh sebelum aku mengenalmu.

"Aku butuh ini, sangat butuh" ucapku dalam hati.

Guyuran air pagi ini semakin menambah tekadku untuk pergi. Kepergian yang pada akhirnya akan membawaku kembali dengan suatu jawaban. Kukemas barang-barang yang kurasa perlu kedalam ranselku. Tak lupa buku kecil berisi catatan-catatan yang biasa kutulis di kala inspirasi memelukku. Buku yang selalu menemaniku kapanpun dan dimanapun.

"kamu mau kemana nak" tanya wanita separuh baya yang sedang memperhatikanku.

"aku pengen nenangin diriku dulu ma, mungkin akan butuh 2 atau 3 hari" jawabku.

Rasa tak tega mulai menyeruak ketika aku melihat mata malaikat tak bersayap itu. malaikat yang sedari kecil merawatku dengan kasih sayangnya, sedangkan aku dengan teganya ingin meninggalkannya untuk beberapa saat hanya karena masalah hati yang resah.

Aksara K.A.T.A Sebuah Perjalanan Tentang Arti Memiliki (Akan Terbit)Where stories live. Discover now