Part 1

58.8K 6K 394
                                    

Btw aku ambil setting lagi di Purwokerto. Maaf kalau bosen dengan setting ini hahaha. Aku cinta kota ini, aku cinta bahasa ngapak dan segala kuliner khas di wilayah Barlingmascakeb. Aku ingin sambil nyisipin bahasa ngapak juga di cerita ini.

Mendengar nama itu terucap, Kayla gemetar. Peluh bercucuran. Ia merasa keberadaannya di kampus itu tak aman lagi. Bagaimana bisa mantan dosen pembimbingnya ini pindah ke Purwokerto setelah sebelumnya mengajar di Bandung? Apa yang membuatnya mau pindah ke kota kecil? Ia pikir, ia tak akan pernah lagi bertemu dengan Wisanggeni Bagaspati. Nyatanya suratan membawa kembali pria itu ke tempat yang sama.

Kayla melangkah menuju dapur kantin dan duduk di sana. Dadanya berdebar sekaligus sesak. Matanya berkaca. Rasa sakit dan trauma itu masih terasa pedihnya. Demi Allah, dia tidak ingin bertemu dengan dosen itu lagi.

"Mbak Kayla kenapa? Kok mukanya pucet?" tanya Anto pemuda dua puluh tahun yang juga bekerja di kantin milik eyang.

"Nggak apa-apa, Anto." Kayla memaksakan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Oh ya, udah. Aku mau ke pasar dulu, ya, Mbak. Mie-nya habis." Anto berlalu dari hadapan Kayla. Kayla hanya membalas dengan anggukan.

"Kayla..." Wanita paruh baya, ponakan sang eyang memanggilnya.

"Iya, Bulik, ada apa?" Kayla menatap wanita bernama Asih itu seraya berusaha menetralkan deru perasaan menyesakkan yang berkecamuk di dalam sana.

"Bulik minta tolong, antarkan soto Sokaraja ini ke ruang dosen ya. Di ruang dosen III ya. Pak Ridwan sama Pak Setyo yang pesan." Asih meletakkan nampan itu di meja.

Kayla semakin gugup. Ingin rasanya menolak, tapi tak enak hati jika tak mengerjakan apa yang diperintahkan oleh orang yang lebih tua. Namun ia juga takut bertemu dengan Bagas. Membayangkan saja sudah takut duluan.

Kayla terpaksa menuruti perintah Asih. Dia berjalan menuju ruang dosen III sambil membawa nampan yang menopang dua mangkok soto yang ditutup tudung saji kecil. Langkahnya begitu pelan. Ia masih mencoba untuk menstabilkan gemuruh rasa takut dan cemas yang merajai hati. Ia berharap, ia tak akan bertemu dengan Wisanggeni Bagaspati.

Kayla teringat, eyang kakung yang asli Jawa pernah bercerita tokoh-tokoh pewayangan. Hatinya seketika bergetar kala sang eyang mengatakan bahwa Wisanggeni adalah salah satu ksatria yang rela berkorban demi kebaikan. Ia putra dari Arjuna dan Betari Desranala, putri Bhatara Brama, dewanya api. Kelahiran Wisanggeni tidak dikehendaki karena dipaksa dilahirkan sebelum cukup bulan oleh Bhatara Brama. Semua itu terjadi atas desakan Bhatara guru. Putra dari Bhatara guru, bernama Dewasrana cemburu karena Desranala dipersunting oleh Arjuna dan menginginkan perceraian antara Arjuna dan Desranala. Meski dilahirkan paksa dan dibuang ke kawah candradimuka oleh kakeknya sendiri, Wisanggeni tetap hidup dan tumbuh menjadi ksatria yang sakti mandraguna. Ia digambarkan sebagai pemuda yang tampan, terkesan angkuh tapi memiliki hati yang baik. Ia pernah mengacaukan khayangan dan tak ada yang dapat mengalahkannya. Namun hidupnya berakhir tragis karena mengorbankan diri menjadi tumbal untuk kemenangan Pandawa.

Tatkala eyang bercerita tentang Wisanggeni, Kayla hanya terdiam. Hatinya tiba-tiba bergerimis. Terlebih saat sang kakek mengatakan bahwa nama Wisanggeni itu terdiri dari dua kata, wisa berarti bisa (racun), sedang geni berarti api. Entah kenapa pas sekali dengan karakter dosen pembimbingnya yang galak dan kejam seperti bisa dan api.

Kayla tiba di depan ruang dosen III. Ia mengucap salam. Terdengar jawaban salam dari Ridwan dan Setyo.

"Taruh di situ, Mbak, sotonya. Makasih banyak, ya," ucap Ridwan ramah.

Kayla meletakkan dua porsi soto di meja, "Sama-sama Pak."

Gadis itu berbalik menuju pintu. Saat hendak melangkah keluar ia berpapasan dengan seseorang. Kayla mengangkat wajahnya. Dadanya berdebar kencang dan seolah jantungnya hendak lepas kala wajah seseorang yang tak asing mendominasi penglihatannya. Laki-laki itu... yang pernah menghancurkan hatinya dengan kata-kata pedasnya. Laki-laki itu yang menjatuhkannya hingga titik terbawah. Laki-laki itu yang turut andil menambah luka dan rentetan trauma yang bahkan belum sepenuhnya lenyap hingga detik ini.

Mantan Dosen Pembimbing (Completed)Where stories live. Discover now