Chap 31: The News

499 48 6
                                    

Sore itu Seokjin disibukkan dengan Jihoon yang tidak henti-hentinya mengoceh. Seakan-akan tuli, Seokjin mengabaikan ocehan temannya yang lebih muda darinya itu. Dia lebih memilih untuk memeriksa dandanannya ketimbang menguras energinya dengan merespon Jihoon.

"Jin-ah, aku sudah memberitahumu berkali-kali bahwa yang mengadakan pesta natal ini adalah kakakku. Kenapa kau sangat kekeh untuk ikut?" Untuk kesekian kalinya, Jihoon mendobrak masuk ke kamar tamu yang sementara digunakan Seokjin.

"Woozie-ah, aku juga sudah memberitahumu berkali-kali bahwa aku tahu dan akan tetap ikut ke pesta kakakmu itu." Seokjin tersenyum puas ketika dia berhasil memasang antingnya, kemudian berbalik badan, "Kenapa kau sangat kekeh agar aku tidak ikut?"

Wajah Jihoon berubah masam mendengar ucapan Seokjin. Dia melipat tangannya di depan dada. "Kau sangat tahu kenapa, Seokjin."

Mendengar nada tajam Jihoon, Seokjin menghembuskan napas. Dia tahu Jihoon hanya khawatir. Ini bersangkutan dengan hubungannya dan Yoongi. Dan perlu ditekankan, hubungan mereka berdua jauh dari kata "baik".

Sudah lima tahun sejak Seokjin terakhir kali melihat dan berbicara dengan Yoongi. Terakhir kali dia melihat perempuan itu adalah sebelum dia pergi ke Busan untuk bertemu keluarga besarnya untuk pertama kalinya. Bahkan dia juga tidak hadir di pernikahan Yoongi dan Jimin.

Jika dipikir-pikir lagi, sepertinya Seokjin memiliki nyali yang cukup besar untuk ikut Jihoon ke pesta natal yang diadakan Yoongi. Bukan hanya karena hubungannya dengan Yoongi yang telah terputus, tapi juga karena hal lain. Pergi ke pesta itu berarti Seokjin akan bertemu Jimin, Jungkook, Taehyung, dan tentu saja Namjoon.

Pikirannya berteriak menolak untuk pergi ke pesta itu, tapi tidak dengan hatinya.

"Yah, mau diapakan lagi? Aku sudah bersiap-siap sedaritadi," ujar Seokjin sambil mengangkat bahunya.

Jihoon berdecak sebal. "Aku sudah memberitahumu berkali-kali, Seokjin. Aku harap kau tidak menyesal saat bertemu kakakku dan yang lain."

Seokjin melihat Jihoon berbalik badan dan keluar dari kamarnya. Dia tahu betapa khawatirnya Jihoon, tapi Seokjin rasa ini sudah cukup. Lima tahun kabur dan bersembunyi dari orang-orang yang dia cintai terasa sangat lama dan hal itu sangat menyiksa Seokjin.

Selagi dia ada di sini, selagi dia memiliki nyali, Seokjin akan bertemu keluarga yang telah dia tinggalkan. Dan dia akan mencoba untuk memperbaiki kesalahannya lima tahun lalu.

.

.

.

Salju turun perlahan malam itu, tapi udara dingin tetap saja terasa menusuk tulang seperti biasa. Seokjin menghembuskan napas, dia memerhatikan saksama kepulan asap di depan wajahnya. Seulas senyuman muncul di wajahnya ketika dia melihat butiran salju turun. Layaknya anak kecil, Seokjin menengadahkan kedua tangannya. Sebutir salju mendarat di telapak tangannya kemudian menghilang seakan-akan diserap oleh tangannya.

Kebanyakan orang mungkin membenci musim salju karena suhunya yang dingin. Tapi tidak dengan Seokjin. Dia lahir di bulan dingin ini dan bulan ini pula yang menjadi bulan favorit Seokjin. Bulan Desember merupakan bulan di mana dia bisa merayakan dua hal bersama keluarganya, apalagi jika bukan natal dan tahun baru.

Mungkin untuk yang kali ini akan sedikit berbeda karena dia merayakannya di Seoul sedangkan keluarganya ada di Quebec. Tapi dia juga punya keluarga di Seoul.

Seokjin kembali menghembuskan napas. Dia merasa bersalah karena telah meninggalkan orang-orang yang telah dia anggap sebagai keluarganya. Jujur saja, Seokjin sangat merindukan Kwang-sun dan keluarganya. Terakhir kali dia menghubungi pria itu sekitar dua tahun lalu. Entah bagaimana kabarnya saat ini.

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang