Chap 21: Hell of the World

823 88 5
                                    

Mata Taehyung membulat sempurna, dia menggigit bibir bawahnya. Jemari Taehyung mencengkeram erat celananya hingga buku-buku jarinya berubah putih. Dapat terlihat jelas Taehyung ketakutan, namun Namjoon tidak menyadarinya.

"Apa lagi yang kau sembunyikan, Taehyung?!" bentak Namjoon.

"Namjoon, kenapa kau membentak Taehyung?" Seokjin berseru, berlari keluar dari dapur diikuti Jungkook.

Seokjin dengan segera menarik lengan Namjoon. Tangan satunya dia tempatkan di punggung Namjoon, memberikan usapan lembut untuk menenangkan Namjoon. Saat Seokjin menatap wajah Namjoon, napas Seokjin tercekat.

Namjoon terlihat sangat menakutkan. Mata coklatnya melebar penuh dengan amarah. Alisnya mengkerut dengan kedua tangannya terkepal erat. Jika Seokjin harus jujur, saat ini, dia seperti melihat pancaran tombak api di kedua mata Namjoon. Aura di sekitar Namjoon membuat Seokjin bergidik ngeri, ditambah dengan ekspresi dingin Namjoon.

Mata Seokjin beralih ke belakangnya. Jungkook tengah memanggil nama Taehyung berkali-kali, tangan Jungkook bergerak pelan mengusap lengan Taehyung.

"Aku rasa kita harus memisahkan mereka berdua, Jungkook-ah." Seokjin berujar pelan, tangannya masih mengusap punggung Namjoon.

Jungkook menatap Seokjin, mengangguk samar.

Seokjin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia sedang membahas resep-resep makanan dengan Jungkook di dapur. Satu detik kemudian, Seokjin mendengar suara kencang Namjoon.

"Jungkook-ah, bawa Taehyung ke atas." Seokjin menghela napas, "Aku akan berbicara empat mata dengan Namjoon."

Tanpa bersuara, Jungkook menuntun Taehyung menaiki tangga.

Ketika Jungkook dan Taehyung tidak terlihat lagi, Seokjin menghela napas, "Apakah kau keberatan memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi, Namjoon-ah?"

Namjoon tidak menjawab.

Ketika Seokjin sudah mencoba empat kali dan tidak mendapatkan jawaban dari Namjoon, Seokjin menghembuskan napas pasrah, tangannya masih tetap mengusap punggung Namjoon.

Setidaknya Namjoon sudah lebih tenang, pikir Seokjin.

Beberapa menit berlalu dan Namjoon masih tetap diam. Seokjin memakluminya.

Seokjin tersenyum kala Namjoon bersandar padanya. Dia mungkin tidak bisa membuat Namjoon memberitahu masalahnya, tapi membuatnya tenang sudah cukup bagi Seokjin.

.

.

.

Pukul satu siang, Perusahaan Kim.

"Kenapa kau harus bekerja di saat orang-orang libur?"

Jimin menghela napas, "Sayang, kita sudah membicarakan ini kemarin malam."

"Aku tidak peduli. Kau harus datang ke butik ibumu sore ini, Park Jimin."

Jimin mendesah kesal ketika sambungan telepon diputus oleh Yoongi. Sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain, jika tunangannya itu sudah berbicara ketus padanya, maka Jimin harus melakukan apa pun yang dikatakan perempuan itu.

Seharusnya hari ini Jimin menikmati waktunya dengan keluarganya dan keluarga Yoongi. Dia juga sudah berjanji pada Yoongi untuk menemani fitting baju pernikahan di butik ibunya siang ini. Tapi Hoseok tiba-tiba menghubunginya dan memberitahu bahwa Jimin harus mempersiapkan rapat untuk besok dengan Perusahaan Lee.

Jimin ingin tidak masuk, tapi rapat dengan Perusahaan Lee sangatlah penting. Jika rapat besok berjalan dengan lancar, maka peluang bagi Perusahaan Lee membentuk mitra aliansi akan terbuka sangat besar. Pembentukan mitra aliansi tersebut sangatlah penting bagi perusahaan yang dipegang Namjoon ini.

Hold On [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang