"Ayo makan dulu sayang." Afiqah melangkah mendekat duduk di meja makan.

"Maaf saya hanya masak mie rebus sama telur." Arsena menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Ngak papa kok mas. Afiqah suka apapun yang mas masak." Arsena tersenyum senang mendengar itu.

"Mau pake saus?" Tawar Arsena sambil memberikan saus pada Afiqah. Gadis itu mengambilnya dengan antusias lalu mereka makan.

"Mas, mandi aja biar Afi yang cuci piring." Suapan Arsena terhenti ia menatap Afiqah ragu. Ada angin apa gadis itu bersikap seperti ini.

"Kamu saja yang mandi dulu. Biar saya yang bersihkan." Balas Arsena sambil menaruh piringnya.

"Mas aja gantian Afiqah yang bersih-bersih."

"Kamu yakin?" Afiqah mengangguk semangat.

"Kalau mas ngak setuju. Mas bisa kasih Afi uang 100 ribu buat upah." Pikir Afiqah licik sekalian ia bisa menambah uang jajan dari Arsena. Mendengar itu Arsena terkekeh.

"Baik kalau itu mau kamu. Berarti kamu juga harus kasih upah untuk saya."

"Maksudnya mas?" Tanya Afiqah bingung karena Arsena seakan ikut tidak mau kalah dari dirinya.

"Sayakan sudah memasak untuk kamu."

"Tapi Afiqah ngak punya uang." Ujar Afiqah polos. Mendengar itu Arsena tertawa kecil. Kemudian tangan Arsena menunjuk ke arah pipi kanannya. Afiqah menyipitkan matanya tidak mengerti dengan tingkah Arsena. Pria itu seakan meminta sesuatu darinya.

"Kamu tidak mengerti ya." Afiqah menggeleng tidak tahu.

"Cium." Pipi Afiqah bersemu mendengar itu. Ia menelan ludah gugup apalagi disaat Arsena memajukan wajahnya ke arah Afiqah. Seakan meminta dikabulkan.
Jantungnya tiba-tiba berdegup membayangkan bibirnya mengecup pipi pria itu. Ada rasa malu yang menyelinap di hatinya. Tapi untuk apa malu mereka sudah menikah. Lagipula pria itu tidak pernah meminta apa-apa padanya.

"Bagaimana adil bukan?" Arsena hanya bercanda, ia tidak benar-benar meminta gadis itu untuk menciumnya. Ia hanya ingin mengerjai Afiqah. Ia senang melihat wajah panik dan gugup Afiqah. Terlihat lucu di matanya dan menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Saya menunggu ini." Lanjut Arsena.

"Afiqah malu." Hanya itu yang Afiqah ucapakan.

Arsena menghela napas, "Saya akan menutup mata saya jika kamu ma-," belum sempat Arsena menyelesaikan kalimatnya Afiqah sudah lebih dahulu mengecup bibir Arsena. Hal itu membuat Arsena terpaku. Ia tidak menyangka jika gadis itu akan melakukan hal itu. Bahkan ia hanya bercanda meminta gadis itu melakukannya tapi gadis itu malah mengecup bibirnya. Ia seperti mendapat durian runtuh. Mungkin ini bonus dari tragedi makan mie rebus. Arsena jadi merasa beruntung telah memasak itu. Ia akan menjadikan mie rebus sebagai makanan favoritnya. Tanpa pria itu sadari senyumnya mengembang seperti orang gila.

"Sana mas mandi, Afi mau cuci piring." Dengan gugup Afiqah mengangkat mangkuk kotor itu ke wastafel tanpa ingin menatap Arsena. Pipinya sudah bersemu merah merutuki kebodohannya yang main menyosor ke bibir pria itu. Ia juga tidak suka melihat senyum Arsena yang aneh itu.

Arsena tersenyum pria itu bangkit berdiri sambil bersenandung. Ia tidak pernah sebahagia ini. Arsena menyanyikan lagunya Budi yang berjudul Tolong. Bahkan tak segan mengganti liriknya dengan kata Afiqah. Pria itu menyanyikannya itu dengan suara keras sambil menuju kamar mandi. Ia menyanyikan seolah-olah Afiqah tidak mendengarnya. Padahal Afiqah sampai salah tingkah. Gadis itu hampir saja memecahkan piring disaat mendengar namanya di sebut pria itu.

"Dasar gila!" Batin Afiqah karena ulah Arsena yang begitu memalukan untuknya. Boleh sih nyanyi tapi jangan bawa-bawa namanya. Afiqahkan jadi salah tingkah. Sudah ditambah malu mencium pria itu di tambah malu lagi karena nyanyian pria itu.

Afiqah jadi menyesal telah mencium Arsena. Bagaimana tidak pria itu malah meledeknya sepanjang lagu yang pria itu nyanyikan. Jantung Afiqahpun ikut bertalu-talu dalam setiap bait yang di senandung kan Afiqah. Afiqah ingin menenggelamkan dirinya saat ini juga rasanya.

"Ku rasa ku sedang jatuh cinta
Karena rasanya ini berbeda
Oh apakah ini memang cinta
Selalu berbeda saat menatapnya"

"Mengapa aku begini
Hilang berani dekat denganmu
Ingin ku memilikimu
Tapi aku tak tahu
Bagaimana caranya?"

"Tolong katakan pada AFIQAH
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu ku sebut dalam doa
Sampai aku mampu ucap, maukah denganku?"

"Ku rasa ku sedang jatuh cinta
Karna rasanya ini berbeda
Oh apakah ini memang cinta
Selalu berbeda saat menatapnya"

"Di sini aku berdiri
Menanti waktu yang tepat
Hingga akhirnya ku mampu
Katakan padamu"

"Tolong katakan pada AFIQAH
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu ku sebut dalam doa
Mungkinkah dia tahu
Cinta yang ku mau?"

"Tolong katakan pada AFIQAH
Lagu ini kutuliskan untuknya
Namanya selalu ku sebut dalam doa
Sampai aku mampu ucap, maukah denganku?"

"Maukah AFIQAH dengan aku?"

(Budi Doremi-Tolong)

****

Semoga suka ♥️♥️

GIMANA PART INI??

SPAM NEXT DI SINI!!

1000 KOMENTAR YA BARU LANJUTTTT!!!

Follow Instagram @wgulla_ ataau @arse_fa

Bagikan ke temen-temen kalian ya cerita ini...

Love you ♥️♥️

Salam

Gulla
Istri sahnya Lee min ho

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang