09

1K 124 2
                                    

Meja dengan papan nama bertuliskan Presiden Direktur itu tampak sunyi dengan adanya kehadiran dua orang disana dengan raut wajah datar tanpa pembicaraan. Ruangan yang cukup besar nampak sangat maskulin dan tegas bersamaan menunjukkan karakter si pemilik dengan dominasi warna hitam dan putih. Dinding kaca yang berada di belakang meja menampilkan suasana kota Seoul yang semakin dingin di musim gugur.

"Aku pernah membicarakan perusahaan ini pada Kakek dan seperti yang Paman tau beliau sudah tidak mau menjalin kerjasama dengan perusahaan ini sejak 15tahun lalu."

"Apa yang terjadi 15tahun lalu dengan perusahaan itu?"

Tak lama pria muda dengan setelan kemeja dan juga rompi itu mengeluarkan satu tumpukkan kertas dan menyerahkannya pada pria paruh baya di hadapannya.

"Kau tahu aku adalah orang yang penasaran jadi aku menyuruh seseorang mencari tahunya, dan yah beberapa hari ini aku terkejut." Pria paruh baya itu menatap tidak percaya pada kertas-kertas di hadapannya menampilkan beberapa gambar dan juga penjelasan pada gambar itu.

"Yang kutahu saat ini mereka tengah mengincar KI Property, jika mereka sudah melakukan tanda tangan mungkin saja tak lama perusahaan akan terjadi vailid dan akuisisi juga oleh GAO Corp."

"Mereka berniat menjatuhkan CHO Group itu sebabnya aku memberitahumu untuk tidak menekan kontrak dengan mereka, aku sudah memberitahu Chanyeol tentang ini jadi Paman tidak usah khawatir."

"Chanyeol cukup pintar dalam perusahaan tapi dia tidak cerdik dan kejam sepertimu." Ucapnya dengan menyesap kopi hitam di cangkirnya.

"Naluri paman, kau tahu aku seperti apa."

Pria paruh baya itu mengangguk dan pikirannya tiba-tiba saja berkelana pada putranya Park Chanyeol.

CHO Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan hampir enam tahun kebelakang mereka mulai bergerak di berbagai bidang kesehatan, property, layanan jasa dan industri musik. Kerjasama antara CHO Group dan PARK Corp membuat kedua perusahaan merajai bisnis Korea Selatan dan juga beberapa negara.

...

Di belakang panggung Seungwan memperhatikan beberapa teman-temannya yang sudah berganti pakaian dan akan naik ke atas panggung secara bergilir sesuai dengan bagian pada naskahnya. Dengan pelan Seungwan berjalan menghampiri Seulgi yang tengah bersiap, gadis itu akan menjadi penari latar dengan beberapa temannya.

"Kau gugup?" Tanya Seungwan menyerahkan sebotol air mineral.

Tak berniat menjawab Seulgi meninggalkan Seungwan di belakang dan menuju atas panggung untuk tampil. Tangan kanannya menutup kembali botol air mineral di tangannya lalu berjalan ke arah tas Seulgi menaruh air mineral yang tadi dibawanya dan juga sekotak susu pisang di samping tas Seulgi, dirinya akan menonton di depan panggung bersama mahasiswa yang lain.

Acara pentas seni berjalan lancar hingga theater yang menjadi penampilan utama sukses dengan banyaknya penonton dari berbagai jurusan yang datang meskipun sudah pukul 20.06 malam jumlah penontonnya semakin banyak.

Seungwan tersentak ketika seseorang menyentuh bahunya. "Maaf, kau terkejut." Seungwan menghela napas dengan kasar ketika mendapati Chanyeol di belakangnya, pria tinggi itu terlihat tampan dengan warna hitam dominan.

"Apa kau malaikat maut?" Tanya Seungwan membuat Chanyeol mengerutkan keningnya bingung.

"Kau berpakaian serba hitam lalu membuatku terkejut, kupikir aku akan mati melihat malaikat maut dihadapanku." Ucap Seungwan membuat Chanyeol terkekeh pelan lalu mengusap pelan puncak kepala gadis dihadapannya.

"Tidak ada malaikat maut setampan diriku, kau tau itu nona." Seungwan menggeleng tidak percaya.

"Sejak kapan tuan Park begitu percaya diri seperti ini?"

Sweet LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora