PART 19

823 72 2
                                    

Pagi datang dan menawarkan cerita baru bagi siapa saja yang percaya pada mimpi dan harapan, bahwa pagi selalu menjadi awal yang lebih baik dari hari kemarin.

Hal serupa pun sangat Khandra percayai.

Meskipun semalam ia dan Auriga berakhir canggung setelah ciuman itu, namun setidaknya bagi Khandra ini adalah satu awalan baru.

Buktinya, pagi tadi, Auriga bersikap sangat manis sekali. Ia yang biasanya cuek dan acuh tak acuh kepada Khandra, membangunkannya pagi sekali dan mengucapkan selamat pagi dengan sebuah senyuman kecil.

Khandra merasa ingin meledak dan terbang bebas ke angkasa saking bahagianya.

Bagaimana mungkin lelaki yang terkenal dengan sikap dingin dan menyebalkannya itu bisa berubah semanis ini? Suatu keajaiban dan mimpi yang Khandra tidak pernah duga sebelumnya!!

Belum lagi pria itu mengajak Khandra bermain ski bersama.

Jadi setelah sarapan di atas tempat tidur, yeah.. Yang tentunya juga disiapkan oleh Auriga, dan Khandra merasa bahwa mereka selayaknya pasangan muda yang sedang berbulan madu, mereka kemudian pergi bermain ski sampai sekitar pukul sebelas siang.

Bahkan di atas kereta gantung tadi saja, Auriga begitu manis dengan sikap gantlenya menggenggam tangan Khandra yang membeku kedinginan.

Sejujurnya Khandra bingung dengan perubahan drastis pria ini. Tetapi ia juga berharap bahwa ini awalan baru yang baik bagi mereka.

Bahwa kedepannya langkah mereka bersama akan semakin mudah ditapaki karena Auriga telah memberikannya kesempatan untuk itu.

Aku akan berubah menjadi seseorang yang diinginkan dan diharapkannya. Aku janji.

* * *

Menggenggam tangan Khandra seperti ini membuat Auriga berpikir ribuan kali tentang apa yang sedang dilakukannya.

Apakah ia sedang memberi harapan kepada Khandra perihal hubungan mereka?

Ataukah malah ia sedang memastikan tentang perasaannya sendiri kepada gadis ini?

Diantara keduanya, Auriga tidak menemukan jawaban yang tepat.

Yang ia tau hanya satu, bahwa tidak ada perasaan apapun yang hadir di hatinya dengan apa yang telah mereka jalani.

Ciuman semalam?

Itu juga bukan apa-apa.

Itu hanya sebuah ciuman biasa. Tanpa perasaan bahkan nafsu.

Kalau Orion dan Teddy tau apa yang terjadi, mereka pasti sudah mengutuk Auriga habis-habisan. Menyumpah sarapahi dirinya. Mengatakan betapa tolol ia.

"Kamu kenapa?" Tanya Khandra dengan kedua bola mata bulatnya yang memandang intens ke dalam mata Auriga.

Auriga mengerjap.

Rupanya ia melamun.

"Tidak ada apa-apa." Jawabnya santai, dan ia menarik tangannya dari menggenggam tangan Khandra.

Ada sebersit ekspresi kecewa yang dapat Auriga tangkap dari wanita itu. Tetapi dalam sekejab pula, Khandra menyembunyikannya dan seolah bersikap biasa saja.

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang