PART 8

1.1K 96 1
                                    

"Perkenalkan," Pria berwajah oriental itu mengulurkan tangannya kepada Khandra. Senyumannya tulus dan penuh keramahan. "Pratama."

Khandra menerima uluran tangannya. Ia menjabatnya dengan hangat. "Khandra.."

"Selamat datang Khandra. Senang mengenalmu."

"Senang mengenal Mas Pratama juga." Balas Khandra.

"Pratama ini teman baikku, Ndra." Auriga menjelaskan. "Kami saling mengenal selama dua tahun terakhir ini. Pratama mengelola Yayasan ini. Sesekali ia akan keluar kota untuk menjadi relawan dalam kegiatan mengajar."

Khandra mengangguk.

"Mau berkeliling?" Tawar Pratama.

"Boleh?" Khandra terlihat senang.

Lelaki itu mengangguk. "Tentu saja. Auriga pasti sengaja membawa kamu kesini untuk diajak berkeliling. Saya akan mengajakmu tour singkat disini."

Ruang perkantoran Yayasan Buku Untuk Negeri itu tidak besar. Di bagian depan ada lobby dan meja resepsionis dengan latar belakang logo yayasan, foto presiden serta burung Garuda sebagai lambang Negara.

Masuk lebih ke dalam ada sebuah ruang dengan sofa-sofa yang menghadap ke pintu ruang kerja.

"Disini kantorku." Pria itu menjelaskan. Mereka masuk lebih ke dalama. Ada satu ruangan besar dengan beberapa kubikel di dalamnya. "Jumlah relawan untuk tenaga administrasi kami tak lebih dari delapan orang. Sudah termasuk Sekretaris dan Bendahara. Sedangkan untuk relawan yang bekerja di lapangan sendiri ada lebih dari seratus orang."

"Waahh, banyak juga ya." Khandra nampak kagum.

"Kami bekerja atas nama kemanusiaan." Pratama menjelaskan. "Ruangan ini," Pratama menunjuk salah satu ruangan dengan pintu geser berbahan kaca semi transparan. "Tempat kami menyimpan buku sebelum didistribusikan." Ia membuka pintu ruangan tersebut dan mengajak Khandra beserta Auriga masuk ke dalamnya.

"Sebelum buku-buku sumbangan di distribusikan, kami melakukan sortir terlebih dahulu." Ruangan besar itu terbagi lagi ke dalam beberapa sekat di dalamnya.

Khandra terkagum-kagum.

"Biasanya buku-buku tidak sepenuh ini. Tapi kami baru saja menerima sumbangan dari donatur dan masyarakat, kau beruntung bisa melihat pemandangan ini."

"Bagaimana proses kerja disini, Mas?"

"Pertama buku-buku yang kami terima akan kami sortir. Yang mana yang layak didistribusikan dan tidak. Jika tidak layak, akan kami pindahkan ke ruangan sebelah. Kami biasanya meminta buku sumbangan untuk pendidikan, sehingga buku-buku yang mimiliki muatan kurang mendidikan akan kami pilah pilih terlebih dahulu. Nantinya tentu buku-buku itu akan kami sumbangkan juga, tetapi pada lembaga atau kelompok masyarakat yang lebih sesuai.

"Intinya kami mendistribusikan sesuai dengan kriteria dan kategori usia yang telah kami atur. Standarnya kami merujuk pada kurikulum yang ditentukan pemerintah. Khusus untuk bacaan lain di luar pendidikan, kami juga mengatur dengan ketat, tepat dan sesuai. Kedua, setelah buku-buku tersebut sudah kami pilah pilih, akan kami distribusikan ke daerah-daerah tempat kami melakukan pengabdian."

"Kalian bekerjasama dengan perusahaan, badan atau lembaga tertentu?" Khandra mencari tahu.

"Kami bekerjasama dengan Pos Indonesia untuk pengiriman buku. Untuk ketersediaan buku sendiri kami bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional dan Pemda. Selain itu banyak perusahaan percetakan dan nirlaba yang menyumbang pula."

"Apakah memberikan sumbangan dalam bentuk uang diperbolehkan?" Khandra terus bertanya.

"Diperbolehkan. Uang bisa digunakan sebagai biaya operasional dan pemenuhan kebutuhan relawan serta peserta didik. Kami menerima bantuan dalam bentuk apapun. Pakaian, alat tulis, makanan. Semua kami terima."

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang