PART 17

860 81 4
                                    

"Bapak melihat apa?" Ruzwar menegur pimpinannya yang nampak memandang menembus jendela kaca sejak bermenit-menit yang lalu.

Serius mengamati entah apa pada pemandangan di bawah sana.

Pak Ruzwar kemudian mendekat. Rasa ingin tahunya mendorong ia untuk mencari tahu lebih jauh apa yang sebenarnya sedang diamati Auriga.

"Pak Pratama ya, Pak?" Pak Ruzwar menebak pelan. "Beliau salah satu investor kita." Lanjut Pak Ruzwar tanpa menunggu jawaban dari Auriga. "Masih muda, berjiwa sosial tinggi, bekerja di balik layar. Sungguh sesuatu yang mengagumkan."

Auriga mengangguk. "Saya tidak pernah tau bahwa ia pewaris tunggal keluarga Riady." Auriga menunjukan kekagumannya pada kawannya itu. "Sungguh kesederhanaannya membuat saya terkecoh. Sampai ia datang sebagai salah satu investor bagi perhotelan ini. Saya benar-benar terkejut. Selama ini kami saling mengenal hanya sebatas rekan sesama volunteer. Tidak pernah menyangka bahwa selain hatinya yang begitu dermawan, Pratama juga ternyata berasal dari latar belakang keluarga yang besar."

Pak Ruzwar tersenyum. "Saya mengenal Ayah Beliau sejak dulu. Salah satu rekan bisnis dari Pak Hartawan yang paling baik dan jujur. Hidupnya memang sama sederhananya dengan Pak Pratama. Bahkan sangat tidak nampak bahwa Beliau itu konglomerat terkemuka. Saya juga kagum kepada keluarga mereka, Pak."

"Iya, Pak Ruzwar. Saya harus banyak belajar dari Pratama. Dia tetap menggeluti hobinya, namun juga menjalankan Perusahaannya dengan baik."

"Pak Auriga juga orang hebat." Pak Ruzwar menyampaikan pendapatnya. Ada ketulusan dan kejujuran di dalam suaranya. "Selama beberapa bulan ini, Pak Auriga sudah bekerja dengan sangat baik. Melebihi ekspetasi saya. Kondisi perhotelan bahkan membaik dengan cepat. Menandakan bahwa strategi dan langkah yang Bapak ambil sangat tepat. Menunjukan kualitas diri Bapak."

Auriga mendekat kepada Pak Ruzwar. Ia merangkul bahu pria tua itu dengan penuh penghormatan. "Terima kasih karena Bapak sudah banyak membimbing saya." Ucapnya tulus. "Saya punya banyak kekurangan, tetapi Bapak membimbing saya dengan sangat baik. Kita akan pastikan kondisi buruk perusahaan segera berlalu. Dan Khandra bisa hidup normal lagi seperti sedia kala."

"Apa rencana Bapak selanjutnya?"

"Untuk Khandra, Pak?"

"Iya, Pak. Untuk Mbak Khandra."

"Saya pikir, nanti ketika kondisi perhotelan benar-benar sudah stabil, saya akan menceritakan semuanya kepada dia. Dan saya akan mengembalikan semua hak dan tanggung jawabnya kepada Izora Hotel. Khandra memiliki kompetensi yang tinggi untuk membawa Izora Group pada ranah yang lebih hebat lagi. Dia berkemampuan untuk itu."

"Lalu bagaimana rencana Bapak untuk hubungan Bapak dan Mbak Khandra?"

Auriga seketika melepaskan rangkulannya kepada Pak Ruzwar. Ia melotot kepada pria itu, yang ditanggapi Pak Ruzwar dengan senyuman kecil di wajahnya.

"Lihat di bawah sana, Pak." Pak Ruzwar berucap. "Mbak Khandra dan Pak Pratama duduk bersisi-sisian. Tertawa dan bercerita satu sama lain dengan sangat bahagia. Seperti tidak ada hari esok. Dan hari ini adalah hari terbaik dalam hidup mereka. Apa Bapak tidak merasa khawatir kalau suatu saat nanti Mbak Khandra akan berpaling dari Bapak?"

"Pak Ruzwar.. Khandra berhak atas apapun yang membuat dirinya bahagia."

"Dan bagaimana jika kebahagiaan itu malah berbalik membuat Bapak menderita?"

Auriga terdiam.

Ia tidak mempunya jawaban atas pertanyaan itu.

* * *

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang