PART 6

1.2K 120 5
                                    

Mereka bilang pernikahan adalah salah satu cara terbaik untuk menyembuhkan kegilaan akan cinta.

Tapi nampaknya hal itu tidak berlaku bagi Khandra.

Bukannya sembuh dari rasa tergila-gilanya pada Auriga, gadis itu semakin menggilai suaminya tersebut.

Auriga adalah bentuk nyata dari dewa dalam mitos Yunani yang turun langsung ke bumi.

Ia tinggi, tampan, dengan tubuh atletis, kulit putih bak pualam yang kontras dengan rambut hitam legamnya. Senada dengan bola matanya yang hitam bak jelaga dengan tatapan mata tajam, bibir merah penuh dan hidung mancung.

Dan auranya yang misterius, membuat ia terkesan sangat keren.

Bagaimana mungkin Khandra bisa menghindari keindahan dan keajaiban yang tersunguh tepat di depan matanya ini?

"Ada apa?" Suara berat dan dalam milik Auriga mengudara.

Tak ada respon.

"Khandra..." Ia memanggil. Mencoba membangunkan wanita itu dari keterpakuannya. "Hei khandra..?"

Tak ada jawaban.

"Khandra..." Auriga mendekat. Mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Khandra.

Setelah usahanya yang kesekian, akhirnya Khandra tersadar. Matanya mengerjap, ia menutup mulutnya yang ternganga bloon.

"Ada apa?" Auriga mengulang pertanyaannya.

"Ada apa, apa?" Khandra mengulang.

"Kau yang ada apa Khandra. Kenapa kau terdiam dan menatapku seperti orang bodoh? Pandangan matamu mengikutiku kemanapun aku pergi di dalam kamar tidur ini. Ada apa? Apa yang ingin kau katakan?"

Wajah Khandra memerah. Ia merasa malu telah tertangkap basah memperhatikan Auriga dengan seksama sedari tadi.

"Tidak ada apa-apa." Jawab Khandra mencoba untuk sesantai mungkin.

"Lalu kenapa kau memperhatikanku?" Auriga terus mendesak.

"Oh oke.. Baiklah. Aku hanya mencoba meneliti perubahan apa yang mungkin terjadi pada dirimu setelah kita tidak bertemu sebulan. Seperti tubuhmu menjadi kurus, atau sebaliknya. Hal-hal seperti itulah."

Auriga menaikkan satu alisnya ke atas. Merasa bahwa kelakuan Khandra sangat aneh dan tidak diharapkan olehnya.

"Kau sudah makan malam?" Khandra bertanya. "Bunda bilang aku harus menanyakan kepadamu kau ingin makan malam apa."

"Kau ingin makan apa?" Auriga menjawab dengan balik bertanya.

"Aku ingin sate khas Senayan." Jawab Khandra santai. "Tapi ini sudah malam. Mungkin aku bisa kesana dengan Lyra di sore hari."

"Kenapa kita tidak keluar saja dan makan bersama malam ini?"

"Kau serius?" Khandra terlihat sangat bersemangat dengan rencana ini.

"Tentu saja." Auriga menjawab.

"Sebentar, aku akan ganti baju dulu." Khandra bangkit dari duduknya hendak menuju kamar mandi untuk mangganti pakaiannya.

Namun dengan cekatan, Auriga menarik tangan gadis itu. "Tidak udah berganti pakaian. Tambahkan saja jaket."

"Tapi penampilanku buruk sekali Auriga. Hanya baju santai seperti ini. Tanpa make up pula."

"Oh come on Khandra, kita ingin pergi makan. Bukan menghadiri suatu pertemuan atau acara fashion."

"Aku tidak percaya diri dengan style seperti ini."

Marrying Mr. SangajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang