03

1K 119 3
                                    


Hari telah berganti, tapi masih saja sikap pemuda Jeon ngga berubah. Tetap dingin.

Perbedaan kontras dengan masa-masa mereka berdua dulu- sebelum ada gadis Jung- sekarang Jungkook lebih dominan acuh terhadap dirinya.

Taehyung kurang apa?

"Pagi," sapa Taehyung pada sang kekasih, namun lagi-lagi Jungkook hanya acuh.

Dan Taehyung ngga mungkin biarin semua terjadi gitu aja, karena rasanya perih di ulu hatinya.

Taehyung milih nyekal pergelangan tangan Jungkook, "Jung, aku sudah buat sarapan. Setidaknya makan terlebih dulu," setelah ngucap gitu dapat dia lihat sosok tampan Jungkook bahkan ngga respons apa-apa.

"Aku makan di Kantor," jawabnya dingin, tapi Taehyung kali ini ngga lagi mau jadi terlalu bodoh.

"Aku lelah memasak Jung, seenggaknya makan walaupun sedikit. Aku kangen kita makan bareng Jung," melihat Jungkook yang pada akhirnya duduk di kursinya, Taehyung lantas segera menaruh sarapan yang memang sudah disedia pada piring tepat dihadapan kekasihnya.

"Selamat makan." Setelahnya hanya ada keheningan yang temani sarapan mereka berdua.

Lagi-lagi Taehyung senyum kecut disela makannya, biasanya dulu Jungkook akan selalu memuji masakannya tapi sekarang rasanya sulit sekali hanya untuk mendengar pujian itu lagi.

Dentingan piring beradu dengan sendok milik Jungkook sudah tak terdengar, berarti pemuda Jeon telah tandaskan sarapannya.

"Aku selesai," Jungkook ngucap itu dengan nada dingin seperti biasanya.

Kemana perginya kelembutan dari dirinya?

"Jungkook aku ingin kau mengantarku ke Kantor," Taehyung cicit rada pelan.

Pemuda Jeon yang baru saja akan beranjak itu langsung geming di tempatnya.

Noleh pada presensi kekasihnya itu, "Aku tidak bisa." Jawabnya singkat lantas kembali mengambil langkah menjauh dari meja makan.

Taehyung seka noda makanan pada bibirnya dengan tissue lalu beranjak cepat susul langkah si kekasih.

Tepat depan pintu dia bisa lihat sudah berdiri sosok Eunha di sana.

"Ada apa Eunha-ssi?" Tanyanya cepat. Dapat Taehyung lihat sosok perempuan cantik itu gugup setelah ditanya demikian namun dengan cepat merubah mimik mukanya.

Sungging senyum ramah- jelas sekali dipaksakan- untuk Taehyung, "Berangkat bersama dengan Jungkook," jawabnya, Taehyung lantas ngerut dahi.

"Panggilanmu pada kekasihku terdengar sangat akrab?" Taehyung tanya dengan nada seakan terkejut.

"Hentikan pembicaraan ini, kita semua bisa terlambat." Ini bukan Eunha yang menjawab namun sosok pemuda Jeon.

"Ayo Eunha kita berangkat!" Ucap Jungkook, dengan cepat sosok anggun Eunha mengikuti ajakannya.

Sebelum suara Taehyung kembali terdengar, "Jungkook sudah kubilang aku ingin kau mengantarku hari ini."

Jungkook menengok ke arah belakang, "Kau bisa bersama dengan sahabatmu, lagian aku ada rapat penting." Jawabnya.

Taehyung natap Jungkook dengan ngga bisa diartikan, matanya berkaca tanpa dia sadari.

"Oh, iya. Aku lupa masih ada Jimin yang selalu ada untukku," suaranya getar lantas dia dengan cepat kunci pintu Rumahnya. Bawa langkahnya mendekat ke arah Jungkook, tepat dihadapan kekasihnya itu Taehyung natap tepat di bintik kelamnya.

"Aku kekasihmu. Dan aku membutuhkanmu." Setelah ngucap hal itu Taehyung dengan cepat pergi, dia bisa jalan kaki sampai halte lalu naik angkutan umum.

Jungkook sendiri masih betah bertahan dengan wajah datarnya.

"Jung, Taehyung bisa curiga," Eunha ngucap pelan, berhasil menarik atensi Jungkook.

"Kau berangkatlah ke Kantor sendiri, aku urus masalah Taehyung dulu." Kecup pelan bibir si perempuan rambut sebahu, lantas masuki mobilnya dan melesat untuk ngejar Taehyung.

Seenggaknya Taehyung ngga akan curiga, karena dia lebih milih dirinya daripada Eunha.

Dan hubungannya dengan Eunha akan aman, tanpa ada usikan.

Tepat sekali prediksinya, sosok kekasihnya itu pasti jalan ke arah halte.

Turun dari mobil dan segera mendekat ke Taehyung, "Ayo aku antar," ucapnya cepat.

Taehyung dongak ke arah Jungkook, ia baru saja akan beranjak dari duduknya tapi urung.

"Kau pergi saja, kau bilang ada rapat bukan?!" Dia hanya berusaha untuk ngga membuat Jungkook kesal karena rapatnya ditunda hanya karena nganterin dia ke Kantor tempatnya kerja.

Jungkook dengus kasar, "Drama sekali dirimu Taehyung, tadi kau bilang kau membutuhkanku dan sekarang kau bilang tidak usah diantar." Jungkook ngucap dengan nada sedikit menanjak. Buat sosok Taehyung merasa kecil seketika.

"Aku akan minta Jimin untuk jemput, kau benar aku masih ada sahabat. Benar, seharusnya seperti itu karena kau pasti sangat sibuk jadi tidak bisa habiskan waktu lagi denganku." Sedikit kalimat sindiran Taehyung lontarkan.

"Terserah!" Tepat saat itu juga airmata Taehyung ngalir deras, turuni pipinya dengan cepat. Sedikit buat Jungkook terhenyak namun masih beraut datar.

Kenapa tiba-tiba menangis? Pikir Jungkook.

"Maaf, kepalaku rasanya sakit, aku tidak jadi berangkat." Setelahnya Taehyung cepat pergi dari hadapan Jungkook, dia lebih milih kembali ke Rumah lalu istirahat, berharap segala rasa sakitnya-dalam artian lain- akan hilang saat ia terbangun nanti.

"Ck," Jungkook berdecak kesal lalu naik mobilnya, kembali lagi tujuan awalnya; Kantor.

"Huh, aku butuh Eunha sekarang." Geramnya kesal, sudah dipastikan Eunha akan merajuk karena ia lebih memilih tinggalkan perempuannya itu dan malah mengarah pada Taehyung.
























Tbc...

700+ word, lumayan lah hehe.

Ditengah kesibukan sempetin buat nulis😌

Kalian ngeh gak, gaya tulisan aku berubah sekarang🌚 karena lagi kehabisan stok kata ngena sekarang😂

Wae? [Kooktae] (Hiat Sementara) Where stories live. Discover now