Lihatlah bagaimana cara Nino membaca buku di tangannya sepanjang jalan, padahal biasanya cowok itu paling tidak bisa memegang buku lama-lama.

Airin sudah membuka mulut bersiap menyapa Nino, bahkan tangannya sudah akan dia angkat untuk melambaikan jari-jari, namun semua itu dia urungkan tepat setelah Nino melewatinya. HANYA MELEWATINYA! Padahal Airin yakin jika Nino sempat melempar senyum tipis ketika mereka berpapasan.

Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba Nino seperti ini padanya?

Rasanya aneh, seperti ada ribuan anak panah menusuk tepat ulu hatinya. Sedih dan perih bercampur menjadi satu.

Ketika Airin sibuk dengan pemikirannya, tiba-tiba ponsel di saku celananya bergetar. Dengan gerak lamban, dia mengambil benda pipih itu lalu mengangkat panggilan Ibu dari cowok yang mengabaikannya tadi.

"Halo, Mom. Ada apa?"

"Kamu sibuk nggak hari ini? Mommy lagi bikin kue buat keluarga Cendana, itung-itung syukuran karena Danu resmi jadi bagian keluarga Brigit."

Sebenarnya Airin mendengarkan ucapan Mommy, tapi entah kenapa fokusnya tetap terarah pada punggung Nino yang kian menjauh lalu perlahan hilang ditikungan koridor. Lalu Airin menarik napas panjang, berusaha menata hatinya lagi walau dia tahu tidak akan serapih sebelumnya.

"Iya Mom, pulang kuliah nanti aku langsung ke sana."



*****



Pukul empat sore, Airin baru menyelesaikan kelasnya. Walau tahu dirinya terlambat, Airin tidak mempercepat langkahnya karena niatnya memang hanya ingin mengambil kue buatan Mommy lalu pulang.

Namun tidak ada yang bisa menjamin sesuatu dengan pasti, seperti Airin yang masih di rumah keluarga Brigit hingga pukul delapan malam. Itu karena kepribadian Mommy yang humble membuat Airin nyaman dan tidak tega meninggalkan wanita paruh baya itu begitu saja.

Seolah termakan ucapannya sendiri, setelah makan malam Airin masih betah bercerita apapun dengan Mommy. Tentang awal mula dia mendirikan sekolah alternatif, menemukan anak-anak didiknya, dan tentang dia yang berusaha membagi waktu sebagai mahasiswa dan guru di sekolah miliknya. Kedua wanita itu terlalu larut dalam pembicaraan hingga tidak sadar motor Nino sudah tiba di garasi sejak tadi.

Airin ingin menyapa Nino lagi, namun cowok itu masih mengabaikannya seperti di koridor pagi tadi. Kali ini rasanya lebih memalukan, karena ada Mommy yang melihat kejadian itu.

"Nino teh ke kamar Danu, tadi Mommy telpon dia soalnya Danu demam terus nyebut-nyebut nama Nino wae," Airin mengalihkan pandangannya pada Mommy, "sekarang mah Nino teh jadi Abang yang baik, untung weh Mommy nelpon dia, kalo enggak malam ini meren dia teh lembur lagi di kantor."

[ 1. Untung weh : untung aja
  2. Meren : kayaknya ]

"Masa sih Mom?" tanya Airin tidak percaya.

"Bukan itu doang,  si Nino teh jadi telat makan gara-gara ngejar deadline, jarang pulang ke rumah, sering begadang soalnya ngerjain tugas kantor, atau kalo nggak dia teh sering ketiduran di depan laptopnya," Mommy menghembuskan napas berat, "Mommy mah seneng sama perubahan dia, tapi kalo gini terus, makin kurus atuh dia teh."

Disaat seperti ini, Airin hanya bisa mengusap punggung Mommy guna menghibur wanita cantik itu, "Tenang aja, nanti Airin yang bakal ngomong sama Nino."

Sontak Mommy menegakkan tubuhnya, "Kamu beneran mau?" Airin mengangguk, lalu Mommy beranjak ke dapur sebentar hingga dia kembali dengan nampan di tangannya, "kalo gitu tolong suruh Nino makan, ya. Dia pasti lagi nyuapin makan Danu, padahal dia sendiri belum makan malam."

Airin menerima nampan itu, kemudian berjalan menuju kamar Danu. Pintu yang tidak ditutup rapat membuat Airin bisa mengintip sedikit lewat celah itu, terlihat Nino sedang menyelimuti Danu setelah membantu anak itu minum. Entah kenapa hati Airin menghangat bertepatan saat Nino mengusap pelan dahi Danu. Setelah anak itu terlelap dan Nino ingin beranjak pergi, Airin segera membuka pintu hingga cowok itu mengurungkan niatnya untuk keluar.

"Danu udah tidur?" Nino mengikuti arah pandang Airin yang jatuh pada Danu.

"Hmmm ...," Nino mengangguk lalu sedikit mengernyitkan alis ketika melihat Airin membawa nampan berisi makanan dan segelas air putih, "Danu udah makan, aku baru aja nyuapin dia."

Airin terkekeh mendengarnya, "Ini bukan buat Danu, tapi buat kamu."

Tadinya Nino tidak merasa lapar, namun setelah mendengar kata-kata Airin, perutnya tiba-tiba saja berbunyi lapar. Nino terkekeh sambil memegangi perutnya.

"Oh iya, aku belum makan dari siang."

"Aku temenin ya makannya."

"Boleh, tapi jangan di sini ya. Nanti Danu kebangun."

Airin mengangguk setuju, mereka memilih meja makan di dapur untuk menghabiskan waktu berdua.

"Padahal nggak ditemenin juga gapapa kok, ini udah kemalaman buat cewek pulang sendiri." ucap Nino kemudian mulai menyendok makanan yang ada di piringnya.

"Aku kan bisa minta jemput Surya," Airin melipat kedua tangannya di atas meja, "aku cuma mau mastiin kamu habisin makanan kamu. Sesuai permintaan Mommy."

Nino tersenyum ditengah kunyahannya, lalu dia menelannya, "Mommy tuh terlalu khawatir, aku kan udah dewasa, udah bisa jaga diri sendiri."

"Tapi orang dewasa bisa aja salah, kayak kamu yang salah mengambil keputusan. Masa makan aja bisa lupa."

"Namanya juga dikejar deadline, kalo bisa nahan pipis, aku juga nggak bakal ke kamar mandi. Biar nggak ada waktu sedetikpun yang terbuang."

"Nino ...," rengek Airin kesal, "kamu nggak kasian sama Mommy? Setidaknya kamu harus menyayangi diri sendiri."

Nino meneguk air putih untuk mendorong kunyahan terakhirnya, dia terkekeh melihat Airin mulai kesal, "Tapi aku sayangnya sama kamu, gimana dong?"

"Kalo gitu aku minta kamu jaga kesehatan, demi aku."

Awalnya Nino hanya berniat menjahili Airin, namun dia tidak menyangka responnya akan seperti ini. Dia melihat ada sebuah harapan di mata Airin.

Tidak! Seharusnya Nino tidak melakukan hal apapun yang memantik harapan di hati Airin. Sebab dia sudah bertekad, sebelum dia lulus dan menjadi direktur utama, dia tidak boleh memberi sedikitpun harapan pada Airin.

Karena seperti inilah cara Nino mendapatkan kembali wanitanya.


*****

Mana suara para 'wanitanya' Nino?👆

Kayaknya sedikit demi sedikit emosi kita yg sempat terkuras di chapter-chapter kemarin akan terbayar deh🙈 hehe.. jadi gak sabar😂😂

Oh iya, gimana review kalian utk chapter ini? Komen line di sini ya🤗

Nah, ini salah dua wanita kesayangannya Nino💙💙💙


I blue ya💙
Dari Mawar biru yg tetap menyayangi Airin😘😘😘

My Precious Girlfriend ✔Where stories live. Discover now