14. Menebus Kesalahan

11.3K 1K 38
                                    

Nino sudah menebak, setelah insiden kecelakaan Jenny pasti jatuh sakit. Dan benar saja, hari ini ia melihat adik perempuannya meringkuk di bawah selimut tebal seharian.

Sejak kecil, Jenny itu sering jatuh sakit karena kejadian sepele yang disebabkan oleh mental lemahnya. Pernah waktu SMP Jenny demam tinggi hanya karena nilai rapotnya menurun, menurut dokter, Jenny terlalu memikirkan nilai-nilai itu sampai dia stres dan akhirnya jatuh sakit.

Nino sudah menyiapkan makan siang dan membeli obat demam sesaat setelah dia pulang kuliah pagi. Walau lebih banyak menggerutukan kondisi rumah yang sepi tanpa orang tua dan pembantu, akhirnya Nino selesai dengan nampan di tangannya.

"Jen, makan dulu yuk. Abang udah manasin bubur yang dibeli dari Mas Adam." sebenarnya Jenny tidak nafsu makan, tetapi karena nama tukang bubur kesukaannya disebut, ia pun memaksakan diri duduk dan melihat sang Abang mengaduk mangkuk yang asapnya langsung mengepul.

Susah payah Jenny menelan bubur yang disuapi Nino, ia membuka mulut setiap sendok itu diarahkan padanya, hingga bubur itu habis tak tersisa sedikitpun.

Jenny meneguk air bersama obat yang disodorkan Nino, lalu ia mengelap bibir dengan punggung tangannya.

"Mommy masih belum pulang, Bang?" tanya Jenny tiba-tiba.

"Rumah masih sepi, mending Jenny tidur aja biar cepet sembuh." Nino membantu Jenny berbaring lalu menyelimuti gadis itu hingga menutupi dadanya.

"Soal kecelakaan itu ...," Jenny berucap ragu, "jangan kasih tau Mommy dan Daddy ya. Jenny takut."

Nino tersenyum sambil mengelus puncak kepala Jenny, "Jenny tenang aja, sekarang Jenny jangan mikirin apa-apa dulu biar cepet sembuh."

"Tapi Jenny masih kepikiran anak itu."

"Abang udah ke rumah dia kemarin dan ngomong ke Ibunya langsung."

"Terus respon Ibunya gimana?"

"Mereka itu terlalu baik, bahkan Ibunya nggak minta pertanggung jawaban apapun."

Jenny menarik napas lalu menghebusnya perlahan, "Jenny tuh masih merasa bersalah. Pokoknya pas sembuh nanti, Jenny mau nebus kesalahan itu gimanapun caranya."

"Tapi mereka nggak mau dikasihani, dan Abang yakin berapapun uang yang Jenny kasih, mereka nggak akan mau nerima. Percaya deh sama Abang."

Jenny termenung sejenak. Kalau begitu ia harus cari cara agar rasa bersalahnya terbayar dengan baik. Dan karena Jenny belum bisa bepergian kemanapun, ia butuh seseorang untuk jadi wakilnya.

"Aku punya ide."

Nino mendekatkan telinganya agar Jenny bisa membisikkan rencananya. Perlahan alis Nino bertaut, ia sedikit ragu. Tetapi Jenny memberikan raut serius yang tidak biasa.

"Jenny yakin?"

*****

Untuk menjalankan aksinya sebagai wakil Jenny, Nino harus memakai topi serta kacamata hitam agar identitasnya tidak diketahui. Berbekal tas berisi uang seratusan dan lima ribuan, Nino asyik memperhatikan antusuasme warga yang mengantri di depan Mang Ujang.

"Semuanya udah baris, Den." beritahu Mang Ujang setelah mengatur barisan dengan rapih.

Nino mendekati barisan untuk memberikan sedikit arahan.

"Sesuai perjanjian, kalian harus membeli dua balon karakter untuk mendapatkan uang seratus ribu dari saya," Nino memutari barisan hingga kembali ke tempat semula, "kalian bawa pulang balon itu, terserah mau diapain. Yang jelas jangan sampe saya lihat kalian membuang balon itu di sekitar kota tua. Mengerti?"

My Precious Girlfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang