"Mau makan apa?"

"Terserah kamu.."

"Kamu mau ajak ke tukang bakso paling enak ngak disini."

"Boleh."

***
Motor yang mereka naiki melaju meninggalkan sekolah. Arsena tersenyum miris melihat itu. Paling tidak gadisnya itu tidak membolos sekolah ia sempat panik disaat mendapat kabar jika Afiqah tidak mengikuti upacara di sekolah.

Arsena mengikuti motor sport hitam itu dari belakang. Ia mengenakan motor Vario hitam dengan masker yang menutupi wajahnya. Ia hanya khawatir.

Motor sport hitam itu turun di warung bakso. Arsena tidak ikut masuk ia menunggui di luar. Ia tidak ingin terlihat mencolok karena jaket hitam yang ia kenakan.

Ponsel disaku Arsena bergetar. Mau tidak mau Arsena membukanya, ternyata pesan dari ibunya. Reina memintanya untuk menemani belanja di supermarket. Arsena mendesah, ia menyalahkan mesin motornya dan pergi ke rumah ibunya. Dia berdoa dalam hati semoga saja kedua remaja yang sedang di mabuk cinta itu tidak melewati batas.

***

"Enak ngak baksonya?" Tanya Andreas.

Afiqah mengangguk, ia bahkan tak sadar tangan Andreas bergerak mengelap noda di sekitar bibirnya. Hal itu membuat Afiqah terpaku melihat mata hitam kelam Andreas berada di dekatnya.

"Kalau makan pelan-pelan aja. Kayak anak kecil aja makan belepotan"

"Eh.. iya... Hehehe..."

Tiba-tiba suara hujan berbunyi, mereka menoleh melihat rintikan air
yang turun. Lalu mereka saling menatap sama lain. Walau hanya gerimis namun mampu membuat raut panik di wajah Afiqah. Ia takut mereka terjebak disini dan tidak bisa pulang.

"Bagaimana kalau sekalian kita pulang sambil hujan-hujanan?" Usul Andreas.

"Boleh sih... Tapi kamu ngak papa kalau hujan-hujanan." Andreas tertawa mendengar itu. Seharusnya dialah yang mengkhawatirkan gadis itu bukan sebaliknya.

"Akukan cowok masa lemah."

Setelah membayar, Andreas dan Afiqah berjalan menuju parkiran. Sebelum Andreas menyalakan mesin motor. Ia melepas jaketnya dan memakaikannya pada Afiqah. Lalu mengelus kepala Afiqah pelan. Hal itu membuat Afiqah tersipu.

"Ini biar kamu ngak sakit.."

Kemudian mereka berdua menaiki motor. Afiqah yang awalnya ragu untuk mendekap Andreas, ia akhirnya memeluk pria itu dari belakang dan menyenderkan kepalanya di punggung pria itu. Motor mereka melaju dibawah rintikan hujan. Rasanya begitu menenangkan dan hatinya berbunga-bunga. Ia jadi ingat film Dilan yang di tontonnya. Seperti inikah rasanya cinta. Bahkan ia tak peduli dengan tubuhnya yang kuyup oleh hujan. Ia terlalu senang bisa bersama-sama dengan Andreas, cinta pertamanya.

****
Afiqah tersentak kaget melihat Arsena berdiri bersedekap di depan pintu memandangnya tajam. Ia menelan ludah melihat raut wajah marah Arsena.

"Kenapa pulang terlambat?" Tanya pria itu.

"Terserah Afi." Balas Afiqah merasa tidak suka ditanya-tanya oleh Arsena. Pria itu tidak punya hak untuk tahu kehidupan pribadinya.

"Setelah bolos tidak ikut upacara, pulang telat lalu basah kuyup. Saya hanya khawatir jika kamu melakukan hal yang buruk. Saya takut terjadi apa-apa dengan kamu. Karena kamu masih tanggung jawab saya, Afiqah." Ujar Arsena dengan nada selembut mungkin.

"Yaudah ngak usah ngurusin Afi. Afi bisa hidup sendiri. Bapak juga hanya perlu ngurusin hidup bapak sendiri saja. Tidak perlu peduli dengan kehidupan Afi." Ucapan Afiqah membuat Arsena diam meringis. Gadis itu langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri, tubuhnya sudah mengigit kedinginan bahkan jaket milik Andreas yang tersampir di bahunya basah sekali, ia jadi khawatir dengan keadaan Andreas apa pria itu akan baik-baik saja di jalan mengingat lebatnya hujan tadi, setelah ini akan menghubungi pria itu. Afiqah kemudian berjalan tanpa enggan menatap Arsena. Ia sudah muak dengan pria dewasa yang suka mengaturnya itu.

 Ia sudah muak dengan pria dewasa yang suka mengaturnya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini Visual Andreas

ARSENA -Sejauh Bumi dan Matahari- Tersedia di GramediaWhere stories live. Discover now