"Apaan sih!" Viona menghempaskan tangan Devan dengan kasar.
"Balik bareng gue," titah Devan tanpa bantahan. Tanganya masih setia mencengkram pergelangan tangan Viona.
"Apa? Gue nggak mau!! Gue balik bareng Qila dan Boni, jadi gak usah narik-narik tangan gue! Paham?"
"Vi, kayaknya kita nggak bisa nebengin lo deh, gue sama Boni mau ke sesuatu tempat dulu, lo bareng Devan aja ya?" Viona hampir saja mengeluarkan umpatanya pada Kedua sahabatnya yang tak bisa diajak berkerja sama saat ini.
"Kok gitu? Gue balik bareng siapa dong?"
"Bareng gua Vi," Bukan Qila dan Bonita yang menjawab ucapan Viona, namun Cowok yang menarik tangan Viona.
"Bay-bay Piooo, kita duluan ya?" Qila menarik tangan Bonita keluar dari kelas meninggalkan Viona dan Devan.
"Yuk, pulang,"
Devan kembali menarik Viona masuk kedalam parkiran tempat motornya berada. Devan mengambil Helm Scoopy merah yang berada di jok belakang motor dan memakaikannya kepada Viona.
Namun Viona berusaha berontak, dengan menghempaskan tangan Devan, tetapi tanganya di tahan oleh Cowok itu yang tenaganya jauh lebih besar darinya.
"Diem!!" titah Devan mutlak dengan suara berubah dingin. Tatapan matanya pun tajam dan tak seperti biasanya yang petakilan. Nyali Viona menciut mendengar nada suara Devan yang tak seperti biasa. Sementara Devan menyeringai tipis melihat Viona yang menjadi penurut dan diam hanya dengan tatapan tajamnya. Tanpa Viona sadari, Devan menaikan sudut bibirnya hingga senyuman tipis tercetak jelas di bibir tebalnya.
"Naik," Viona tetap diam seraya mencerna kata-kata Devan dan Sesekali mengerjabkan matanya lucu, membuat Devan gemas sendiri.
"Sayang, naik," Devan berujar lembut dibalik Helm gaharnya. Viona melongo, kenapa tiba-tiba Devan berubah lembut dan hangat? Dan apa yang cowok itu ucapakan? Sayang? Astaga!! Viona berusaha tidak melibatkan perasaan kali ini. Pesona Devan memang benar-benar berbahaya.
••••🥀🥀••••••
Motor Devan melaju di tengah keramaian kota Jakarta. Cowok itu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Namun ada yang aneh, semakin lama laju motor Devan semakin kencang seiring lurusnya jalanan.
"DEVAN, PELAN-PELAN!" teriak Viona dengan tangan yang memeluk erat pinggang ramping Devan seraya memejamkan matanya guna menetralisir rasa takut dan mual- mual nya. Devan sungguh menguji nyalinya dengan semakin melajukan motornya. Rasanya Viona ingin sekali meloncat dari motor Devan saat ini juga.
Setelah sampai di rumah, Viona berlari menuju pojokan rumah dan memuntahkan isi perutnya namun tak ada yang keluar, hanya cairan putih yang mendominasi. Kepalanya seperti di putar-putar, jalanya hampir limbung jika tak ada yang menyangga pinggangnya.
"Lo mau bunuh gue? Mentang mentang badan gue kecil, mentang mentang lo lebih tua dari gue, seenak nya aja, iya!" Viona mencak-mencak dengan tangan yang berada di kedua pinggang.
"Dasar lemah, gitu aja lebay," Mata Viona memicing menatap Devan. Nafasnya memburu naik turun tak beraturan. Apa katanya? Lemah? Hei, siapa yang tahan dengan laju motor seperti kilat barusan? Orang lain pun akan sama sepertinya.
"Udah?" tanya Devan setelah nafas Viona berangsur-angsur normal kembali.
Raut wajah Viona berubah bingung. Matanya berkedip lucu
"Sayang, marahnya udah?"
Viona menganga dengan mulut terbuka lebar, apa tadi katanya? Sayang? Nggak salah?
Setelah membawa motor ugal-ugalan dan membuat jantungnya bekerja dua kali lipat, dengan mudahnya ia bicara seperti itu? Astaga!
Merasa tak ada tanggapan, dengan santainya, Devan mencubit lembut pipi tembam Viona. Lalu berpaling dari hadapan Viona dan menyalakan motornya menjauhi pekarangan rumah Viona, tidak mempedulikan sikap Cengo Viona karena ulahnya.
Kok, dia tau rumah gue si?
Viona kembali berkedip, memang seperti itu, matanya akan reflek berkedip dua kali dikala bingung dan ketakutan, tanpa pikir panjang, Viona langsung memasuki rumahnya dengan pikiran yang bercabang.
"Hayo, di anterin siapa?" Viona terperanjat mendengar suara ibunya yang tiba-tiba ada di hadapannya.
"Astaga Mamah! Ngagetin tau nggak,"
Santi tersenyum lalu menghampiri putrinya dengan langkah pelan.
"Tadi itu temen, Mah," jawab Viona sebelum ibunya mencercanya dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang nantinya akan menjurus ke hal-hal yang aneh.
"Papah mana?" tanya Viona berusaha mengalihkan perhatian Mamahnya.
"Papa kan kerja, Sayang, gausah pura-pura lupa deh,"
"Tau aja Mamah,"
"Yaudah Vio mandi dulu Mah, Bubay," Viona berlari-lari kecil menuju tangga yang menghubungkanya dengan kamarnya yang berada di lantai atas.
Selang beberapa menit, Mamahnya kembali memanggil untuk makam bersama, meskipun baru pukul Empat, Viona tetap saja makan.
"Sayang, makan sini, Papah udah pulang nih, katanya kamu kangen," teriak Santi dari arah bawah.
Viona bergegas turun dari kamarnya menuju ruang makan. Viona mendengar ada ayahnya ikut makan bersama. Ayahnya ini memang jarang sekali ikut makan bersamanya dan ibundanya. Ayahnya lebih mementingkan tumpukan berkas yang menggunung itu dari pada ia dan ibundanya.
Viona menghambur ke pelukan hangat ayahnya. Ia menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang ayah yang paling nyaman sedunia.
"Papah, Vio kangen, Papah suka banget keluar kota tapi nggak- ngajakin Vio sama Mamah," Viona merengek dengan suara imutnya.
"Anak Papah manja banget sih, uluh- uluh," Ferdi mengelus pucuk kepala Viona penuh sayang.
Santi tersenyum melihat ke harmonisan ayah dan anak di hadapanya. Sisi manja Viona membuat siapapun tersentuh untuk menyayangi dan melindunginya dari dunia luar yang jahat. Sikapnya yang mudah menurut kian membuat ia dan suaminya khawatir.
"Papah bawa sesuatu buat Vio," kata Ferdi sembari merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak hitam yang diyakini didalamnya berisi jam tangan dengan harga fantastis.
Dibukanya kotak hitam itu, dan tampaklah jam tangan keluaran terbaru dengan lapisan berlian di tepi lingkarannya.
"Aaaa, Papah, makasih, makin sayang deh, Vio sama Papah," Viona kembali memeluk tubuh besar ayahnya.
"Sama-sama, sayang," balas Ferdi dengan mencium pucuk kepala Viona penuh cinta.
•••••🥀🥀•••••
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini,
Repost, Minggu 25 Oktober 2020
YOU ARE READING
DEVANO [TERBIT]
Teen Fiction[JANGAN DIBACA KALAU GA MAU NYESEL. CERITA TIDAK LENGKAP.] Devano adalah cowok playboy kalangan atas yang mampu menaklukan kaum hawa hanya dengan sekali senyum. Namun, namun pertemuanya dengan gadis mungil nan kekanakan yang bernama Viona Clarisa, m...
10. DEVANO [REPOST]
Start from the beginning
![DEVANO [TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/189276554-64-k187276.jpg)