30, Epilog.

4.7K 590 53
                                    

Setahun berjalan begitu cepat. Hari keberangkatan Jungwoo juga tidak lama lagi. Sebenarnya, laki-laki itu sama sekali belum memberi tahu Aira tentang kepindahannya ke Jepang. Dia cuma, belum siap reaksi Aira nantinya.

Tapi tentu cepat atau lambat dia harus memberi tahu kekasihnya itu, harus.

Hari ini, lebih tepatnya sore ini, Jungwoo bertekad akan memberi tahu Aira. Perjalanan dari rumah Jungwoo ke rumah Aira rasanya sangat jauh, padahal masih satu komplek. Itu yang dirasakan Jungwoo saat ini.

Sekitar tiga menitan laki-laki itu menunggu si pemilik rumah membukakan pintu. Ia berkali-kali memencet bel tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah itu. Begitupun ketika dia mencoba menghubung Aira maupun Taeyong.

“Kak Jungwoo cari kak Aira?” tanya tetangga Aira sebelah rumahnya, Park Jisung yang baru saja mengajak jalan-jalan anjingnya keliling komplek.

Jungwoo pun mengangguk, “Aira kemana Sung?”

“Kak Taeyong kecelakaan, Kak Aira, om sama tante langsung ke rumah sakit dekat sini. Jisung gak tau jelasnya.”

Jungwoo terdiam, Taeyong kecelakaan?

Tidak mungkin, tidak mungkin Jungwoo memberitahu masalahnya sekarang. Dia tahu keadaan Aira sekarang.

“Makasih ya Sung.” setelah berpamitan dengan Jisung, Jungwoo langsung kembali ke rumahnya untuk mengambil mobilnya dan menuju rumah sakit tempat dimana Taeyong berada.

Dengan kecepatan tidak seperti biasanya, dalam waktu singkat dia sampai di rumah sakit, bertanya tempat Taeyong di rawat.

Begitu sampai di depan ruangan Taeyong, Jungwoo disuguhi pemandangan Taeyong dibawa keluar ruangan dengan tubuh yang sudah tertutupi kain putih beserta mama Aira yang pingsan di rengkuhan papanya mungkin karena terlalu stress dan Aira yang sudah menangis sambil menahan bangsal Taeyong yang akan dipindahkan.

Hatinya teriris, “nggak mungkin.” dengan segera, Jungwoo menghampiri keluarga yang tengah berduka itu.

“Ai..” dia menghampiri Aira, kenapa keadaannya harus seperti ini?

“Jungwoo.. Kak Taeyong..” Aira perlahan jongkok menahan rasa sakit mendengar keadaan Taeyong yang sudah tidak bernyawa.

“Ai, sabar. Tuhan berkehendak lain.” dia memeluk gadis itu sambil mengelus punggungnya guna berusaha menguatkan gadis itu.

Jungwoo bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang selain menenangkan dan menghibur Aira?

“Jungwoo, om titip Aira sebentar. Mau rawat istri saya sebentar.” Jungwoo menatap papa Aira yang matanya juga sembab menahan tangis dan mamanya yang pingsan direngkuhan papanya.

“Iya om.”begitu mama papa Aira pergi, Jungwoo mengajak Aira duduk di kursi yang disediakan di depan kamar. Masih sambil memeluknya.

•••

Waktu memang jalan secepat tanpa kita sadari. Sudah seminggu sejak kematian Taeyong.

Jungwoo hanya bisa memandangi Aira dengan tatapan kosong, “maaf. Aku usahain cuma setahun disana. Kamu jangan nangis lagi.”

Gadis itu memandangi Jungwoo, “jangan khawatirin aku disini. Aku gapapa. Kamu baik-baik disana.” katanya tersenyum membuat Jungwoo semakin tidak enak.

“Sekali lagi, maaf. Aku berangkat.” kata Jungwoo,  dia memeluk gadisnya untuk terakhir kalinya sebelum ia pamit ke orangtua Aira Dan meninggalkan keluarga itu.

COMFORT VOL.01✓Where stories live. Discover now