28, Semua Yang Terjadi.

3K 614 141
                                    

satu / dua part lagi selesai nih

Happy reading❤












Jungwoo, yang baru saja menyelesaikan sekolahnya di Jepang, langsung menuju bendara Internasional mengambil jadwal penerbangan yang sudah ia pesan dengan tujuan Korea.

Dia sangat tidak sabar menemui kekasihnya, maklum saja. Mereka ldr-an sejak Jungwoo pindah ke Jepang.

Jungwoo sampai di bandara Internasional Korea, Incheon. Langsung memanggil taksi menuju rumahnya untuk meletakkan segala bawaannya, koper dan lain-lain.

Memang terdengar aneh, Jungwoo mengambil penerbangan pagi hari. Begitu ia selesai mengurus berkas-berkas sekolah yang harus dibawa ke Korea, dia langsung menuju Bandara, tidak heran jika Jungwoo masih memakai seragam sekolah.

Bahkan sampai saat ini, ia berlari lalu berteduh di salah satu toko buku lawas karena tiba-tiba hujan.

Dia mencoba menelepon seseorang yang sangat ia temui. Dan ternyata hasilnya nihil.

"Aku mohon, ayo angkat." katanya pada diri sendiri.

"Panggilan yang anda tuju-"

Jungwoo menghela nafasnya kasar, dan membenarkan posisi kacamata bulatnya yang masih terpasang di depan matanya.

Ia mengetikkan sesuatu di ponselnya.

message

Jungwoo
| kamu dimana?
| kamu nggak kenapa-kenapa kan?

Setelah mengetik pesan yang ia kirim, Jungwoo langsung berlari menerobos derasnya hujan. Tanpa peduli resiko yang akan ia dapatkan jika hujan-hujanan.

Ia terus berlari, menuju rumah seseorang yang sangat di rindukan.
Lee Aira.

•••

Jungwoo terus menunggu, bahkan ia menginap si rumah kekasihnya, Aira. Demi menunggu Aira yang tiba-tiba tak sadarkan diri, sehari sebelum Jungwoo kembali ke Korea. Terhitung sudah hampir dua hari dia menginap di rumah Aira.

"Jungwoo, kita sarapan dulu yuk. Tante sudah telepon dokter buat periksa Aira nanti."

Laki-laki itu terduduk di samping ranjang Aira dan menoleh kepada mama dari kekasihnya, "iya tante, tante sama om duluan aja. Jungwoo masih mau jagain Aira sebentar lagi."

Benar saja, mungkin Tuhan mendengar doa Jungwoo, tak lama setelah mama Aira keluar, gadis itu membuka matanya perlahan untuk beradaptasi pada cahaya matahari yang masuk dari jendela kamarnya.

Jungwoo yang sedari tadi menggenggam tangannya langsung merasakan pergerakan dari Aira.

"Ai? Kamu udah sadar kan?" Jungwoo tersenyum sedikit ketika Aira yang masih posisi tertidur menoleh ke arahnya.

"Jungwoo?" gadis itu mencoba menggenggam tangan Jungwoo lebih erat. "Kamu Jungwoo-ku kan?" Jungwoo mengangguk mantap begitu Aira bertanya.

"Kamu.. Nyata kan?"

Sedikit heran dengan ucapan Aira, "maksudnya nyata?" itu yang ada dipikiran Jungwoo sekarang. Tapi lagi-lagi ia mengangguk sebagai jawaban meskipun tetap bingung apa yang telah terjadi.

Aira memposisikan dirinya menjadi terduduk, dan Jungwoo langsung memberikan segelas air putih.

"Aku keluar sebentar, mau kabarin tante sama om." belum saja Jungwoo berdiri sepenuhnya, tangannya dicegat Aira.

"Jangan.."

Laki-laki itu tersenyum dan melepaskan genggaman tangan Aira perlahan, "sebentar aja, maaf bikin kamu nunggu lama." katanya lalu mengecup dahi gadis itu dan segera pergi dari kamar Aira.

Tidak lama, Jungwoo datang bersama kedua orangtua Aira dan dokter yang kebetulan baru datang.

Dokter memeriksa keadaan Aira dan memberitahukan hasil diagnosa kepada orangtua Aira dan Jungwoo. Sebenarnya laki-laki itu sedikit tidak percaya pada diagnosa dokter sebelumnya yang mengatakan bahwa Aira hanya demam disertai stress. Hasilnya sama seperti diagnosa dokter sebelumnya.

Tapi ya sudahlah, nyatanya memang begitu.

Dokter itu pamit setelah memberikan resep obat yang harus diminum Aira. Dan kedua orangtuanya, juga Jungwoo berkumpul di kamar gadis itu setelah mengantarkan dokter keluar.

"Kak Taeyong belum pulang?"

Ketiga orang di ruangan itu, terkecuali Aira, tertegun setelah mendengar yang baru saja diucapkan gadis itu.

"Ra, kamu sudah tau kan. Taeyong sudah meninggal setahun yang lalu."

COMFORT VOL.01✓Where stories live. Discover now