Ruang Kelas

38 2 0
                                    

Naim Abhinaya

Setelah memperkenalkan diri, aku ingin mengajak anak-anak bermain di lapangan. Jadi aku menginstruksikan mereka untuk keluar kelas.

"Okey, students please follow me..." (anak-anak ikuti bapak) Aku memberikan instruksi

"mau kemana pak?" tanya Syafira

"We'll go to the field" (kita akan pergi ke lapangan)

"Ngomong opo sih pak?" (bicara apa sih pak?) celetuk Andika dengan logat bahasa Cirebon

"Arep lungo ning lapang" (mau pergi ke lapangan) aku reflek membalas dengan logat bahasa Cirebon

"Owhh....." Jawab semua siswa

"Panas ih pak, nanti kulit Syafira jadi hitam" gumam Syafira

"Matahari pagi itu baik untuk kesehatan, ayok..." aku membalas

Sebagian siswa ada yang menggerutu karena tak ingin keluar kelas. Aku tahu ini agak terasa asing untuk mereka.Tapi, tak apa, nanti juga mereka menyukainya. Bagiku ruang kelas bukan hanya ruangan berbentuk persegi berukuran 9m x 8m yang di kelilingi dinding bata, belajar bisa dimana saja dan dari apa saja. Aku ingin menunjukan bahwa belajar bahasa Inggris itu menyenangkan.

Di lapangan, aku meletakan empat batu besar di posisi yang berbeda. Keempat batu tersebut kunamakan pos, jadi sekarang ada empat pos berjarak kurang lebih lima meter dan membentuk persegi jika ditarik garis menyambung antar posnya. Anak-anak kebingungan sekaligus penasaran tentang apa sebenarnya yang akan dilakukan oleh si guru baru yang kalah body ini.

Aku menjelaskan pada anak-anak tentang kegiatan ini. Intinya, mereka akan berebut pos yang hanya boleh ditempati oleh beberapa siswa saja sambil menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris. Kegiatanpun dimulai, aku menarik Adama ke tengah untuk menjadi seorang penanya. Sementara siswa lainnya telah berada dalam posnya masing-masing.

"Do you have bag?" (Apakah kamu punya tas?) teriak Adama dengan lantang

"Yes, I do" (Ya, saya punya) semua siswa menjawab

Para siswa berlarian kesana kemari mencari pos yang bisa ditempati, termasuk Adama. Si bocah gempal itu berlari kearah pos yang sedari tadi diincarnya. Aku sempat khawatir, dengan badannya yang tinggi dan gempal itu, ia dapat 'menggepel' siswa yang lainnya. Tapi ternyata Adama cukup "fair" saat ia menemukan pos yang sudah terisi penuh, ia langsung pindah dan mencari pos yang lainnya.

Kegiatan itu berhasil membuat anak-anak berlarian sambil tertawa kecuali untuk satu siswa, yaitu Syafira.

"Mr. tau bahwa kegiatan ini akan membuat Syafira capek dan berkeringat, tapi coba dulu ya. Ga apa-apa... Lihat, yang lain juga senang ko. Ayok sekarang Syafira yang jadi penanya dan buat pertanyaan"

Syafira cuma terdiam, lalu ia membuat pertanyaan.

"Do you have boy or girl friend?" (apakah kamu punya pacar?) dengan suara lantang yang melengking

"Noooo!!!!!" aku berteriak reflek!

"Damn it, kelepasan" ucapku dalam hati.

Aku terkekeh, begitupun siswa yang lainnya. Tadinya mereka sudah bersiap untuk berlari tapi sontak terhenti mendengar pertanyaan Syafira yang nyeleneh. Anak ini sungguh sesuatu. Akhirnya aku memintanya untuk membuat pertanyaan yang lain.

Kali ini Syafira melakukannya dengan benar, ia berlari mencari pos kesana kemari. Adama sang ketua kelas juga bertingkah agak nyeleneh dengan menghalang-halangi Syafira dalam mencari pos. Badan Adama yang tinggi dan besar seolah menjadi tembok Cina bagi Syafira untuk mencari pos. Anehnya, Syafira tak marah dengan kelakuan Adama, justru ia tertawa dan menepuk-nepuk punggung Adama yang lebar.

"Minggir Bambang, bandan kamu itu kayak gorila" ucap Syafira pada Adama

"Hahaha rasakan pembalasanku" balas Adama

"Dasar gorila sirkus, mau ku cengkram lagi lehermu?" ejek Syafira

"Wee..." Adama menjulurkan lidahnya

Aku tak begitu mengerti apa yang mereka bicarakan tapi rupanya di balik sifat Syafira yang cerewet dan pemberontak itu ada sisi lain yang meminta untuk diperhatikan. Semoga Syafira dapat mengikuti setiap pembelajaran yang aku lakukan.

Melihat senyum dan tawa siswa dalam mengikuti pembelajaran yang ku berikan merupakan suatu kebahagiaan untukku. Kini aku percaya bahwa bahagia itu sederhana, garis melengkung seperti pelangi terbalik yang disebut senyuman itu mampu membuat hatiku tenang. Kurasa bahagia lebih penting dari pada menjadi yang terbaik.

***************************

Kegiatan Mr. Nay di lapangan cukup menarik perhatian siswa di kelas yang lainnya. Mereka bisa melihat dari jendela ke arah lapangan yang tepat berada di depan jajaran kelas 8. Hal ini membuat sebagian guru yang sedang mengajar di kelas lain sedikit terganggu karena para siswanya lagi-lagi mengalihkan pandangan ke arah lapangan.

Tak lama setelah itu, Pak Didi seorang guru senior di SMP Merdeka sekaligus merangkap sebagai wakasek kurikulum menghampiri Mr. Nay di lapangan.

"Mr. Nay.." ucap Pak Didi sambil melambaikan tangan kepadanya

"Ya, pak?" jawab Mr. Nay sambil menghampiri pak Didi

"Nanti setelah pulang sekolah, mampir dulu ya ke ruangan saya" kata pak Didi

"Oh, baik pak" Mr. Nay menanggapi

Hanya itu yang diucapkan oleh pak Didi, entah ada urusan apa, yang jelas Mr. Nay harus menemui pak Didi sepulang sekolah. Hal itu membuat Mr. Nay menerka-nerka tentang apa yang akan dibicarakan oleh pak Didi. Apakah ini tentang keterlambatanya di hari pertama? atau ini ada kaiatannya dengan pembelajaran di luar kelas? Semua kemingkinan memang bisa saja terjadi.

Hari pertama mengajar di SMP Merdeka bagi Mr. Nay adalah pengalaman yang tak akan terlupakan. Bagaimana tidak, terlambat dan terjatuh dihadapan para siswanya tentu saja merupakan hal yang sangat konyol. Meskipun begitu, Mr. Nay berhasil membuat siswa belajar dengan aktif. Ia telah berbagi kebahagiaan melalui kegiatan belajar yang unik dan menyenangkan bagi para siswanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 14, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Teacher's StoryWhere stories live. Discover now