•introvert #4•

215 20 53
                                        

Lama gak updatenya?

Cepet, 'kan?😸

Happy reading, all

Votment-nya jangan lupa biar lapak ini makin rame😻

***

Ayu tengah rebahan dengan memutar lagu favoritnya 一Promise dari EXO, yang merupakan  salah satu boy grup asal negeri gingseng, Korea Selatan.

Mendengar serta menyanyikan lagu Korea, bukan berarti Ayu seorang fangirl. Ia hanya menyukai lagu-lagu EXO, BTS, NCT tanpa mendalami pengetahuannya sang penyanyi.

Hampir semua lagu dari boy grup itu disukai oleh Ayu, utamanya lagu Promise. Dari pertama mendengar alunan musiknya saja, Ayu sudah dapat merasa feel-nya. Dan ya, menurut Ayu liriknya sangat menyentuh, walaupun dia tidak mengetahui makna dari lirik yang selalu dinyanyikannya.

Pikirannya mulai melayang membayangkan masa depannya. Ayu mengkhawatirkan masa depannya, tentu saja. Bagaimana dia bisa menjadi orang sukses dan membahagian orang di sekitarnya jika ia sendiri harus putus sekolah?

Ayu mengingat lagi perkataan Ayahnya yang menyuruh Ayu tetap melanjutkan sekolah, walau hanya di sekolah terbuka.

Tetapi, bukannya ia tak mau untuk melanjutkan atau punya rasa malu bersekolah di sekolah seperti itu, hanya saja ia tak mau membebani lebih terhadap orang tuanya. Terlebih Ibunya sangat setuju apabila dia tak melanjutkan sekolahnya.

Jika saja sang kakak telah memiliki pekerjaan tetap, ia pasti akan dengan mudah memilih sekolah dengan sesuka hatinya. Nyatanya sampai kini, Fadil masih luntang-lantung mencari pekerjaan. Ayahnya pun sama.

Sebelumnya Ayahnya adalah seorang karyawan swasta yang penghasilannya lumayan besar, namun karna beberapa faktor Ayahnya diberhentikan dari tempat bekerjanya dua tahun yang lalu.

Itu sebab nya hidupnya yang awalnya berkecukupan, menjadi kurang atau bahkan tidak sama sekali.

Sepertinya tak hanya fisiknya yang lelah 一walau di sekolah hanya mengobrol serta bersenda gurau-- namun otaknya pun lelah akibat terlalu banyak memikirkan banyak hal ditambah alunan melodi yang menenangkan membuat perlahan tapi pasti membuat Ayu terpejam.

***

Pukul 2 siang. Ayu terbangun dari tidurnya. Lagu dari ponselnya berhenti, dan ketika dicek ternyata ponselnya mati karna kehabisan baterai. Ia membiarkannya saja, tak berniat men-charger nya.

Ayu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelahnya keluar dari kamar. Seperti biasa, rumahnya sepi. Padahal saat ini ada sang kakak dan adiknya, mereka sibuk dengan urusan pribadi masing-masing.

Ayu melihat kakaknya yang sedang bermain game MOBA  di ponselnya, sedangkan si bungsu yang di sebelah kakaknya hanya menonton tv. Mereka berdua sama-sama rebahan.

"Rebahan teroos ampe kiamat." Celetuknya, Ayu melintas begitu saja.

"Iri bilang boss," balas kakaknya tanpa mengalihkan atensinya.

Ayu yang mendengar respon sang kakak dari dapur, kembali menghampirinya dan melipat tangannya di bawah dada, "mana ada boss iri sama bawahan, cih." Ia memasang muka songongnya sambil kayak ngeludah.

Dewi tertawa.

"Iri bilang boss," jawab kakaknya lagi.

"Wi Ibu ke mana?" Ayu bertanya pada Dewi, tak lagi menghiraukan kakaknya.

Karna percuma saja, kakaknya itu pasti tidak akan pernah berhenti menjawab ketika sedang berdebat dengannya. Mau dia salah atau benar sekalipun, tetap saja dia merasa yang paling benar.

Cowok memang selalu 'benar'.

"Keluar, gak tau kemana nya mah," jawab Dewi tanpa mengalihkan atensi dari layar kaca. "Tèh, cepetan nyuci piring sama beresin rumah, biar Ibu pas pulang nanti gak marah-marah lagi!" Dewi mengingatkan Ayu akan tugasnya.

"Kebiasaan amat sih Ibu mah, keluar mulu." Eluhnya, tapi Ayu langsung berlalu ke kamar mandi.

Ayu mulai menggosok satu persatu perabotan kotor menggunakan spons. Dia berjongkok, karna memang di rumahnya tak ada wastafel cuci piring.

Hal ini yang membuatnya agak malas mencuci piring karna setelahnya badannya akan terasa sangat pegal. Apalagi saat pertama ia belajar mencuci piring, malamnya, dia tidak bisa tidur akibat tubuhnya yang sakit dan pegal.

Setelah semua tugas rumahnya telah diselesaikan, Ayu menonton tv sambil rebahan. Kakak dan adiknya telah masuk kamar masing-masing, membuat Ayu merasa lebih nyaman. Iya benar, Ayu merasa lebih nyaman ketika sedang seorang diri.

Tak lama, Ibunya masuk begitu saja tanpa mengatakan apapun. Lia duduk di kursi yang jaraknya tak jauh dari tempat Ayu menonton. "Ayu, udah nyuci piring, nyapu-ngepel sama nyetrika baju ceu Cicih?" Suara Ibunya langsung menginterupsi.

Ayu membalikan badan一tengkurep, melihat ke arah Ibunya. "Udah, tapi belum nyetrika. Males, Ibu aja itu mah." Jawabnya terus terang.

"Kebiasaan." Namun kali ini Lia tak memaksa Ayu menyetrika, yang berarti Ibunya sendiri yang akan menyelesaikan sisa pekerjaan itu.

"Ayu nonton apaan sih, coba ganti cenelnya ke Indosiar!" Perintah Ibunya, langsung saja Ayu mengganti saluran tv-nya dengan terpaksa.

Selalu saja. Jika sudah emak-emak nonton tv, pasti cenel favoritnya Indosiar yang menanyangkan cerita-cerita aneh, setidaknya itu menurutnya. Bagaimana bisa sebuah 'kisah nyata' tapi semua selalu berakhiran yang sama, lalu azab-azab yang di luar nalarnya.

Tapi ya sudahlah, mau tak mau Ayu harus mau mengganti cenelnya. Daripada nanti kena azab, 'kan bahaya. Padahal tadi Ayu  sedang asyik menonton Spongebobs Squerpant.

"Bu," panggil Ayu.

"Naon?"

"Udah ada kebayanya belum buat kelulusan, tinggal beberapa hari lagi soalnya." Tanyanya dengan hati-hati karna Ibunya tampak serius menonton sampai-sampai tangannya mengepal dan menonjok-nonjok angin 一greget.

"Nah modar sia katabrak ku mobil!" Ibunya berkomentar, sangat geram pada si antagonis di layar kaca. Padahal menurut Ayu, adegannya sama saja seperti hal nya yang kemarin. (Nah mati lo ketabrak oleh mobil!).

"Bu," panggil Ayu lagi.

"Naon?"

"Halah tai, keur sakarat weh sia karak menta maap. Dasar pelakor! Teu boga ka ėra!"  Lia terus saja mengumpat. (Halah eek, lagi sekarat aja lo baru minta maaf. Dasar pelakor! Gak punya malu!).

Ayu sudah tak habis pikir. Ini semua sama saja seperti tayangan yang kemarin-kemarin. Ayu menenggelamkan wajahnya pada bantal karna tak kuat menahan tawa melihat kelakuan Ibunya.

"Aduhh Gustiii!" Ayu mengangkat kembali wajahnya dan kembali melihat Ibunya.

"Bu, kebayanya gimana astaghfirullah," Ayu sudah geram pada Ibunya.

"Oh, èta," Lia balik menatap anaknya. "Udah ada, kebaya yang ukurannya udah pas. Warna biru," lanjutnya sebelum atensinya kembali pada layar kaca. (Oh, itu)

Mendengarnya, Ayu merasa sangat bahagia. Hari ini pun Ayu merasa keluarganya tenteram karna tidak terjadi keributan dengan saudaranya dan Ibunya yang tak marah seperti kemarin.

Ayu berharap keluarganya akan seperti ini seterusnya. Kebahagiaannya akan terasa lebih sempurna lagi jika Ayahnya berada di tengah-tengah mereka. Namun sayang, Ayahnya saat ini sedang merantau ke Ibu Kota untuk mencari nafkah. Ayu mengetahui hal itu semalam saat bertanya pada Ibunya.

一To Be Continue一

Awokawokawok update juga akhirnya 😹

Gimana part ini menurut kalian?

Semoga suka, ya.😻

Sankyu!
290720,
Qfervau_




Introvert [On Going]Where stories live. Discover now